Dunia yang Tidak Sempurna dan Prestasi yang Paripurna
By Admin
nusakini.com, Layar kaca baru saja tertutup dalam menayangkan film Taare Zameen Par (Like Stars on Earth). Film produksi 2017 ini mengetengahkan kisah pengidap disleksia dengan segala dramanya. Dari beragam informasi yang didapat, diketahui bahwa disleksia adalah kesulitan belajar yang terutama berkaitan dengan bahasa tulisan, bahasa lisan, dan bahasa sosial. Penderitanya dapat mengalami disleksia auditory ataupun disleksia visual. Pengidap disleksia auditory cenderung mengalami kesulitan membaca yang diakibatkan oleh masalah penglihatan optik atau gangguan pemrosesan visual, sementara auditory merujuk pada kondisi di mana kondisi di mana seseorang mengalami kesulitan dalam memproses informasi suara. Keduanya jelas berupa hambatan tersendiri pada anak yang tengah berkembang.
Namun demikian, hambatan terhadap perkembangan anak tersebut tidak menjadi halangan mutlak bagi seorang Altan Shaquille Zaydan (14). Bagi penderita disleksia ini, apa yang menimpa pada dirinya dapat diubah sedemikian rupa menjadi energi positif, bahkan mampu mencetak prestasi yang membanggakan. Siswa MTs Darunnajah ini adalah pemenang kategori social science pada ajang perlombaan Global Youth Invention and Innovation Fair (GYIIF) yang diselenggarakan oleh Young Scientist Association (IYSA) di awal tahun ini.
Altan bercerita, dirinya mengalami kesulitan dalam konsentrasi dan kemampuan membaca (20/2). Disleksia menjadi momok baginya hingga umur 4 tahun. Sebelumnya Altan mengalami kesulitan untuk sekadar memasang atau merapikan kancing bajunya. Ia membutuhkan waktu sekitar setengah jam hanya untuk memastikan semua kancing baju telah tersemat dengan baik.
Altan bisa jadi adalah sebuah simbolisme positif. Ia seperti sebuah peneguhan sikap diri bahwa di balik kesulitan pasti ada kemudahan. Bisa dibayangkan, jika mengancingkan baju saja sudah merupakan kesulitan tersendiri, bagaimana dengan aktivitas lain yang lebih berat yang harus dijalaninya. Namun demikian, Altan pun diberkahi karunia lain. Ia adalah pemilik IQ 127, sebuah capaian yang bisa dibilang fenomenal untuk usianya. Dengan potensi seperti ini, Althan mampu menjadi jawara di kelasnya. Capaian sebagai yang terdepan mendorong sikap lain yang merupakan ciri dari penderita sindrom disleksia: jemawa dan sombong.
Menjadi Jemawa
Ia menjadi jemawa dan sombong dengan merasa bahwa capaiannya murni merupakan capaian yang diusahakannya sendiri yang tidak mudah dicapai orang lain. Kondisi ini menjadi pekerjaan rumah tersendiri bagi orang tua yang mengasuhnya. Mereka harus memberikan pendampingan yang mencukupi agar sikap yang negatif tersebut tidak berkembang lebih lanjut dan mereka berhasil untuk itu.
Selepas pendidikan di tingkat dasar, Altan melanjutkan ke tingkat berikutnya di pesantren Darunnajah Jakarta. Di Darunnajah, ia berkembang menjadi pribadi yang cukup mampu untuk mandiri, bahkan mengantarnya menjadi siswa berprestasi dalam ajang Global Youth Invention and Innovation Fair (GYIIF). Bersama tim kerjanya, ia menjadi periset yang diganjar hadiah dengan mengetengahkan karya aplikasi Voactim. Voactim adalah aplikasi yang dirancang sebagai solusi praktis untuk meningkatkan keselamatan dan ketahanan masyarakat di sekitar gunung berapi.
