Capai Investasi Rp 15 Triliun, Industri Semen Perlu Bidik Pasar Domestik

By Admin

nusakini.com--Investasi pada industri semen di Indonesia mencapai Rp15 triliun sepanjang tahun 2016, menunjukkan masih menariknya sektor ini bagi investor dalam maupun luar negeri. Namun, capaian tersebut perlu diimbangi dengan pemenuhan semen untuk pasar domestik yang peluangnya cukup besar. 

“Konsumsi semen perkapita nasional saat ini sekitar 243 kg per kapita. Sedangkan, jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia sebesar 751 kg per kapita, Thailand sebesar 443 kg per kapita dan Vietnam sebesar 661 kg per kapita,” ungkap Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto pada kegiatan Semen Indonesia Award on Innovation 2015-2016 di Gresik, Jawa Timur, Senin (9/1). 

Untuk itu, Kementerian Perindustrian terus mendorong penggunaan semen dalam negeri pada program pembangunan infrastruktur yang dicanangkan oleh pemerintah. “Kami akan berkoordinasi dengan kementerian terkait seperti Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat serta instansi lainnya, sehingga diharapkan utilisasi industri semen nasional dapat ditingkatkan,” jelas Airlangga. 

Menurut Menperin, pihaknya berkomitmen untuk menjaga iklim usaha tetap kondusif sehingga industri semen nasional dapat berkembang. Upaya yang dilakukan, antara lain dengan mengendalikan impor semen maupun klinker, mendorong diversifikasi produk barang-barang dari semen, serta penerapan dan penegakan Standar Nasional Indonesia (SNI) semen secara wajib maupun pengembangannya. 

“Selain itu, kami juga meminta kepada pelaku industri semen nasional agar terus membangun budaya inovasi untuk meningkatkan keunggulan kompetitif di tengah persaingan yang semakin ketat baik di tingkat regional maupun internasional,” paparnya. 

Apalagi, lanjut Airlangga, inovasi tersebut juga akan menjadi keuntungan bagi perusahaan agar menjadi lebih efisien terutama dalam mengatasi kelebihan kapasitas produksi semen dalam negeri, yang sejak tahun 2015 mencapai 25 persen dari kebutuhan. 

Dalam kesempatan ini, Menperin memberikan apresiasi kepada PT. Semen Indonesia atas upaya menumbuhkan semangat berinovasi di lingkungan grupnya melalui ajang Semen Indonesia Award on Innovation 2015-2016. “Karena kegiatan ini bertujuan dapat memacu kinerja industri semen secara berkesinambungan melalui cost leadership dan operational excellence,” tuturnya. 

Guna mendorong peningkatan daya saing, kata Airlangga, pelaku industri di seluruh dunia sedang bertransformasi untuk menyambut Revolusi Industri yang ke-4 atau dikenal dengan istilah Industri 4.0, yang menekankan pada Platform Internet of Things untuk mencari langkah-langkah efisiensi dan optimalisasi proses produksi agar mencapai output yang maksimal. “Industri semen diharapkan dapat melakukan transformasi sesuai dengan perkembangan teknologi Industri 4.0 yang dapat diterapkan secara bertahap,” terangnya. 

Sedangkan, terkait dengan program pemerintah untuk memberdayakan penggunaan tenaga kerja lokal di sektor industri, Airlangga menyampaikan, pihaknya telah memfokuskan pengembangan pendidikan dan pelatihan vokasi industri yang berbasis kompetensi serta memiliki keterkaitan dan kesepadanan (link and match) antara dunia pendidikan dengan dunia kerja. 

“Pendidikan vokasi diharapkan mampu menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten sesuai kebutuhan di dunia industri saat ini, sehingga tidak ada lagi kesenjangan antara kebutuhan tenaga kerja industri dengan tenaga kerja yang tersedia,” jelasnya. 

