Berpacu Semangat Dimasa Pandemi Dan Bulan Suci

By Admin


Sebuah Refleksi E-Learning

Oleh : Mugni Budi, BPSKL Kalimantan


nusakini.com - Pada awalnya saya dan mungkin juga sebagian orang berpikir bahwa Pelatihan Jarak Jauh Pendampingan Perhutanan Sosial Paska Ijin dengan metode LMS (learning Management System) yang dilaksanakan oleh Kementerian LHK (Direktorat Jenderal PSKL bekerjasama dengan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM) ini adalah sesuatu yang tidak realistis dan sangat dipaksakan sehingga tidak akan berhasil mencapai maksud dan tujuan serta sasaran yang diharapkan. Saya berpikir demikian karena banyak faktor yang saya anggap sebagai penghambat yaitu waktu persiapan yang sangat singkat, banyak dan beragamnya pihak yang terlibat sebagai panitia dan tutor (narasumber), sasaran utama peserta adalah 3.000 petani dan pendamping dari Kelompok Perhutanan Sosial yang notabene belum memahami LMS, pelatihan tersebut berlangsung pada masa Pandemi Covid-19, serta pelaksanaan pelatihan yang bertepatan dengan Bulan Suci Ramadhan.

Seiring waktu berjalan, kenyataan menunjukan bahwa semua permasalahan yang saya pikirkan tersebut ternyata tidak mampu menjadi penghambat pelaksanaan kegiatan.  

Waktu persiapan yang hanya lebih kurang 2 minggu benar-benar dimanfaatkan dengan sangat baik secara maksimal oleh berbagai pihak dari KLHK (Ditjen PSKL dan BP2SDM serta berbagai Satker yang terlibat yaitu Pusdiklat, 7 BDLHK dan 5 BPSKL) maupun non KLHK (TP2PS, Akademisi, LSM/NGO, Para Pakar, dll). Di bawah komando Bapak Dirjen PSKL yang dengan Penuh Semangat secara langsung memberikan arahan pelaksanaan dan kemudian secara berjenjang memberikan pelimpahan kewenangan kepada Direktur PKPS untuk pengendaliannya sehingga pelaksanaannya dapat terkendali dengan baik. Kesibukan luar biasa dengan hiruk pikuk dan hingar bingar seperti angin topan/angin ribut (istilah Ibu Direktur PKPS) sungguh terasa sejak 2 minggu sebelum pelaksanaan pelatihan. Berbagai upaya dilakukan untuk mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan kepada semua pihak dalam upaya mematangkan persiapan, seperti pembahasan dan pencermatan modul yang sebelumnya telah disusun dengan baik oleh Direktorat Kemitraan Lingkungan (KL) Ditjen PSKL namun dianggap perlu pencermatan dan pengkayaan, pembahasan skenario pembelajaran, penentuan dan pengaturan Tutor siapa dan bertugas dimana, hingga penentuan jadwal pelaksanaan menjadi topik utama dalam pembahasan persiapan pelatihan yang semuanya dilaksanakan melalui zoom meeting serta diskusi melalui banyak WA Grup. Satu minggu menjelang pelaksanaan pelatihan, hiruk pikuk dan hingar bingar kesibukan para pihak dalam mempersiapkannya semakin terasa gemuruhnya. Berbagai Workshop, Rapat Pembahasan dan Pertemuan melalui zoom meeting serta diskusi melalui banyak WA Grup dilakukan baik oleh Ditjen PSKL, BP2SDM (Pusdiklat LHK), hingga masing-masing BDLHK se Indonesia. Tak kalah hiruk pikuknya adalah persiapan pada setiap BDLHK dan BPSKL dalam mengkoordinasikan dan memastikan keikutsertaan para peserta pada masing-masing gelombang dan angkatan, yang mana pada tahap I akan dilaksanakan sebanyak 3 Gelombang yang terdiri dari 6 angkatan. Pada minggu terakhir sebelum pelaksanaan tersebut semua BDLHK sangat sibuk melakukan registrasi, sosialisasi LMS, gladi kotor hingga gladi bersih dengan peserta, serta beberapa kali pembahasan persiapan dan koordinasi dengan tutor untuk memantapkan persiapan pelaksanaan melalui zoom meeting serta diskusi melalui WA Grup. Kerja sama dengan semangat dan semangat dalam kebersamaan itulah yang saya rasakan, Semuanya Berpacu Semangat …. Sungguh Luar Biasa….

