Imam Shamsi: Islam Bukan Agama Baru di Amerika

By Abdi Satria


nusakini.com-Jakarta-Presiden Nusantara Foundation, Imam Shamsi Ali menyatakan Islam bukan agama baru di Amerika. Menurutnya,  Islam sampai ke daratan Amerika sebelum Christopher Columbus digadang-gadang menemukan pulau baru bernama Amerika. Hal ini disampaikan  saat Halal bi Halal Nasional Jaringan Alumni Timur Tengah Indonesia (JATTI) bersama Tokoh Nasional, Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Timur Tengah.  

Halal bi Halal Nasional JATTI bersama Tokoh Nasional dan Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Timur Tengah dihadiri sejumlah tokoh. Di antaranya Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI), Prof Din Syamsuddin, Ustaz Abdul Somad, Buya Yahya dan lain-lain. 

Imam Shamsi menambahkan, ada semacam persepsi yang mengatakan bahwa Islam di Amerika Serikat (AS) adalah agama baru. Padahal jauh sebelum Columbus menemukan pulau baru yang disebut Amerika, sebetulnya Islam sudah sampai di pulau yang disebut Indian, karena ada penduduk asli Amerika yang disebut Indian. 

"Ada bukti-bukti di gunung-gunung di Colorado ada tulisan berbahasa Arab, menurut catatan sejarah yang sampai ke sana adalah saudara-saudara Muslim kita dari latin, karena mereka pernah menjadi negara Islam pada masa pemerintah Spanyol kala itu," kata Imam Shamsi saat Halal bi Halal Nasional JATTI, Sabtu (6/6). 

Direktur Jamaica Muslim Center di New York ini mengatakan, ada juga catatan sejarah yang mengatakan bahwa Islam sudah sampai ke Amerika karena dibawa oleh ekspedisi Cina. Mereka sampai ke Amerika sebelum Columbus sampai ke daratan Amerika. 

Tapi yang menjadi masalah adalah Islam selalu diposisikan sebagai agama baru. Ini menjadi bagian dari upaya untuk melemahkan Islam di AS. Kalau Islam diposisikan sebagai agama baru, agama pendatang dan agama imigran, maka Islam akan diposisikan sebagai tamu di AS. "Jadi ini barangkali yang perlu kita ubah," ujar Imam Shamsi. 

Ia juga menyampaikan, melihat peristiwa-peristiwa terbaru di AS ada dua hal penting yang perlu dipelajari. Pertama, virus corona atau Covid-19 mengajarkan bahwa tidak ada makhluk hebat, hanya Allah saja yang hebat. AS yang dikenal sebagai negara super power ternyata kebingungan menghadapi makhluk (virus) yang tidak nampak. 

"Kedua, gelombang demonstrasi besar-besaran di AS, mengajarkan kepada kita semua di saat masyarakat kehilangan rasa keadilan maka itu akan menjadi bom waktu pada saat-saat tertentu, ini menjadi pelajaran bagi kita semua lebih khusus lagi bagi bapak/ ibu yang sedang dalam posisi kepemimpinan," ujarnya.