Kemenkes Kerjasama dengan EAT Selenggarakan EAT Asia Pacific Food Forum 2017

By Admin

Foto: Dokumentasi Kemenkes  

nusakini.com - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) meluncurkan kerjasama dengan EAT untuk menyelenggarakan Pertemuan EAT Asia Pacific Food Forum di Jakarta pada tanggal 30-31 Oktober 2017, Jumat (10/3/2017).

Pertemuan dimaksudkan untuk meningkatkan komitmen negara, utamanya negara-negara di kawasan Asia Pasifik, untuk pengarusutamaan pola makan sehat dan sistem pangan yang berkelanjutan dalam rangka mencapai target SDGs (Sustainable Development Goals), sekaligus sebagai upaya penguatan kerja sama lintas sektor di wilayah Asia Pasifik.

Pertemuan EAT Asia Pacific Food Forum diperkirakan akan dihadiri sekitar 1.000 pemimpin di kawasan Asia Pasifik yang terdiri dari berbagai stakeholder kunci di bidang sains, politik, dan bisnis. Pertemuan akan dilakukan dalam berbagai format interaktif, seperti diskusi panel dan lokakarya, dengan fokus pada solusi, komitmen, dan inovasi.

Dalam pertemuan dengan CEO EAT Jonathan Farnell hari ini, Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek menyampaikan apresiasi kepada EAT atas inisiatif penyelenggaraan forum tersebut dan merupakan suatu kehormatan bagi Indonesia untuk menjadi tuan rumah. Dalam pertemuan terpisah, Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan Untung Suseno menegaskan komitmen untuk bekerja sama penuh dalam rangka suksesnya penyelenggaraan pertemuan.

EAT merupakan sebuah forum global yang dibentuk pada Mei 2016 dengan tujuan mewadahi diskusi para ahli dan pengambil kebijakan untuk bersama-sama memberikan rekomendasi tentang reformasi sistem pangan global yang mampu memberikan makanan sehat kepada jumlah penduduk yang semakin bertambah. EAT berusaha mengaitkan makanan, kesehatan, dan kelestarian lingkungan dalam konteks ilmu pengetahuan, bisnis, dan kebijakan. EAT memiliki sebuah Advisory Board (Dewan Penasehat) yang berperan dalam memberikan pengawasan riset dan kegiatan EAT serta memberikan masukan dan saran bagi pengembangan EAT. Menteri Kesehatan RI adalah salah satu anggota Advisory Board tersebut, bersama dengan 28 pakar dunia lainnya.(p/mk)