Voactim terdiri dari tiga komponen utama, di antaranya pemancar yang akan mendeteksi gunung berapi aktif selama 24 jam. Aplikasi Voactim memungkinkan penduduk dan pendaki untuk memantau aktivitas gunung berapi secara real-time 24 jam seminggu dari ponsel mereka. Aplikasi ini memberi informasi dan peringatan terkini, membantu orang mengambil tindakan segera untuk melindungi mereka sendiri. Tak ayal, Altan mendapat penghargaan atas karya yang dihasilkannya.
Ia berhasil memberi kemanfaatan pada masyarakat luas melalui aplikasi yang dibuatnya bersama tim. Voactim menjadi pendeteksi andal untuk situasi kedaruratan di gunung berapi. Namun begitu, serasa tidak cukup dengan kemanfaatan yang ada, Altan dibarengi kakaknya, Ayla Zahara Nibras, mencetak prestasi gemilang di ajang yang sama.
Ayla, penggagas aplikasi Edista yang juga mendapat penghargaan yang sama pada oleh Young Scientist Association (IYSA), berhasil kembali mendapatkan penghargaan yang prestisius. Ia kembali mencatatkan diri dengan prestasi yang diukir melalui aplikasi Unify. Masih dalam konteks anak berkebutuhan khusus (ABK), Ayla dan tim menggagas perlunya ketersediaan market place bagi ABK. Kehadiran market place dibutuhkan untuk membantu mereka memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kebutuhan ABK tentu saja berbeda secara umum dengan anak pada umumnya.
Pasar yang dimaksudkan dalam aplikasi Unify adalah mereka yang memiliki kebutuhan khusus. Menurut data terkait yang didadapat, pasar ini memang belum digarap dan masih terbuka untuk dikelola. Ayla melihat ceruk pasar yang bisa jadi belum digarap oleh masyarakat. Di luar konteks urusan bisnis, kepedulian Ayla pada mereka yang berkebutuahan khusus patut diacungi jempol. Di tahun ini, tepatnya perlombaan yang berlangsung 8–10 Januari tahun 2025 Ayla kembali meraih prestasi yang ke-11 kalinya dengan Tim Riset MAN 4 Jakarta.
“Tantangan mereka yang memiliki kebutuhan khusus cukup beragam,” terang Ayla (20/2), ”di antara tantangan tersebut berupa stigma bahwa mereka adalah beban, kendala keuangan, tiadanya fasilitas, dan berbagai kendala lainnya.” Ayla menceritakan bahwa dia dan tim memerlukan waktu sekitar dua bulan untuk menyelesaikan aplikasi yang dimaksud.
Edista dan Unify melengkapi prestasi yang ditorehkan oleh Ayla. Bersama aplikasi Voactim dan kemungkinan prestasi lain, rasa-rasanya mereka adalah sebuah komunitas prestasi. Prestasi ini tidak datang dengan sendirinya, terlebih Altan memiliki riwayat kesehatan yang cukup intensif. Diperlukan sebuah upaya dan perjuangan tersendiri di tengah kesibukan sehari-hari yang harus dihadapi.
Beruntung, mereka hadir dan berada di tengah komunitas yang sangat mendukung upaya mereka. Di MAN 4 Jakarta, prestasi dan kemenangan dalam ajang perlombaan rutin menjadi agenda. Kondisi ini sangat membantu aktivitas riset mereka hingga menorehkan prestasi yang membanggakan.
Dalam konteks yang lebih luas, Ayla dan Altan bisa jadi adalah cerminan konsep keluarga maslahah, terutama dalam hal pembinan keluarga yang berprestasi. Tidak berlebihan jika peran seorang Ibu patut disebut didalamnya. Ibu adalah sebuah kata yang memiliki kekuatan tersendiri untuk setiap orang yang mendengarnya. Seorang wanita akan merasa menjadi seorang wanita yang sempurna ketika sudah menjadi Ibu seutuhnya dan disertai dengan karir yang cemerlang. Wanita yang memiliki karir dan juga memiliki keluarga kecil yaitu suami dan anak-anaknya adalah seorang yang mampu membagi waktu antara kerjaan dan keluarga. (*)