Bertemu Masyarakat Indonesia di Australia, Presiden Jokowi: Ya Ambisius, Kerja Harus Ambisius

By Admin

nusakini.com--Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku banyak yang menilainya terlampau ambisius terkait dengan kebijakannya untuk fokus membangun infrastruktur di seluruh tanah air, sebagaimana alokasi anggaran yang mencapai Rp 342 triliun. 

“Ya ambisius, kerja harus ambisius,” kata Presiden Jokowi saat bertemu dengan warga Indonesia di Sydney, Australia, Minggu (26/2).

Sebelumnya Presiden Jokowi mengemukakan, anggaran untuk infrastruktur memang meloncat sekali, karena pemerintah ingin dalam 5 (lima) tahun ini fokus kepada infrastruktur karena ini adalah basic, menjadi dasar bagi pergerakan ekonomi ke depan. 

“Anggaran dari Rp177 triliun ke 2017 sudah 2 kali Rp342 triliun. Memang melonjak karena kita ingin fokus, tidak ingin anggaran itu dibagi-bagi kecil-kecil di semua kementerian, ndak,” ujarnya. 

Presiden Jokowi juga menunjuk proyek pembangkit listrik 35.000 Mega Watt (MW). Menurutnya, banyak yang menyangsikan, “Tidak bisa Pak, sulit Pak”. 

Presiden meminta, jangan ngomong di depan pesimis seperti itu, dikerjakan dulu. “Kerja kok pesimis? Kerja itu harus optimis. Perkara nanti selesai atau tidak selesai itu nanti di akhir dilihat,” ujarnya. 

Kalau tidak selesai, lanjut Presiden, harus diketahui problemnya apa, sebabnya apa, masalahnya apa. Tapi kalau orang kita itu diberi target, menurut Presiden, nanti dapatnya juga sangat sedikit. 

Presiden mengingatkan, kita selama 71 tahun kita merdeka hanya memiliki 53.000 MW. “Bayangkan. 53.000 MW dalam 71 tahun, lha ini dalam 5 tahun 35.000 MW enggak mungkin, banyak yang bilang seperti itu. Tapi nanti misalnya tidak selesai 35.000 MW, selesai 25.000 MW itupun sebuah pekerjaan yang luar biasa loncatannya. Saya meyakini di atas itu masih bisa. Ini kita masih punya waktu 2,5 tahun lebih,” tutur Presiden. 

Karena itu, lanjut Presiden, kesempatan ini harus dikerjakan pagi-siang-malam 3 shift. Jika biasanya kerja hanya pagi sampai sore, tutur Presiden, ya ini pagi sampai pagi. 

“Memang ini kita kekurangan. Setiap saya ke provinsi, setiap saya ke daerah, setiap saya ke kabupaten keluhannya, orang marah, masalah listrik yang biarpet. Saya bagian dapat marah-marahnya saja. Enggak apa-apa, itu memang bagian dari amanah yang diberikan kepada saya,” terang Presiden 

Yang berkaitan dengan jalan tol, sambung Presiden Jokowi, kenapa ini kita bangun, supaya nanti logistic cost, transportation cost itu bisa semuanya turun karena lebih cepat, karena jalannya bebas hambatan. Akhirnya apa? Nanti harga barang-barang akan juga turun. 

“Inilah yang sudah kita mulai. Ini gambar-gambarnya ada, yang Trans Sumatera, ini dari Lampung ke atas menuju ke Aceh,” ungkap Presiden. 

Diakui Presiden Jokowi, sering orang menyangsikan “Pak, paling-paling groundbreaking, setelah itu enggak dimulai”. 

Ya silakan, lanjut Presiden, wong ada gambarnya. “Enggak percaya ya datang saja ke Lampung, ke Palembang, apakah sudah jadi seperti digambar ini atau tidak. Karena ini setelah groundbreaking, hampir 5 kali saya datangi, saya datangi, saya datangi, saya datangi lagi, saya datangi lagi. Saya cek, saya cek, saya cek, saya cek, saya cek lagi. Jadi yang kerja juga merasa diawasi,” tukasnya. 

Jadi, lanjut Presiden, kerja itu memang harus diawasi sehingga orang kerja itu merasa ada yang ngontrol. “Ini yang sering tidak dilakukan. Sehingga tol Trans Sumatera, tol Manado Bitung, tol Balikpapan-Samarinda yang berhenti ini 8 tahun sudah mulai semuanya. Kita harapkan nanti, nanti bisa kita ukur setelah 5 tahun diukur berapa kilo, nanti akan kelihatan,” tuturnya. 

Sebelumnya Dubes RI di Australia, Nadjib Riphat Kesoema, dalam laporannya mengatakan, kehadiran Presiden adalah momen yang ditunggu.

“Tak heran dalam sehari saat pendaftaran acara temu masyarakat dibuka, tanggal 21 Februari yang lalu, seluruh kapasitas ruangan ini yang berjumlah 2.500 orang langsung terisi, luar biasa,” kata Nadjib. 

Padahal, lanjut Nadjib, mereka tidak hanya datang dari kota Sydney tetapi kota-kota lain seperti dari Canberra, dari Melbourne, dari Wolongong, dari Brisbane, dan dari kota-kota lainnya sekitar Sydney. 

Untuk mengakomodasi tingginya antusiasme warga kita yang total berjumlah 76.000 orang di seluruh negara bagian yang tak sempat bertemu langsung dengan Presiden, menurut Dubes Nadjib, pihaknya juga menyiarkan langsung pertemuan Presiden Jokowi dengan warga Indonesia di Australia via livestreaming. 

“Saat ini saya rasa lebih dari 50.000 orang Indonesia di Australia melihat livestreaming itu dan juga keseluruh dunia,” terang Nadjib. 

Menurut Dubes Nadjib, masyarakat Indonesia di Australia terdiri dari yang sudah tinggal lama di sini, para profesional, dosen, peneliti, pengusaha, karyawan, swasta, termasuk 19.000 orang pelajar dan mahasiswa. 

“Mereka semua berharap bertatap muka langsung dengan Bapak dan Ibu (Presiden) pada hari ini. Diaspora kita dikenal menjunjung tinggi menjunjung nilai-nilai multikulturalisme yang selama ini juga dikembangkan oleh Australia,” kata Nadjib. 

Turut mendampingi Presiden Jokowi dalam kesempatan itu, Ibu Negara Iriana Joko Widodo, Menlu Retno Marsudi, Seskab Pramono Anung, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, Kepala BKPM Thomas Lembong, dan Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Triawan Munaf. (p/ab)