Fase gelap di sepakbola junior kita, Mencatut Umur Sampai Enam Tahun (Bagian 2)

By Abdi Satria


M. Nigara

Wartawan Sepakbola Senior

PENCURIAN umur dan pemalsuan data diri adalah langkah paling mudah. Dulu, langkah itu dilakukan berulang-ulang tanpa rasa bersalah.

Beruntung saat ini langkah itu telah dipersulit oleh AFC dan FIFA. Mereka menerapkan metode pemeriksaan MRI  (Magnetic Resonance Imaging). Pemeriksaan ini menggunakan teknik pengambilan gambar detail organ dari berbagai sudut yang menggunakan medan magnet dan gelombang radio. Metode ini dapat menghasilkan gambar organ yang lebih jelas, termasuk untuk pemeriksaan tumor.

Dulu, saat pembuktian usia hanya dari paspor, banyak negara melakukan itu. Indonesia? Ya, tentu saja ada di dalamnya. Bahkan kita tidak tanggung-tanggung dalam memalsu. Ada pemain yang lahir tahun 1967, dimainkan untuk tim under 16, pada tahun 1988. Ya, anda benar anak itu sudah 21 tahun.

Tapi, ketika kita melihat paspornya, tercatat usianya 15 tahun 4 bulan. Siapa dia? Untuk menjaga keluarganya, catatan: saat ini pemain itu sudah berusia 53, mungkin sudah punya cucu, saya sengaja tidak menuliskan namanya. Bahkan inisialnya pun tidak.

Tapi event nya, ya Kejuaraan Asia Coca Cola Under 16. Seperti saya sudah tuliskan di bagian ke-1, Indonesia juara. Di semifinal kita menang atas Cina dan di final nenaklukkan Korsel. Bagaimana tidak juara, sedikitnya ada 5-6 pemain yang usianya sudah 20-an. 

Jadi, jika akhirnya saya menuliskan kembali kisah-kisah ini, tidak ada maksud untuk mempermalukan siapa pun. Untuk itu, saya tidak akan pernah menulis nama mereka. Ini aib, dan ini pasti juga bukan kehendak mereka. 

Saya tak ingin kehidupan mereka terganggu, apalagi yang mereka lakukan untuk kepentingan bangsa, meski salah jalannya. Artinya kesalahan itu dilakukan oleh mereka yang di atas dan dikerjakan secara sistematis dan terus-menerus. Itu pun bukan untuk kepentingan pribadi. 

Tidak ada harta negara yang dikorupsi. Mereka bukan Joko Chandra yang jelas sengaja melanggar pidana untuk kepentingan pribadi dan kelompok usahanya. Joko saja diperlakukan sangat istimewa, masak sih kita harus menguukum mereka yang terlibat dalam pemalsuan umur. 

Tapi, saya hanya ingin kita semua menyadari bahwa fase gelap itu telah mengganggu perjalanan sepakbola kita. Proses perjalanan sepakbola kita melompat-lompat dan tak jarang malah seperti jalan di tempat. Makanya jangan heran jika sepakbola kita tertinggal jauh dari Jepang dan Korsel. Bahkan kita juga tertinggal dari Thailand serta Vietnam.

Untuk itu, saatnya kita sungguh-sungguh melakukan perbaikan. Kita buat pondasi dengan baik dan benar. Jangan terburu-buru memanen jika apa yang kita tanam belum masak.