Catatan M. Nigara: Sampai Kapan Kita Bersembunyi?

By Abdi Satria


KITA boleh terus tersenyum kepada siapa pun. Boleh juga mengangguk memberi hormat. Kita pun boleh tetap melantunkan kata santun saat bercakap-cakap. Tapi, Allah tak mungkin tertipu.

Kita boleh terus bersembunyi. Membalut hitam dengan warna putih cemerlang. Kita juga bisa terus bersandiwara. Tapi, Allah tahu isi hati kita.

Kepada siapapun, kita bisa terus bersembunyi. Kepada siapa pun kita bisa terus bersandiwara. Kepada setiap orang, kita bisa terus menggunakan topeng kebaikan.

Pertanyaannya, sampai kapan? Sementara, waktu terus menarik kita ke garis depan. Garis yang tak bisa kita hindarkan. Garis kematian.

Sungguh, hentikanlah permainan. Segera tanggalkan topeng kepalsuan. Keluarlah dari persembunyian.

Allah SWT berfirman, "Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri-diri mereka, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya, Allah mengampuni semua dosa, sesungguhnya Dialah Zat Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Maka, kembalilah kepada Tuhanmu dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datangnya azab kemudian kalian tidak dapat lagi mendapatkan pertolongan."

(QS az-Zumar [39]:53-54).

Dan, barang siapa yang bertobat dan beramal saleh maka sesungguhnya Allah akan menerima tobatnya."

(QS al-Furqaan [25]: 71).

Semoga kita mampu membaca tanda-tanda zaman. Semoga bermanfaat.

Aamiin.....


M.Nigara, wartawan senior, staf khusus Menpora