MUNGKINKAH Gianni Infantino, Presiden FIFA yang terpilih  Februari 2016 (masa jabatan empat tahun, maksimal tiga kali), membuat hattrick? Dua presiden FIFA sebelumnya, Joao Havalange dan Joseph Blatter, tersungkur karena kasus korupsi.

Akhir Juli 2020, tiba-tiba dunia sepakbola dikejutkan oleh berita pemeriksaan Infantino oleh kejaksaan Swiss. Seperti dua mantan presiden sebelumnya, Infantino juga diduga telah melakukan pelanggaran pidana korupsi. Apakah benar atau tidak, pihak kejaksaan masih akan mendalaminya. Sementara Infantino sendiri, sama seperti dua presiden sebelumnya, membantah saat awal.

Keduanya tak bisa berkutik ketika pihak penyelidik mulai membuka satu persatu. Kejaksaan Swiss mampu menyingkap seketat apa pun rahasia gelap keduanya. Keduanya akhirnya menyerah pada perjalanan hukum.

Begitu juga dengan Presiden FIFA yang ke-9 ini. Jika akhirnya terbukti, maka Infantino harus meninggalkan kursi orang nomer satu di sepakbola dunia. Jangankan terbukti, begitu pekan depan kejaksaan Swiss menaikan posisinya dari terperiksa menjadi tersangka, maka sayap Infantino pasti patah.

Apalagi, selama ini Infantino memposisilan dirinya sebagai orang yang bersih. Jika kejaksaan bisa menjadikannya tersangka, maka Infantino akan tercemplung pada kolam yang sama. Tapi, jika tidak terbukti, ia akan dicatat dalam sejarah FIFA sebagai tokoh yang bebar-benar bersih.

Pangkas Gaji

Saat mantan Sekjen UEFA itu terpilih sebagai orang nomer satu di sepakbola dunia, banyak harapan disematkan di pundaknya. Apalagi langkah awalnya begitu luar biasa menjanjikan. Di saat semua orang berlomba menaikan gaji, Infantino justru kebalikannya.

Infantino mengumumkan pemangkasan hingga 50 persen gaji presiden FIFA. Saat Blatter menjabat, presiden bergaji sekitar 3 juta USD di luar fasilitas mobil, sewa apartemen, perjamuan, perjalanan, dan sebagainya. Infantino mengatakan ia cukup bergaji 1,53 juta USD atau sekitar Rp 20,3 miliar pertahun.

Tidak hanya itu, Infantino juga diyakini menghapus bonus di setiap Piala Dunia yang konon angkanya bisa mencapai 20 juta USD. Ia juga memotong kemewahan lain.

Seperti kita ketahui Joao Havalange, Presiden FIFA asal Brasil, memimpin selama 24 tahun (1974-1998), Joseph Sepp Blatter asal Swiss seperti Infantino, menjadi Presiden FIFA selama 17 tahun (1998-2005). Keduanya rontok karena ada skandal keuangan. Akankah Infantino membuat hattrick, wallahu a'lam bisyawab.

Apa pun yang terjadi pada Infantino, kita berharap tak ada dampak negatifnya pada penyelenggaraan Piala Dunia U20, Mei-Juni 2021. Maklum kita telah mengeluarkan biaya tidak sedikit untuk mempersiapkan diri sebagai tuan rumah. Infantino sendiri diyakini sangat besar perannya atas terpilihnya Indonesia sebagai tuan rumah.

Dibandingkan presiden-presiden yang lain, Infantino kasat mata sangat perhatian pada sepakbola kita. Infantino juga tercatat sebagai Presiden pertama yang mau menemui presiden satu negara. Biasanya, Presiden FIFA sangat arogan. Salah satu contoh terjadi tahun 1990, menjelang pembukaan Piala Dunia, di Milan. Carlos Menem, Presiden Argentina meski sudah menunggu sangat lama, Havalange tetap tak mau ditemui. Kisah seperti ini berulang berkali-kali dan menimoa banyak presiden negara-negara lain.

Kita tunggu saja, apakah Infantino bersih atau tidak, kita serahkan kejalur hukum.


M. Nigara

Wartawan Sepakbola Senior