nusakini.com - Presiden Republik Indonesia (RI) kelima, Megawati Soekarnoputri, membuka secara resmi World Culture Forum 2016, di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Nusa Dua, Bali, Kamis (13/10/2016). Forum Kebudayaan Dunia ini dihadiri oleh 1.307 peserta yang berasal dari 63 negara.

Pembukaan WCF 2016 ditandai dengan pemukulan gong oleh Megawati Soekarnoputri, yang didampingi oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy, Menteri Kebudayaan dan Panduan Islam Iran Ali Jannati, Menteri Dalam Negeri dan Pembangunan Desa Tuvalu Namoliki Sualiki Neemia, Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid, dan Direktur UNESCO untuk Jakarta Shahbaz Khan.

Dalam sambutannya, Megawati mengajak para peserta World Culture Forum (WCF) 2016 untuk berurun-rembuk, bergotong royong pikiran dan gagasan, bagaimana tradisi dan budaya setiap bangsa membentuk jati diri bangsa. Terlebih dalam arus deras modernisasi, globalisasi dan pasar bebas.

“Maka bangkitnya kebudayaan, dapat membawa pencerahan dan sekaligus gelombang perubahan yang berperikemanusiaan, penuh solidaritas, serta berkeadilan sosial yang berbasis pada penghargaan terhadap alam dan ekosistem,” kata Megawati.

Sebelumnya Mendikbud Muhadjir Effendy dalam sambutannya mengatakan, World Culture Forum 2016 dirancang untuk membahas dan menempatkan kebudayaan sebagai hulu dalam pembangunan.

“Kita akan bersama-sama mendorong pengarus-utamaan kebudayaan dalam pembangunan dengan menempatkan pertimbangan kebudayaan menjadi hulu dari keseluruhan proses pembangunan,” kata Muhadjir.

Sementara Dirjen Kebudayaan Kemdikbud Hilman Farid dalam laporannya mengatakan, World Culture Forum 2016 diikuti oleh 1.307 peserta dari 63 negara. Para peserta terdiri atas pejabat beberapa negara sahabat, budayawan, perwakilan NGO, para pejabat terkait dengan kebudayaan, dan juga perwakilan dari lembaga-lembaga kebudayaan baik nasional maupun internasional.

Ia menyebutkan ada enam simposium yang digelar dalam Word Culture Forum 2016, yaitu: a. Membangkitkan Kembali Kebudayaan untuk Keberlanjutan Pedesaan; b. Air untuk Kehidupan: Merekonsiliasi Pertumbuhan Sosio Ekonomi dan Etika Lingkungan; c. Menjalin Sejarah, Ruang Kota dan Gerakan Budaya; d. Kebudayaan Dalam Dunia Digital Baru; e. Merekonsiliasi Negara, Masyarakat dan Kebudayaan yang Terpecah; f. Keragaman Budaya untuk Pembangunan yang Bertanggungjawab.(p/mk)