Kemenperin Promosi Kopi Spesial Indonesia ke Pasar Eropa

By Admin

nusakini.com--Kementerian Perindustrian memfasilitasi kegiatan promosi sejumlah produk kopi spesial Indonesia pada pameran World of Coffee (WOC) di Royal Dublin Society (RDS), Irlandia. Upaya tersebut sekaligus memperluas pasar ekspor produk kopi Indonesia terutama ke negara-negara Eropa. 

“Kami akan memperkenalkan produk kopi spesial Indonesia dan diversifikasi produk kopi Indonesia kepada dunia khususnya komunitas Uni Eropa,” kata Direktur Industri Minuman, Hasil Tembakau, dan Bahan Penyegar Kemenperin Willem Petrus Riwu mewakili Dirjen Industri Agro Kemenperin pada pembukaan WOC 2016 di Dublin, Irlandia, Kamis (23/6). 

Kegiatan promosi ini atas kerjasama Kementerian Perindustrian dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di London, KBRI di Brussel, Gabungan Eksportir Kopi Indonesia (GAEKI), Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI), serta Asosiasi Kopi Spesial Indonesia (AKSI). 

Agenda yang dilaksanakan pada kesempatan tersebut, antara lain menampilkan 20 sampel biji kopi spesial dari berbagai daerah di Indonesia yang telah lolos uji cupping, menyajikan dan melakukan cupping 20 green bean terbaik di paviliun Indonesia, menampilkan budaya minum kopi tarik Aceh dan minum daun kopi (Kopi Kahwa) Sumatera Barat, serta menampilkan diversifikasi produk olahan kopi dari 15 industri pengolahan kopi di Indonesia. 

“Pameran ini menjadi wahana pendorong bagi para pengusaha kopi Indonesia untuk memperkenalkan produk, kualitas dan citra merek serta memperoleh berbagai masukan atau keinginan dari pelanggannya di luar negeri,” papar Willem. 

Pada tahun 2015, Indonesia mampu mengekspor kopi ke Eropa sebanyak 180 ribu ton. Diharapkan, melalui keikutsertaan pada ajang internasional yang diselenggarakan pada tanggal 23-25 Juni 2016 itu dapat lebih mendongkrak nilai ekspor kopi Indonesia ke depannya. 

Sebelumnya, Menteri Perindustrian Saleh Husin mengatakan, pihaknya terus mendorong pengembangan industri perkopian di dalam negeri dari hulu sampai hilir sehingga meningkatkan nilai tambah dan daya saing kopi Indonesia di pasar internasional. 

“Upaya tersebut diharapkan membawa dampak positif pada rantai nilai dari peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional, penyediaan lapangan pekerjaan, peningkatan pendapatan petani dan mengurangi kemiskinan,” tuturnya. 

Bahkan kata Menperin, peluang pengembangan industri pengolahan kopi di dalam negeri masih cukup besar karena seiring tingginya potensi konsumsi kopi dan permintaan kopi dunia yang terus menanjak. 

“Pertumbuhan konsumsi produk kopi olahan di dalam negeri meningkat rata-rata lebih dari 7 persen per tahun. Hal ini didorong karena pertumbuhan kelas menengah dan perubahan gaya hidup masyarakat,” ungkap Menperin. Apalagi Indonesia merupakan negara penghasil kopi terbesar dengan produksi rata-rata sebesar 685 ribu ton per tahun atau 8,9 persen dari produksi kopi dunia. 

Kemenperin juga mencatat, ekspor produk kopi olahan tahun 2015 mencapai USD 356,79 juta atau meningkat sekitar 8 persen dibandingkan tahun 2014. Ekspor produk kopi olahan ini didominasi produk kopi instan, ekstrak, esens dan konsentrat kopi yang tersebar ke negara tujuan ekspor seperti Filipina, Malaysia, Thailand, Singapura, China dan Uni Emirat Arab. 

Ditambahkan Willem, sebagai produsen kopi terbesar keempat dunia, Indonesia bertekad meningkatkan kualitas produksi kopi setiap tahunannya secara berkesinambungan, yang diperkirakan mencapai 700.000 ton. “Untuk itu, kami terus memperkenalkan produk-produk kopi terbaik Indonesia sesuai indikasi geografis,” tegas Willem. 

Indikasi geografis merupakan tanda yang menunjukkan daerah asal produk itu berdasarkan faktor lingkungan geografis termasuk faktor alam, faktor manusia, atau kombinasi dari kedua faktor tersebut, yang memberikan ciri dan kualitas tertentu. 

“Pada tahun 2008, indikasi geografis pertama dikeluarkan di Bali untuk melindungi petani yang menanam kopi di daerah Kintamani, sehingga dinamakan Kopi Kintamani Bali,” tuturnya. Dalam beberapa tahun terakhir, lebih dari 12 daerah telah mematuhi persyaratan kualitas dari indikasi geografisnya dan berkomitmen untuk memperketat kualitas kontrol dari produknya. 

“Hingga saat ini, lebih dari 1,5 juta petani kopi rakyat kecil di Indonesia. Langkah demi langkah penyebaran daerah indikasi geografis akan memberikan mereka kesempatan unik untuk mengakses pasar internasional,” paparnya. 

Sementara itu, beberapa kopi khas daerah yang ditampilkan pada ajang WOC 2016, diantaranya untuk kopi arabika berasal dari Kerinci, Jambi; Temanggung, Jawa Tengah; Toraja, Sulawesi Selatan; Manglayang, Jawa Barat; dan Solok, Sumatera Barat. Sedangkan untuk kopi robusta, diantaranya berasal dari Bengkulu; Flores Manggarai, Nusa Tenggara Timur; dan Pupuan, Bali. 

“Saya mengharapkan, kegiatan yang dilaksanakan di Paviliun Indonesia pada pameran World of Coffee 2016 ini dapat berlangsung dengan baik, sukses dan memberikan dampak positif dalam pengembangan industri pengolahan kopi di Indonesia,” ujar Willem.(p/ab)