Selanjutnya, Menperinmengharapkan agar Semen Indonesia Group dapat mendukung dan membuat program pendidikan vokasi yang bekerja sama dengan sekolah kejuruan di sekitar pabrik maupun daerah lainnya sehingga kebutuhan tenaga kerja dapat dipenuhi oleh tenaga kerja lokal. 

Sementara itu, Dirjen Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka (IKTA) Kemenperin Achmad Sigit Dwiwahjono mengatakan, pada tahun 2017, konsumsi semen di Tanah Air akan meningkat hingga 84,96 juta ton. Hal ini antara lain mengingat adanya pembangunan infrastruktur yang sedang gencar dilaksanakan oleh pemerintah. 

Menurutnya, proyek pemerintah membutuhkan banyak pasokan semen dan akan naik setiap tahunnya. Di samping itu, maraknya pembangunan perumahan dan properti juga menjadi faktor meningkatnya permintaan semen. "80 persen konsumsi semen adalah oleh masyarakat," katanya. 

Sigit menjelaskan, untuk mengukur suatu negara apakah terbangun atau tidak dapat dilihat dari pertumbuhan industri semen pada negara tersebut. "Kalau industri semen di negara tumbuh, maka pembangunan di dalam negeri juga pasti tumbuh, begitu gampangnya," tuturnya. 

Sigit menambahkan, salah satu indikator peningkatan nilai investasi industri semen tahun ini ditandai dengan beroperasinya pabrik semen baru milik Semen Indonesia di Rembang, Jawa Tengah. Keberadaan pabrik semen tersebut diharapkan dapat mengangkat ekonomi daerah setempat. 

Sementara itu, Direktur Utama PT. Semen Indonesia Rizkan Chandra mengatakan, kekuatan Holding Semen Indonesia Group saat ini adalah dari sisi kapasitas produksi. “Di tengah kondisi perekonomian yang sulit dan persaingan yang semakin ketat, Semen Indonesia masih bisa menciptakan rekor baru di bidang produksi,” ujarnya. 

Tahun 2016, Rizkan menyebutkan, Pabrik Tuban mampu memproduksi sebanyak 1.381.907 ton atau naik dua persen melampaui jumlah produksi tahun 2015 sebesar 1.355.795 ton. "Kami berharap di tahun-tahun mendatang, pabrik-pabrik SMIG dapat ikut menorehkan prestasi produksinya," harapnya. 

Menurut Rizkan, peningkatan produksi ini didukung adanya pabrik yang terintegrasi sehingga mampu menciptakan peluang biaya distribusi yang lebih terjangkau dan jaminan ketersediaan produk di pasar. “Selain itu, juga didukung distribusi terintegrasi yang luas dengan 11 pelabuhan, 25 packing plant, dan ratusan distributor se Asia Tenggara,” ungkapnya. 

Pada kesempatan tersebut, Rizkan mengajak semua karyawan Semen Indonesia grup agar merubah pola pemasaran dan penjualan dalam menghadapi kondisi persaingan yang semakin ketat saat ini. "Saat ini kita harus merubah pola customer oriented company. Kita harus menjadi perusahaan yang berorientasi melayani. Bukan dilayani," tegasnya. 

Menurutnya, tanggal 7 Januari adalah hari yang bersejarah. Menjadi catatan sejarah sebagai tanggal berdirinya Holding PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. yang dibentuk sebagai upaya memperkuat kinerja perusahaan yang lebih baik dan berkelanjutan agar mampu memenangkan persaingan industri semen yang semakin kompetitif. 

PT. Semen Indonesia didirikan tahun 1957 dengan kapasitas awal 250.000 ton per tahun. Namun, saat ini produksi bisa mencapai kapasitas 37,8 juta ton dengan tambahan beroperasinya Pabrik Indarung dan Pabrik Rembang. Lompatan luar biasa ini menjadikan PT. Semen Indonesia sebagai produsen semen terbesar di Asia Tenggara.(p/ab)