Beragam dan banyaknya pihak yang terlibat sebagai panitia dan tutor dari berbagai instansi dan lembaga yang berbeda ternyata juga tidak menjadi penghalang atau penyebab munculnya masalah yang menghambat kelancaran pelaksanaan pelatihan e-learning ini. Panitia dan Tutor yang terlibat sangat beragam dari KLHK (Ditjen PSKL dan BP2SDM serta berbagai Satker yang terlibat yaitu Pusdiklat, 7 BDLHK dan 5 BPSKL) maupun non KLHK (TP2PS, Akademisi, LSM/NGO, Para Pakar, dll). Banyak dan beragamnya personil maupun lembaga yang terlibat tidak menjadi penghambat karena masing-masing membawa semangat yang sama untuk kelancaran dan kesuksesan pelatihan e-learning tersebut, sehingga justru semakin memperkaya pemikiran serta pembahasan persiapan yang lebih dinamis. Saya merasakan dalam setiap zoom meeting atau komunikasi dalam media sosial melalui banyak WA Grup, semangat Kebersamaan dalam keberagaman tersebut memberikan kontribusi yang luar biasa dalam menyukseskan penyelenggaraan pelatiahan ini.

Kelompok Tani yang notabene belum memahami LMS (learning Management System) dengan serba keterbatasan akses, sarana prasarana serta kemampuan sumber daya manusianya, ternyata juga tidak mengakibatkan terhambatnya pelaksanaan pelatihan e-learning ini. Kebersamaan, kekompakan, kesungguhan serta semangat yang tak pernah luntur dari pendamping serta para petani itu sendiri sebagai peserta telah mampu menjawab kekhawatiran banyak pihak termasuk saya selama ini bahwa ternyata petani juga mampu mengikuti pelatihan e-learning (LMS) ini dengan baik. Keuletan dan semangat yang tinggi dari pendamping dalam membimbing dan mengarahkan para petani sebagai peserta akhirnya mereka semua bisa mengakses LMS sebagai ruang kelas online pada pelatihan ini. Para petani sebagai peserta ada yang cukup diajari dengan seksama oleh pendamping hingga paham, ada juga yang hanya ikut perangkat pendamping bahkan ada yang secara bersama-sama menggunakan media secara berkelompok untuk mengakses LMS tersebut secara online. Dalam sesi diskusi di kelas, para peserta baik pendamping maupun petani sangat aktif dan tidak segan-segan mengajukan pertanyaan, menyampaikan permasalahan atau bahkan sharing pengalaman terkait kegiatan yang telah atau sedang mereka laksanakan, diskusi di kelas pun terasa hidup sehingga alokasi waktu yang disediakan untuk setiap Mata Pelatihan (MP) selalu terasa kurang. Pada saat pelajaran di kelas atau saat diskusi, tidak jarang bagi sebagian petani menunjukan keluguan dan keunikan mereka dalam mengekspresikan dirinya pada saat mengoperasikan perangkat dalam kegiatan LMS yang mungkin karena sesuatu yang baru bagi mereka. kepolosan dan kelucuan dari sebagian petani sebagai peserta dalam mengikuti pelatihan e-learning ini namun tetap dengan penuh semangat yang menggebu untuk mengikuti pelatihan dari awal hingga akhir menjadi hal yang menarik dan patut diapresiasi serta diacungi jempol.

Pelatihan e-learning yang berlangsung pada masa Pandemi Covid-19 ini akhirnya dapat dilaksanakan dan diselesaikan dengan baik, meskipun pada sebagian wilayah di Indonesia berlaku kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Anjuran pemerintah untuk tetap diam di rumah selama masa Pandemi Covid-19 ini dimanfaatkan dengan baik oleh para peserta, terutama para pendamping dan para petani yang di rumah atau di sekitar rumahnya terjangkau oleh jaringan internet sehingga bisa mengakses LMS untuk dapat mengikuti proses pelatihan jarak jauh secara e-learning tersebut. Ada yang di dalam rumah sambil duduk santai di ruang tamu atau sambil baring-baring di ruang tengah atau tempat tidur, ada juga yang duduk santai di teras rumah atau di pekarangan sekitar rumah sambil menikmati pemandangan alam dan angin sepoi-sepoi, selain itu ada juga yang sambil berkendara, bahkan ada juga ibu-ibu yang sedang memangku anak kecil atau sambil melaksanakan pekerjaan dapur, namun semuanya tetap dengan penuh semangat mengikuti pelatihan ini dari awal hingga selesai.

