Kembangkan Skill, TKI Dilatih Bertani Organik

By Admin

nusakini.com--Satu lagi kegiatan isnpiratif yang digagas oleh Kantor Dagang dan Ekonomi (KDEI) di Taipei bagi para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Taiwan adalah pelatihan bercocok tanam secara organik. Tak hanya dipandu cara pembibitan tanaman, para TKI juga terjun langsung bercocok-tanam di Beitou, Taipei, akhir pekan lalu. 

Sedikitnya 30 TKI mengikuti pelatihan yang berlangsung di kebun Mr. Chan. Mereka mendapat pelatihan langsung dari salah satu petani anggota Asosiasi Petani Organik Taipei tersebut. Para pesertapun mengakui, meskipun secara umum mereka sudah mengetahui seluk beluk pertanian, namun mereka masih awam dalam pertanian secara organik. 

Mengkonsumsi makanan hasil olahan pertanian organik telah menjadi kebiasaan tersendiri bagi masyarakat Negeri Formosa. Mereka lebih memilih peertanian secara organik, karena lebih aman bagi kesehatan jika dibandingkan dengan pertanian yang diolah dengan pupuk kimiawi. 

Salah satu peserta pelatihan, Rubiyati, menuturkan, dengan belaja rbertani secaraorganik, dirinya bisa mengambil banyak manfaat. Selain memperoleh ilmu pertanian, dirinyajugabisabelajar bertani dengan lahan yang sempit. 

“Di kampung, saya selama ini bercocok-tanam pertanian secara umum, bukan teknik organik seperti yang kita pelajari hari ini,” ujar wanita berjilbab asal Pati, Jawa Tengah ini. 

Pelatihan pertanian organik dinilai cocok dengan kultur pertanian Indonesia. Peserta lainnya, Sarmi, mengatakan, ilmu pertanian organik bisa diaplikasikan sepulangnya ke Indonesia. 

“Saya pernah bercocok-tanam bawang merah. Mudah-mudahan pelajaran bertani organik in ibisa sayaterapkan di Indonesia,” tutur TKI asal Demak, Jawa Tengah tersebut. 

Mr. Chan menjelaskan, pertanian secara organik terdiri dari beberapa tahapan. Dimulai dari tahap pemilihan bibit, penyemaian, menanam bibit, perawatan, hingga masa panen. 

“Secara umum, bertani organik, masa panen akan lebih lama daricocok-tanam pada umumnya. Tapi, kelebihannya, hasil panen lebih sehat dan berkualitas,” terangnya didampingi sang istri. 

Salah satu sesi paling menarikdalam pelatihan ini adalah TKI diajak berkeliling ke areal perkebunan jagung dan timun. Mengingat pertanian organik sama sekali tidak menggunakan pupuk pestisida, para peserta dapat langsung memetik sayuran organik tersebut dan mengkonsumsinya di tempat. 

“Rasanya lebih enak,” cetus Nurkholiq, TKI asal Kendal, mencoba membandingkan kualitas sayur organik yang dicicipinya. 

Kepala Bidang Ketenagakerjaan KDEI di Taipei Devriel Sogia Raflis yang didampingi Senior Asisten Ketenagakerjaan Noerman Adhiguna mengajak TKI untuk sebijaksana mungkin dalam memanfaatkan waktu selama bekerja sebagai TKI. Kedatangan mereka menjadi TKI di Taiwan diharapakan bisa member pengalaman yang dapat dikembangkannya kelak sepulang ke Indonesia. 

“Dengan mengikuti pelatihan ini, sepulangnya ke Indonesia, saudara-saudara bisa menerapkan ilmunya di kampong halaman masing-masing,” imbaunya. (p/ab)