Bertemu Presiden WEF, Pemerintah Indonesia Bahas Pengembangan Manufaktur dan Pemulihan Ekonomi Global

By Abdi Satria


nusakini.com-Davos-Dalam perhelatan World Economic Forum di Davos, Swiss, Pemerintah Indonesia menyampaikan beberapa fokus perhatian terkait pengembangan sektor manufaktur di Tanah Air, antara lain pencabutan larangan ekspor crude palm oil (CPO) serta pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT).

Usai mendampingi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dalam pertemuan dengan Presiden World Economic Forum Børge Brende, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan bahwa WEF mendukung Indonesia dalam pencabutan larangan ekspor CPO dan bahan baku minyak goreng. “Presiden WEF menyampaikan pendapatnya mengenai pentingnya ketahanan pangan dan pendapatnya mengenai proteksi terhadap bahan baku pangan,” ujar Menperin di Davos, Swiss, Minggu (22/5) waktu setempat.

Selanjutnya, pertemuan juga membahas upaya pencapaian target nett zero carbon yang dilakukan Indonesia. “Presiden WEF menyampaikan bahwa potensi besar yang dimiliki Indonesia untuk mengembangkan renewable energy perlu didorong lebih kuat, meskipun memang diperlukan anggaran besar untuk melakukan substitusi dari energi fosil ke EBT,” jelas Menperin.

Selain itu, pertemuan tersebut juga membahas rencana Indonesia mengembangkan Ibu Kota Negara (IKN). Presiden WEF mendukung hal ini sebagai upaya pemerataan ekonomi. WEF juga memandang Indonesia sangat berhasil dalam penurunan gini ratio yang merupakan indikator tingkat ketimpangan dalam masyarakat.

“Kami juga mengajak forum untuk berkolaborasi dalam upaya pemulihan ekonomi global yang secara inklusif,” ujar Agus.

Upaya pemulihan ekonomi global berkaitan dengan Global Risk Report 2022 World Economic Forum yang melaporkan bahwa sekitar 84,2 persen responden merasa khawatir dengan arah masa depan dunia. Dalam Presidensi G20, Indonesia berupaya memastikan peran penting G20 dalam mengatasi kecemasan tersebut dengan menjadi katalis untuk pemulihan ekonomi global yang inklusif.

Hal ini dapat ditempuh melalui kolaborasi membangun daya saing sektor industri manufaktur yang berkelanjutan, terutama pengembangan kompetensi sumber daya manusia (SDM) dan penerapan teknologi industri 4.0 serta kerja sama di sektor-sektor industri yang potensial seperti industri kemasan makanan, kemudian untuk komponen dan aksesoris kendaraan, farmasi dan obat-obatan, dan industri elektronika di ASEAN.

Menutup pertemuan tersebut, Pemerintah Indonesia mengundang WEF untuk melanjutkan pembahasan di kesempatan itu dalam pertemuan lanjutan di Jakarta.(rls)