Adapun peserta (para petani) yang di sekitar rumahnya tidak terjangkau oleh jaringan internet, dengan penuh semangat, ada yang seorang diri dan ada juga yang bersama-sama beberapa orang atau berkelompok pergi ke tempat-tempat yang terjangkau jaringan (signal) internet. Ada yang pergi ke kantor desa atau di sekitar pusat desa, ada yang pergi ke rumah teman, tetangga sebelah rumah, saudara atau sanak famili, bahkan ada yang harus pergi jauh puluhan kilometer meninggalkan wilayah desa mereka untuk pergi ke wilayah desa lain atau bahkan harus ke pusat kecamatan hanya untuk mendapatkan jaringan (signal) internet demi bisa mengikuti proses pelatihan jarak jauh secara e-learning tersebut. Demikian fakta yang terungkap secara nyata bagaimana perjuangan dan pengorbanan para petani untuk bisa mengikuti Pelatihan Jarak Jauh Pendampingan Perhutanan Sosial Paska Ijin dengan metode LMS. Semangat yang luar biasa dari para peserta ini sepertinya menjadi kunci utama sukses dan berhasilnya pelatihan ini.

Pelatihan Jarak Jauh Pendampingan Perhutanan Sosial Paska Ijin dengan metode LMS (e-learning) ini dilaksanakan bertepatan dengan Bulan Puasa atau Bulan Suci Ramadhan 1441 H. Pelatihan Gelombang I yang pelaksanaannya di mulai pada tanggal 27 April 2020 bertepatan dengan 4 Ramadhan 1441 H atau bertepatan dengan hari ke 4 kaum muslimin menjalankan ibadah puasa. Begitu juga gelombang II dan gelombang III seluruhnya dilaksanakan pada saat bulan ramadhan (bulan puasa). Awalnya saya menduga kalau pelatihan dilaksanakan pada bulan puasa seperti ini, kemungkinan besar para peserta malas-malasan mengikutinya, apalagi setelah pelajaran di ruang kelas secara tatap muka dari Pk. 08.00 pagi s.d Pk. 12.00 siang, kemudian dilanjutkan lagi dengan sistem belajar mandiri dan tugas mandiri (PR). Dalam benak terbersit pikiran saya bahwa tentu tidak akan ada yang mau mengerjakan tugas mandiri (PR) tersebut atau paling banter sedikit sekali yang mau mengerjakannya nanti karena ribetnya sistem LMS tersebut apalagi sekarang bulan puasa. Menurut saya peserta akan malas memenuhi Tugas Mandirinya karena pada siang hari mereka sudah capek badan lemas kurang tenaga karena puasa, sore hari kesibukan keluarga terutama persiapan untuk berbuka puasa, sedangkan pada malam hari tentu kesibukan kegiatan Ibadah, dll. Saya berpikir demikian karena tugas mandiri peserta tersebut cukup ribet. Tugas mandiri peserta harus didownload terlebih dahulu di LMS kemudian harus dijawab satu persatu setiap pertanyaannya dalam setiap MP (Mata Pelatihan), setiap hari Tugas Mandirinya ada 2 MP. Untuk bisa menjawab tugas mandiri tersebut maka sebelumnya para peserta harus mendownload dan mempelajari Modul MP yang ada di LMS terlebih dahulu. Setelah dijawab semuanya (jawaban boleh diketik atau dengan tulisan tangan) kemudian harus di upload lagi jawaban tersebut ke dalam LMS dalam bentuk foto jpg atau file word atau excel atau pdf yang semua itu harus di kerjakan setiap hari oleh seluruh peserta dan dikumpulkan atau di upload lagi ke dalam LMS paling lambat Pk. 20.00 setiap harinya… Pikir saya apa mungkin petani mau ?!?

