Di Era Online, Presiden Ajak Jangan Berpikir Monoton dan Linier

By Admin


nusakini.com - Dalam hadapi perubahan, jangan monoton berpikir, jangan rutinitas berpikir karena ini kejar-kejaran, harus berani berubah. Hal tersebut disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi), didampingi Ibu Negara Iriana, saat memberikan kuliah umum di Universitas Muhammadiyah Jember, Minggu (13/8/2017)

Dalam sambutannya, Presiden sampaikan bahwa ini pertama kali masuk ke sebuah universitas ditemani oleh Ibu Iriana. Kenapa? Jawabnya, lanjut Presiden, karena Ibu Iriana dulu kuliahnya di Universitas Muhammadiyah, di Solo, di Surakarta, jawabannya itu.

“Kalau ke universitas yang lain saya ajak

enggak mau. Saya di rumah saja. Tapi begitu diajak ke Universitas Muhammadiyah Jember, saya ikut,” jelas Presiden.

Berbicara masalah perubahan-perubahan yang akan dihadapi dalam 5-10 tahun ke depan, lanjut Presiden, adalah masalah visi harus diantisipasi. Perubahan sangat cepat sekali, menurut Presiden, jika tidak sadar, bisa ditinggal.

“Terutama, menyadarkan sumber-sumber daya manusia yang kita miliki. Kita harus sadar betul. Kalau tidak, saya enggak bisa bayangkan. Karena perubahan betul-betul cepat,” tutur Presiden Jokowi.

Indonesia, tambah Presiden baru proses membangun MRT, baru proses membangun LRT, baru akan memulai kereta cepat, itu ramai, sedangkan di negara lain sudah ada hiperloop, gitu. Ia menambahkan bahwa proses perubahan teknologi yang cepat sekali, terutama IT, cepat sekali.

“Elon Musk juga berbicara masalah pengelolaan ruang angkasa, masalah pembayaran. Dulu mungkin 3-4 tahun yang lalu orang berbicara Paypal, sekarang Jack Ma sudah ganti lagi masuk ke Alipay. Cepat sekali. Uang kas kita sekarang masih hampir 90% kita masih membayar pakai uang kas, ada yang sudah mungkin pakai kartu kredit,” jelas Presiden.

Cara antisipasi perubahan-perubahan, menurut Presiden, menyiapkan nilai-nilai ke-Indonesia-an, pembangunan karakter, dan sumber daya manusia. Ia menambahkan bahwa akan ada intervensi ideologi, nilai-nilai budaya, nilai-nilai sosial, nilai-nilai ekonomi yang tanpa disadari.

“Bisa lewat Facebook, bisa lewat Twitter, bisa lewat Instagram, bisa lewat Path, bisa lewat video blog. Cepat sekali, kaget nanti kita. Lho, anak-anak kita kok sudah bergerak ke Utara padahal harusnya yang bener ke Selatan,” Presiden berikan gambaran.

Saat bertemu kepala pemerintahan negara lain, lanjut Presiden, banyak juga yang bingung bagaimana mengantisipasi itu. Presiden bercerita bahwa beberapa negara toko-toko sudah tutup, mal sudah tutup karena pesan barang sekarang beli barang sekarang online semuanya.

“Di kita sudah mulai, sudah ada Blibli, sudah ada Bukalapak, sudah ada Matahari.com. Sekarang saya pun beli gado-gado aja bukan datang ke gado-gado, saya minta Go Food dikirim gado-gado, dateng gado-gado. Pesen sate enggak usah dateng ke warung sate, saya minta Go Food setengah jam sudah ada sate yang saya inginkan,” tambah Kepala Negara.

Lebih lanjut, Presiden sampaikan untuk menitipkan, terutama kepada PB Muhammadiyah, baik yang ada di cabang Jember maupun secara umum di seluruh Indonesia, perubahan-perubahan ini yang perlu diantisipasi. Presiden sampaikan jangan sampai sekali lagi, nilai-nilai ke-Indonesia-an, nilai-nilai keIslaman kita tergerus gara-gara tidak siap mengantisipasi.

“Saya beberapa kali waktu ketemu Pak Rektor di Jember, ketemu Pak rektor Muhammadiyah di Jogja, saya sampaikan kepada Bapak Menteri, mestinya kurikulum pendidikan di kita ini juga mulai harus diubah. Perguruan tinggi juga harus berani mengubah. Universitas Muhammadiyah Jember, juga berani harus berubah,” tambah Presiden.

Di setiap universitas, tambah Presiden, mesti ada fakultas ekonomi, Fakultas hukum, fakultas sosial politik, ketiganya ini pasti ada. Mestinya, menurut Presiden, fakultas itu sudah berubah berganti, misalnya, fakultas manajemen logistik, fakultas manajemen retail ya karena sudah berubah.

“Fakultas manajemen, apalagi, toko online. Loh, ini di negara lain sudah mulai ada gitu loh, saya ngomong ini di negara lain sudah mulai ada. Jadi kalau Universitas Muhammadiyah Jember memulai, universitas yang lain ditinggal nanti. Ya harus berani,” tambah Presiden.

Dalam hadapi perubahan, menurut Presiden, jangan berpikir linier, jangan monoton berpikir, jangan rutinitas berpikir karena ini kejar-kejaran. Namun demikian, lanjut Presiden, basic nilai-nilai keagamaan, nilai-nilai ke-Islam-an, nilai-nilai ke-Indonesia-an itu sudah baku harus.

Untuk mengejar, menurut Presiden, mestinya juga ada fakultas, yang ramai sekarang misalnya fakultas animasi, fakultas e-sport, fakultas video. Karena memang, tambah Presiden, sekarang ini perubahannya ke sana.

“Orang berjualan tidak di toko lagi kok, tidak di mal lagi. Sudah di online. Di negara sudah tergerus toko, mal itu sudah tergerus 30% karena pembelian lewat online. Hati-hati. Saya sudah menyampaikan kepada menteri, hati-hati mengantisipasi ini jangan sampai nanti toko-toko tutup kita kaget,” Presiden mengingatkan.

Landscape ekonomi, menurut Presiden, paling kelihatan mengalami perubahan. Ia juga menambahkan bahwa landscape politik juga sama berkaca pada peristiwa keluarnya Inggris dari Brexit atau pemilu presiden Amerika yang ada perubahan dari hasil survei.

“Yang kedua saya titip. Negara kita ini negara besar, 17.000 pulau, 516 kota/kabupaten, 34 provinsi, 714 suku yang berbeda-beda, 1.100 lebih bahasa lokal yang berbeda-beda. Inilah anugerah Allah yang diberikan kepada kita bangsa Indonesia. Ini sudah menjadi hukum Allah, sudah menjadi takdir kita bahwa kita ini memang hidup dengan alam keragaman yang amat banyak. Agama beda, suku beda, tinggal di pulau yang berbeda-beda,” pungkas Presiden seraya menyampaikan kekaguman Kepala Negara lain tentang keberagaman Indonesia.

Turut mendampingi Presiden dalam acara kali ini Mendikbud Muhadjir Effendy dan Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki. (p/ma)