nusakini.com - Jakarta, Tantangan global yang dihadapi umat Islam dewasa ini sangat beragam. Tantangan tersebut diantaranya persepsi bahwa Islam merupakan agama konflik dan kekerasan, meningkatnya tren Islamophobia, dan kondisi ekonomi sosial yang dihadapi oleh banyak umat Islam masih memprihatinkan. Oleh karena itu, dalam menghadapi tantangan tersebut, pesantren sebagai pusat pendidikan yang memberikan pemahaman keagamaan harus mampu mengambil peran yang signifikan dalam mengajarkan Islam yang moderat kepada para santrinya baik secara nasional maupun global.


“Berangkat dari tantangan yang kita hadapi bersama tadi, sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, kita memiliki tanggung jawab untuk bersama-sama menyerukan dan menjelaskan ajaran Islam yang sesungguhnya, yaitu ajaran Islam yang rahmatan lil aalamin (rahmat bagi semesta), Islam yang wasathiyah (moderat) dan tentu Islam yang ahlusunnah wal jama’ah, dan dalam hal ini pesantren harus mampu mengambil peran yang signifikan,” tegas Wakil Presiden (Wapres) K.H. Ma’ruf Amin pada acara Peresmian Pembukaan Seminar (Webinar) dalam rangka Peringatan Hari Santri Nasional 2020 dan Dies Natalis ke-17 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya, Selasa (10/11/2020).


Lebih lanjut Wapres menyampaikan, peran signifikan ini perlu dijalankan oleh pesantren karena keberadaannya yang sudah lama sehingga dapat diterima dengan baik oleh masyarakat, serta posisinya yang tersebar luas di nusantara, khususnya di pedesaan.


“Jumlah yang sedemikian besar tentu dapat menjadi agen perubahan baik melalui bidang pendidikan, dakwah, sekaligus pemberdayaan masyarakat,” ungkap Wapres.


“Dengan demikian, pesantren berpotensi besar dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam menghadapi tantangan dan perubahan global,” tambahnya.


Di sisi lain, Wapres mengingatkan bahwa pesantren juga memiliki peran strategis dalam konteks kebangsaan dan kenegaraan. Para pendiri bangsa telah bersepakat menjadikan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai bentuk negara dengan Pancasila sebagai dasarnya. Kesepakatan para pendiri bangsa itu bagi umat Islam merupakan bentuk kesepakatan nasional (al miitsaaq al wathani) yang harus dijaga bersama.


“Oleh sebab itu, para santri memiliki kewajiban untuk menjaga kesepakatan para pendiri bangsa tersebut. Para santri harus siap mengawal keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia karena NKRI bagi kita kaum santri adalah harga mati,” tutur Wapres.


Pada kesempatan yang sama Wapres juga berpesan, sesuai dengan tema dan semangat yang diangkat dalam peringatan Hari Santri tahun 2020 yaitu “Santri Sehat, Indonesia Kuat”, pesantren dan para santri diharapkan dapat menjadi contoh penerapan protokol kesehatan yang baik di masyarakat agar penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) dapat dikendalikan.


“Sesuai tema di atas, saya mengajak seluruh pihak, para santri, pengasuh pondok pesantren, untuk menjadi pelopor dan contoh bagi masyarakat lainnya dalam berdisiplin menegakkan protokol kesehatan memakai masker, sering mencuci tangan dengan sabun, serta selalu menjaga jarak dan menghindari kerumunan,” pesan Wapres.


Menutup sambutannya, Wapres menyampaikan harapan agar kemitraan pesantren dengan perguruan tinggi dapat diteruskan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di kedua institusi tersebut, baik dalam bidang keagamaan maupun bidang pendidikan konvensionalnya.


“Menutup sambutan ini, sekali lagi saya mengucapkan terima kasih dan apresiasi kepada Rektor dan seluruh civitas akademika Universitas Brawijaya atas diselengarakannya Peringatan Hari Santri Nasional dan seminar daring ini. Peranan perguruan tinggi sangat diharapkan bermitra dan membangun jaringan dengan pesantren di sekelilingnya, untuk membantu meningkatkan mutu pendidikan pesantren khususnya di bidang science (ilmu pengetahuan) dan teknologi,” pungkas Wapres. (PW/NN, KIP)