Ilham Akbar Habibie: Isra Mikraj Bukti Keseimbangan Iman dan Ilmu dalam Peradaban Islam

By Admin


nusakini.com, Jakarta - Ketua Dewan Pembina The Habibie Center, Ilham Akbar Habibie menjadi penceramah pada peringatan Isra Mikraj Nabi Muhammad tingkat kenegaraan tahun 2025. Acara ini digelar Kementerian Agama, di Auditorium H.M. Rasjidi, Jakarta, Kamis (30/1/25).

Pada acara yang bertema ‘Isra Mikraj Sebagai Pondasi Spiritualitas Bangsa Menuju Indonesia Maju’ itu, Ilham Habibie berbicara tentang pentingnya keseimbangan antara iman dan ilmu dalam memahami peristiwa Isra Mikraj Nabi Muhammad SAW. Menurut Ilham Isra Mikraj tidak hanya memiliki dimensi keagamaan, tetapi juga dapat dianalisis dari perspektif ilmiah dan teknologi.

Dikatakannya, Isra Mikraj memperingati perjalanan malam Nabi Muhammad SAW dari Masjid Al-Haram di Mekah ke Masjid Al-Aqsa di Palestina dan kemudian naik ke langit, sering kali menjadi bahan perdebatan antara aspek spiritual dan rasional. Namun, menurut Ilham, keseimbangan antara keduanya adalah kunci dalam memahami esensi perjalanan tersebut.

“Dalam Islam, kita diajarkan untuk memiliki keseimbangan antara iman dan ilmu pengetahuan. Manusia harus memiliki fondasi spiritual yang kuat sekaligus wawasan teknologi yang luas,” ujar Ilham.

Ia juga menyinggung bagaimana kemajuan sains modern mulai membuka perspektif baru dalam memahami peristiwa luar biasa ini. Salah satu teori yang ia sebut adalah konsep quantum entanglement, yang menunjukkan bahwa partikel-partikel di alam semesta bisa saling terhubung secara instan meskipun terpisah jarak yang sangat jauh.

“Temuan ini, yang akhirnya membuat tiga ilmuwan memenangkan Nobel Fisika 2022, membuktikan bahwa ada hal-hal di alam semesta yang belum bisa sepenuhnya kita pahami. Begitu juga dengan Isra Mikraj, yang melibatkan dimensi ruang dan waktu yang berbeda dari yang kita pahami sehari-hari,” tambahnya.

Ilham juga mengutip pandangan ilmuwan Indonesia yang menyatakan bahwa perjalanan Nabi Muhammad SAW bukanlah sekadar perjalanan fisik biasa, melainkan sebuah perjalanan yang melibatkan dimensi waktu dan ruang yang lebih tinggi. Ia mencontohkan bagaimana perjalanan dari Mekkah ke Palestina yang dulu memakan waktu berminggu-minggu, kini dapat ditempuh dalam hitungan jam dengan pesawat terbang.

“Dulu, perjalanan dalam hitungan jam dianggap mustahil, tapi sekarang sudah menjadi kenyataan. Begitu pula dengan Isra Mikraj, yang mungkin saat ini masih sulit dijelaskan oleh sains, namun bukan berarti tidak mungkin terjadi,” katanya.

Dengan pemahaman ini, Ilham Akbar Habibie berharap umat Islam semakin terbuka dalam menyikapi hubungan antara sains dan agama. Ia menegaskan bahwa Islam adalah agama yang mendorong umatnya untuk berpikir kritis dan terus menggali ilmu pengetahuan.

“Kita harus tetap berpegang teguh pada keimanan, tetapi juga tidak boleh menutup mata terhadap perkembangan ilmu pengetahuan. Justru dengan memahami sains, kita bisa semakin mengagumi kebesaran Allah SWT,” tutupnya.

Hadir dalam acara tersebut, Menteri Agama, Nasaruddin Umar, Wakil Menteri Agama Romo Muhammad Syafi'i, Menteri Koordinator Bidang Hukum, HAM, Imigrasi, dan Pemasyarakatan, Yusril Ihza Mahendra, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Arifah Fauzi, dan sejumlah Wakil Menteri Kabinet Merah Putih, Duta Besar negara-negara sahabat, Pejabat Eselon 1 dan 2 di Kementerian Agama, staf khusus dan tenaga ahli Menteri Agama, serta para ulama dan tokoh umat Islam. (*)