Denyut Kota Chiang Mai yang Eksotis

By Admin



nusakini.com - Menikmati kota Chiang Mai, yang terletak di bagian utara Thailand, hanya dengan tiga malam dan empat hari serasa tidak cukup. Apalagi beberapa dari kami tiba di bandara Chiang Mai International Airport persis tengah malam, disela menuju pergantian hari.  Jarak dari bandara ke hotel yang umumnya ditempuh sekitar 20 menit, hanya butuh sekitar 15 menit mencapai Hotel Centara Duangtawan.  Memang, kota sedang “beristirahat”.


Di kota ini luas tidaklah terlalu lebar, dengan sidewalk bagi pedestrian hampir dua meter lebarnya. Hanya bisa empat mobil berpapasan.  Jalan-jalan,  yang tampak begitu bersih, menyambut udara kota yang nyaman. Deretan toko di depan hotel kami rata-rata berukuran kecil.  Hampir semua toko telah dibuka.  Satu toko telah mengatur rapi beberapa sepeda motor tepat di depan tokonya.  Disewakan khususnya bagi wisatawan, seperti dijelaskan salah satu penduduk lokal yang kami tanya.  Satu-dua songthaew, kendaraan umum lokal, melintas bersama kendaraan pribadi, diselingi sepeda motor, di jalan depan hotel.  Dari penampilan pengendara dan penumpang, tampaknya mereka bersiap ke tempat kerja.  Irama kehidupan sekitar wilayah hotel tampak dimulai dengan perlahan.  Suasana yang membentuk “gairah” yang masih belum lengkap. Belum sepenuhnya menyentuh, saya merasakan.


“Sentuhan” kota mulai tampak, justru muncul di depan hotel kami.  Di depan hotel, sejumlah bus besar parkir, menurunkan lalu membawa sebagian besar wisatawan. Ada banyak ragam bahasa kami dengar.  Keramaian bertambah dengan sejumlah penjaja lokal, umumnya menjual buah-buahan segar.   Ada juga menjual pernik asesori.  Hiruk-pikuk tampak.  Chiang Mai perlahan bergerak. 


Di Malam hari kota, yang terletak di ujung utara Thailand ini, “menjawab” gairah  kami yang belum lengkap.  Keluar dari hotel dan menyeberang persimpangan empat, hotel internasional bintang empat Le Meridien menyambut pejalan kaki yang memenuhi kedua sisisidewalk Loykroh Road.   Sidewalk ini menuju ke pusat night market yang terletak di Chang Klan Road, sekitar 200 meter arah timur.  Wisatawan, dari Asia namun kebanyakan wisatawan barat, lalu lalang di kedua sisi sidewalk, sekitar pukul 9-an malam hari.


Tepat di perempatan Loykroh Road dan Chang Klan Road, adalah tempat restauran international Le Bistrot.  Sebagian meja-meja berada di luar restauran.  Tidak ada kursi tersisa.   Hampir seluruhnya wisatawan barat memenuhi kursi restauran.   Di ujung lain perempatan, terdapat dua toko cepat saji terkenal; Burger King dan McDonald’s.


Walau sepanjang Chang Klan Road tidak ditutup penuh, namun tampaknya seperti tidak diperuntukkan bagi kendaraan pada saat pasar malam.  Hanya lautan orang yang memadati keseluruhan badan jalan.  Satu dua mobil yang melintasi harus perlahan melaju, sambil selalu mendahulukan pejalan yang akan menyeberang.  Di bahu jalan sejumlah songthaewdan tuk-tuk, kendaraan umum beroda tiga, parkir.  Beberapa orang khusus bertugas menawarkan jasa ke pejalan kaki.


Menyusuri bagian dalam sisi jalan sepanjang Chang Klan Road, beragam hal menawarkan “magnet” bagi pengunjung.  Bagi yang memang berupaya merasakan “sentuhan” Chiang Mai, mereka dapat singgah ke pengrajin payung ataupun pemahat sabun.  Bisa juga mampir ke penjaja kerajinan tangan khas Ching Mai. Beragam bisa ditemukan di tempat itu seperti pakaian,asesori, sutra khas Thailand, perhiasan, jam tangan, serta beragam perhiasan kecil termasuk mainan. Beberapa penjaja khusus menjual buah-buahan serta makanan ringan ala Thailand.   Di sepanjang jalan Chang Klan Roadini juga ditemukan toko kamera, internet café, agen perjalanan, tempat pijat, dan banyak toko lainnya.  Ada bahkan tempat bagi para wisatawan berfoto dengan memakai pakaian tradisional setempat.  Yang menarik adalah harga yang dijual, khususnya barang hasil kerajinan tangan, tidak mahal.  Bisa ditawar.  Juga, pusat pembuatannya tidak jauh darinight market. (rm/mk)