Fitch Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia BBB Outlook Stable

By Abdi Satria


nusakini.com-Jakarta- Lembaga pemeringkat Fitch Rating mempertahankan peringkat (rating) kredit Indonesia pada posisi BBB outlook stable. Hal ini merupakan pencapaian yang sangat luar biasa bagi Indonesia karena di masa pandemi, 3 lembaga rating dunia yaitu Standard&Poor’s, Moody’s, dan Fitch telah melakukan aksi penurunan rating sebanyak 124 kali kepada 53 negara dan revisi outlook menjadi negatif sebanyak 133 kali pada 63 negara.

“Keputusan lembaga pemeringkat mempertahankan peringkat kredit Indonesia merupakan pengakuan atas stabilitas makroekonomi dan prospek jangka menengah Indonesia yang tetap terjaga di tengah situasi pandemi Covid-19,” ungkap Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kementerian Keuangan Rahayu Puspasari dalam rilisnya, Selasa (23/11).

Fitch menilai aktivitas ekonomi Indonesia secara bertahap pulih dari tekanan Covid-19 didukung oleh kebijakan penanganan pandemi yang makin membaik dengan didorong upaya percepatan vaksinasi. Program vaksinasi telah menjangkau 49,37% populasi atau setara dengan 133,40 juta jiwa untuk dosis pertama dan 32,55% populasi atau setara 87,96 juta jiwa untuk dosis ke-2.

Adanya reformasi birokrasi di bidang investasi dan perpajakan turut menjadi penilaian bagi Fitch. Ekonomi Indonesia diperkirakan akan pulih dan tumbuh sebesar 3,2% pada tahun 2021 dan 6,8% tahun 2022 karena adanya dukungan pelaksanaan implementasi Undang-Undang Cipta Kerja yang bertujuan mengurangi hambatan investasi yang turut mendorong pertumbuhan.

Juga, adanya penerapan Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan diperkirakan akan mampu membantu Pemerintah memenuhi target defisit APBN di bawah 3% terhadap PDB pada tahun 2023.

Dalam penilaiannya, Fitch menyatakan Surat Ketetapan Bersama III antara Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia untuk pembiayaan kesehatan dan penanganan kemanusiaan sebagai antisipasi merebaknya varian delta direspon oleh pasar secara luas netral dan positif, yang diindikasikan oleh imbal hasil obligasi dan nilai tukar yang stabil.

Cadangan devisa BI menguat menjadi USD145,5 miliar pada akhir 2021. Investasi asing juga mengalami pemulihan pada beberapa sektor termasuk produksi kendaraan listrik.

“APBN masih menjadi kunci kebijakan untuk pengendalian dan penanganan pandemi serta percepatan perbaikan ekonomi. Selain itu dukungan kredibilitas kebijakan dan sinergi bauran kebijakan yang tetap kuat antara Pemerintah, Bank Indonesia, dan Otoritas Jasa Keuangan juga turut mendorong pencapaian tersebut,” tutup Puspa.(rls)