Kajian Seismik Baruna Jaya II: Langkah Awal Menuju Kedigdayaan

By Admin

nusakini.com - Sejak bertolak menuju Cekung Selatan Makassar, perairan Kepulauan Kangean Madura pada 24 November yang lalu, Kapal Riset Baruna Jaya II (KR BJ II) BPPT mengemban misi yang tidak mudah: melakukan kajian seismik 2D untuk deteksi hidro karbon.

 Perairan Kangean, merupakan daerah pertemuan empat arus: arus selat makassar, arus selat selayar, arus laut jawa dan arus selat bali. Dengan kondisi demikian, arus yang tercipta sangatlah kuat, ditambah dengan angin yang bertiup cukup kencang dari timur, menjadi tantangan tersendiri bagi Tim Survei Kajian Seismik KR BJ II.

"Kami melengkapi kapal dengan peralatan komplit. Floater, air gun berkekuatan 150 psi dan 250 psi, streamer dan bird, dua kompresor berkemampuan 800 cfm (Cubic Feet per Minute), hingga keperluan untuk on board processing system, kami pasang di KR BJ II ini," terang Ketua Tim Survei, Djunaedi Muljawan.

Saat tiba dilokasi, sebelum melakukan survei, terlebih dahulu tim melakukan inspeksi lingkungan sekitar. Menurut Adam Budi Nugroho, Quality Control On Board Processing System, hal ini perlu dilakukan guna mengantisipasi hal-hal yang tidak dikehendaki, misalnya tersangkut rumpon atau jaring nelayan. "Kita juga menghindari keberadaan mamalia seperti lumba-lumba. Menurut peraturan internasional, apabila terpantau ada mamalia dalam radius 500 meter, survei belum bisa dilakukan," paparnya.

Usai melakukan inspeksi lingkungan, tim mulai bekerja. Floater dan air gun mulai diturunkan, streamer pun mulai diulur. Dengan panjang yang mencapai tiga kilometer, menjaga streamer tetap dalam line tidaklah mudah.

"Dengan bird yang dipasangkan pada streamer, kita bisa mengontrol dan mengatur kedalaman streamer sesuai yang dikendaki. Semakin panjang streamer, semakin dalam wilayah yang dapat direcord," jelas Taufan Wiguna, Recorder Seismic System.

Setelah semua siap, kompresor yang telah disetel pada posisi 2000 psi, mulai mensuplai udara ke setiap gun. Tak lama, terdengar dentuman keras dari bawah air, kapal pun bergetar. Dengan tekanan sebesar 1200 inchi3, penetrasi mampu menjangkau hingga kedalaman 2 kilometer.

"Target kita adalah menyelesaikan line sepanjang 116 kilometer. Untuk menghasilkan data yang baik, kita mengatur short point per 25 meter," ucap Djun, panggilan akrab Djunaedi.

Proses berjalan lancar, terdengar dentuman keras dari bawah air hampir setiap 12 detik. Hal tersebut menandakan gun bekerja baik, tersuplai secara maksimal oleh kompresor yang dikontrol terus menerus. Navigasi system, recording system dan processing system, berkesinambungan saling memberikan input. 

Menurut Djun, data yang didapat tidak bisa langsung menentukan ada tidaknya kandungan hidro karbon. Perlu ada proses lanjutan yang akan mengintrepetasikan lebih detil, yakni advanced atau post processing. Gambaran dari hasil proses tersebutlah yang bisa menyingkap secara jelas lapisan-lapisan sedimen daerah yang telah disurvei.

"Berdasarkan hasil data brute stack, terlihat adanya patahan-patahan di daerah cekung makassar selatan ini. Secara ilmu geologis, patahan memang bisa menjadi trap atau jebakan dari hidro karbon yang telah bermigrasi dari source. Namun kita perlu lakukan post processing untuk mendapatkan gambaran finalnya," terang Djun. 

Lebih jauh Ia mengatakan, data-data yang didapatkan dari kajian-kajian semacam ini sangatlah penting bagi bangsa Indonesia. Dari data inilah Indonesia bisa memetakan seberapa besar potensi yang dimiliki dan memanfaatkannya bagi kesejahteraan bangsa.

"Saat ini kami mungkin baru bisa mencapai kedalaman 2,5 detik. Namun kami sudah mempersiapkan diri untuk mencapai kedalaman hingga 4 detik ke atas. Kita punya teknologi dan kompetensi, kenapa tidak kita manfaatkan untuk kemajuan bangsa? Jangan sampai bangsa luar yang justru melakukan kajian-kajian seperti ini di perairan kita". 

 Djun berharap, kajian-kajian semacam ini mendapat dukungan penuh dari pemerintah. Sehingga bangsa Indonesia bisa menjadi tuan rumah dinegeri sendiri. (p/mk)