Industri Jamu Tumbuh 10 Persen dan Serap 15 Juta Orang

By Admin

nusakini.com--Industri kosmetik dan jamu merupakan salah satu sektor stategis dan potensial, mengingat perannya mampu memberikan kontribusi yang cukup signifikan bagi perekonomian di Indonesia baik itu dalam penyerapan tenaga kerja maupun peningkatan nilai tambah. Oleh karena itu, Kementerian Perindustrian terus memacu daya saing industri kosmetik dan jamu nasional agar bisa berkompetisi di pasar global. 

“Industri farmasi dan kosmetik, termasuk industri obat tradisional, menjadi salah satu sektor andalan karena sebagai penggerak utama perekonomian di masa yang akan datang,” kata Dirjen Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kemenperin Gati Wibawaningsih mewakili Menteri Perindustrian pada Pembukaan Pameran Industri Kosmetik dan Jamu di Jakarta, Selasa (1/8). 

Potensi industri kosmetik dalam negeri didukung melalui kekuatan sekitar 760 perusahaan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, dengan menyerap tenaga kerja langsung sebanyak 75 ribuorang dan tenaga kerja tidak langsung 600 ribu orang. “Artinya, sektor ini tergolong padat karya, dan kami dorong agar juga berorientasi ekspor,” jelas Gati. 

Sedangkan, untuk produsen jamu, saat ini terdapat 986 industri jamu yang terdiri dari 102 Industri Obat Tradisional (IOT) dan selebihnya termasuk Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT) yang tersebar di wilayah Indonesia terutama di Pulau Jawa. 

“Hingga saat ini, industri obat tradisional mampu menyerap lebih dari 15 juta tenaga kerja, tiga juta diantaranya terserap di industri jamu yang berfungsi sebagai obat, dan 12 juta lainnya terserap di industri jamu yang telah berkembang ke arah makanan, minuman, kosmetik, spa, dan aromaterapi,” papar Gati. 

Bahkan, Gati menyebut, industri jamu nasional pada tahun ini mengalami pertumbuhan sebesar 10 persen dibandingkan tahun sebelumnya. “Peta persaingan pasar industri jamu atau obat tradisional di Indonesia masih didominasi oleh produk dalam negeri,” imbuhnya. 

Pameran yang digelar di Plasa Pameran Industri, Gedung Kementerian Perindustrian, Jakarta ini akan berlangsung pada tanggal 1-4 Agustus 2017 dan dimulai pukul 09.00-17.00 WIB. Kegiatan ini diikuti sebanyak 50 peserta, yang terdiri dari 35 industri kosmetik dan 15 industri jamu. 

Direktur Industri Kimia Hilir Kemenperin Teddy Caster Sianturi menegaskan, pihaknya telah menekankan kepada industri kosmetik dan jamu agar terus meningkatkan penguasaan teknologi dan penggunaan produk dalam negeri. ”Upaya ini diharapkan akan mengurangi ketergantungan terhadap bahan baku impor,” ujarnya.

Menurut Teddy, bahan baku industri kosmetik yang menggunakan sumber daya alam pada umumnya diperoleh dari dalam negeri. “Di Indonesia, terdapat 30 ribu jenis tanaman herbal, namun baru 350 jenis yang sudah dimanfaatkan oleh industri,” tuturnya. Hal ini menjadi peluang pengembangan bagi industri obat tradisional serta kosmetik yang berbahan dasar alam karena sedang menjadi tren. 

Teddy juga menyampaikan, pembinaan di industri ini membutuhkan kerja sama lintas sektoral yang saling terintegrasi. Pasalnya, selain pemenuhan terhadap regulasi dari sisi kesehatan, juga diperlukan fasilitasi atau pembinaan untuk menjamin standar dan kualitas produk. 

”Kemenperin tentunya tidak bisa jalan sendiri mengawal kebijakan pembangunan industri tersebut. Peran asosiasi dunia usaha sangat penting sebagai mitra pemerintah dalam memberikan masukan serta evaluasi kebijakan,” paparnya. 

Di samping itu, langkah sinergi lainnya, diterapkan dalam pelaksanaan pengembangan pendidikan vokasi industri yang berbasis kompetensi. “Program ini memiliki keterkaitan dan kesepadanan antara dunia pendidikan dengan dunia kerja, sehingga tenaga kerja lokal juga mampu bersaing di tingkat regional dan global,” terangnya. 

Teddy berharap, melalui program pendidikan vokasi industri yang diinisiasi oleh Kemenperin, Indonesia akan mampu menciptakan sumber daya manusia yang kompeten sesuai kebutuhan dunia industri saat ini. “Semoga,dengan berbagai program dan kebijakan strategis yang dijalankan tersebut, dapat memberikan kontribusi signifikan dalam pengembangan industri kosmetik dan jamu nasional sehingga mampu bersaing di pasar internasional,” 

Selama tiga tahap peluncuruan program vokasi yang link and match antara Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan industri, Kemenperin telah melibatkan sebanyak 307 industri dan 1035 SMK. Ketiga tahap tersebut untuk wilayah, Jawa Timur, Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta, serta Jawa Barat. Program ini akan terus dilanjutkan per provinsi di seluruh wilayah Indonesia. 

Pada tahun 2019, Kemenperin menargetkan program pendidikan vokasi industri ini diikuti sebanyak 1.775 SMKdan 355 industri dengan jumlah lulusan tersertifikasi yang dihasilkan mencapai 845.000 orang. Kemenperin optimistis target satu juta SDM industri yang tersertifikasi kompetensi sampai tahun 2019 akan tercapai, dengan 845.000 siswa program link and match dan 162.000 lulusan Diklat 3in1. (p/ab)