Industri Otomotif Berkontribusi Besar Bagi Ekonomi Nasional

By Admin

nusakini.com--Industri otomotif merupakan salah satu sektor andalan yang terus diprioritaskan pengembangannya karena berperan besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Apalagi, Indonesia masih menjadi negara tujuan utama untuk investasi di sektor industri otomotif. 

"Indonesia sekarang semakin kompetitif untuk industri otomotif," kata Presiden Joko Widodo pada peresmian pabrik PT Mitsubishi Motor Krama Yudha Indonesia (MMKI) di Kawasan Greenland International Center (GCII), Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, Selasa (25/4). 

Presiden meyakini, dengan pasar otomotif dalam negeri yang cukup besar, akan menambah daya tarik lebih bagi para investor menanamkan modalnya di Indonesia. Oleh karena itu, Jokowi meminta kepada seluruh pemangku kepentingan agar dapat memudahkan proses perizinan untuk investasi. 

"Dengan banyaknya investasi, makin tambah lapangan pekerjaan. Adanya pabrik baru MMKI ini, dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 3.000 orang,” ujarnya. Namun demikian, Jokowi berharap agar semua industri otomotif di Indonesia tidak hanya memenuhi pasar domestik saja, tetapi juga mampu ekspor. 

Sementara itu, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto melaporkan, saat ini produksi nasional untuk kendaraan roda empat mencapai 1,1 juta unit per tahun dengan jumlah ekspor sebanyak 200 ribu unit per tahun. Sedangkan, untuk produksi kendaraan roda dua mencapai 6,5 juta unit per tahun dengan jumlah ekspor sebanyak 228 ribu unit per tahun. 

“Selanjutnya, industri otomotif telah menyerap tenaga sebanyak tiga juta orang di Indonesia. Dan, kami menargetkan total produksi nasional untuk kendaraan roda empat pada tahun 2020 sebesar 2,5 juta unit,” paparnya.

Menperin memastikan, investasi MMKI dapat memberikan dampak signifikan terhadap pertumbuhan industri otomotif di Indonesia sekaligus berkontribusi besar bagi perekonomian nasional. "Apalagi di kluster ini ada tiga industri otomotif besar, yakni Mitsubishi Motors, Suzuki, dan Wuling,” ujarnya. 

Tahun 2016, kontribusi subsektor industri alat angkutan (termasuk di dalamnya industri otomotif) terhadap PDB sektor industri non migas mencapai 10,47 persen atau terbesar ketiga setelah subsektor industri makanan dan minuman (32,84 persen) serta subsektor industri barang logam, komputer, elektronik, optik, dan peralatan listrik (10,71 persen). 

Menurut Airlangga, total investasi MMKI sebesar Rp7,5 triliun. Pabrik baru ini seluas 51 hektare dengan kapasitas 160 ribu unit per tahun, dan akan ditingkatkan menjadi 240 ribu per tahun. Pabrik ini melibatkan sebanyak 212 suplier lokal tier-1 dan 369 tier-2. “Langkah ini akan meningkatkan daya saing industri otomotif dan komponen dalam negeri,” imbuhnya. 

Airlangga menambahkan, pembangunan pabrik baru MMKI merupakan salah satu bukti komitmen Mitsubishi Motors Corporation dan mitra usahanya yang telah ada di Indonesia sejak tahun 1970. “Upaya ini juga menjadikan Indonesia sebagai salah satu basis produksi Mitsubishi untuk pasar dunia, di mana salah satu produk andalannya, Mitsubishi Colt Diesel telah terjual satu juta unit,” ungkapnya. 

Pada kesempatan yang sama, Presiden Joko Widodo menegaskan, peningkatan kemampuan sumber daya manusia (SDM) menjadi penting untuk memenuhi kebutuhan dunia industri saat ini. "Upaya ini akan ditempuh melalui penguatan pendidikan dan pelatihan vokasi, kewirausahaan, serta pasar tenaga kerja,” tuturnya.

Untuk itu, Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan yang akan mempertemukan kecocokan antara pencari kerja dengan dunia industri. “Makanya perlu link and match atau job matching antara vokasi dan industri," jelasnya. Presiden juga berharap investasi di bidang industri disertai alih pengetahuan dan teknologi. 

"Terus lakukan pelatihan untuk SDM lokal. Bagus juga bila disiplin yang tinggi dalam budaya kerja SDM-SDM Jepang bisa ditularkan kepada SDM Indonesia. Jangan ragu untuk melibatkan putra-putri Indonesia dalam melahirkan inovasi-inovasi baru. Karena SDM Indonesia itu aslinya pintar-pintar semua," papar Jokowi. 

Presiden memastikan, SDM terampil menjadi salah satu pilar utama dalam kebijakan pemerataan ekonomi. “kita kuatkan dengan skema vokasi seperti yang dilakukan oleh sektor otomotif, pariwisata dan perhubungan, yang mulai ditempuh dengan sekolah vokasi dan training," terangnya. 

Sejalan dengan hal tersebut, Kementerian Perindustrian sebagai inisiator yang tengah giat membangun pendidikan vokasi yang memiliki konsep link and match antara pelaku industri dengan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Upaya ini sebagai implementasi dari amanat Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi SMK 

Pada 21 April 2017, Kemenperin telah menggandeng sebanyak 117 perusahaan untuk menandatangani perjanjian kerja sama dengan 389 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dalam upaya menjalankan program pendidikan vokasi industri di wilayah Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta. Program ini merupakan kelanjutan dari yang telah diluncurkan di Mojokerto, pada 28 Februari 2017 dengan melibatkan sebanyak 50 perusahaan dan 234 SMK di Jawa Timur. 

Menperin menyampaikan, Indonesia saat ini sampai 10 tahun ke depan masih akan menikmati bonus demografi, di mana mayoritas penduduknya berada pada usia produktif. “Mereka harus menjadi aktor-aktor pembangunan. Jangan sampai menjadi pengangguran yang justru akan membawa dampak sosial yang besar dalam pembangunan,” tegasnya. 

Pada periode 2017-2019, Kemenperin merancang sejumlah kegiatan untuk menyiapkan tenaga kerja industri tersertifikasi sebanyak 1.040.552 orang. Program-program tersebut perlu dikolaborasikan dengan berbagai pemangku kepentingan terkait seperti Kadin, Kemenristekdikti, dan Kemenaker. (p/ab)