Apa yang saya pikirkan tersebut ternyata keliru, faktanya bulan puasa atau Bulan Suci Ramadhan ternyata tidak sedikitpun menyurutkan semangat semua pihak yang terlibat termasuk para peserta (pendamping dan kelompok tani) dalam mengikuti pelatihan e-learning ini. Panitia, tutor dan para peserta yang beragama islam ternyata membuktikan tetap bisa melaksanakan dan mengikuti pelatihan e-learning ini dengan baik dan penuh semangat. Tidak hanya pelajaran di ruang kelas secara tatap muka dari Pk. 08.00 pagi s.d Pk. 12.00 siang yang berlangsung ramai dan penuh semangat, tetapi juga pelaksanaan tugas mandiri peserta yang awalnya saya pesimis bisa dilaksanakan oleh peserta karena ribetnya sistem LMS apalagi sekarang bulan puasa ternyata saya buktikan sendiri dapat diselesaikan oleh para peserta dengan sangat baik, sebagaimana pengalaman saya ketika itu….

Pengalaman saya di Gelombang I, sebagai tutor saya ditugaskan mengajar MP5 (Pengelolaan dan Pengembangan Kawasan Hutan dan Lingkungan) di Angkatan I bersama dengan Bu Yanti Sophia dari BDLHK Samarinda yang mana beliau selain sebagai Tutor juga merangkap sebagai Penanggung Jawab Akademik (PJA) khusus untuk Angkatan I. Jadwal kami mengajar MP5 adalah pada hari ketiga (29 April 2020) sehingga pada hari kedua atau satu hari sebelumnya (28 April 2020) Tugas mandiri peserta sudah harus dikerjakan oleh peserta dan diupload oleh peserta paling lambat pukul 20.00 WITA agar dapat diperiksa dan dipelajari oleh Tutor untuk dijadikan sebagai bahan diskusi serta pembahasan pada saat berlangsung pelajaran tatap muka di ruang kelas keesokan harinya.

Pada malam itu hari Selasa, 28 April 2020 sekitar Pk. 21.00 WITA saat saya baru selesai ibadah malam ramadhan, tiba-tiba saya mendapat informasi dari Ibu Yanti Sophia melalui WA bahwa Tugas Mandiri peserta sudah banyak yang masuk dan sudah beliau download kemudian saat itu juga langsung beliau kirimkan melalui WA kepada saya untuk saya pelajari. Jujur, ketika membaca WA dari Ibu Yanti tersebut saya benar-benar tersentuh dan kagum, jam segini Bu Yanti kok masih semangat mengurusi pelatihan, luar biasa pikir saya… seolah-olah dibukakan kesadaran saya bahwa apa yang saya pikir selama ini ternyata tidak benar. Bu Yanti sungguh luar biasa, sebagai Tutor sekaligus PJA Angkatan I benar-benar telah melaksanakan tugas dengan baik, selalu bersemangat, energik, sangat memotivasi, bahkan telah mampu merubah pikiran dan sikap saya, apalagi setelah saya buka satu persatu isi WA dari Bu Yanti tersebut ternyata cukup banyak file tugas mandiri yang telah dikirim oleh peserta. Saat itu saya benar-benar merasa malu kepada Bu Yanti dan lebih-lebih kepada para peserta serta kepada diri saya sendiri. Saat itu juga langsung bangkit semangat saya, seperti kena setrum ribuan watt, adrenalin saya juga langsung meningkat yang tadinya mau baring-baring untuk beristirahat langsung muncul semangat 45 untuk langsung bekerja. Saat itu saya benar-benar merasa malu jika kalah semangat dengan Bu Yanti dan para petani yang dengan penuh semangat masih mau mengerjakan tugas mandiri hingga malam begini. Seperti Berpacu Semangat dengan yang lain, hingga pk. 01.00 dinihari saya masih membaca dan mempelajari satu persatu laporan tugas mandiri MP5 dari para peserta tersebut. Saya sangat salut dan bangga kepada para peserta yang masih semangat dan menyempatkan diri untuk mengerjakan tugas mandiri tersebut. Walau seperti apapun hasil atau jawabannya dengan segala kelebihan dan kekurangannya saya tetap mengapresiasi dan sangat menghargai usaha keras para pendamping dan petani tersebut dalam memenuhi tugasnya. Meskipun diantara peserta masih ada sebagian kecil yang belum mengirimkan tugas namun saya memaklumi karena situasi dan kondisi yang mungkin sangat terbatas sehingga belum sempat menyelesaikannya. Apresiasi dan penghargaan yang tinggi tersebut juga saya sampaikan langsung pada saat pelajaran tatap muka di ruang kelas melalui zoom meeting kepada seluruh peserta (pendamping dan kelompok tani) yang memiliki semangat luar biasa sehingga mau menyempatkan diri untuk menyelesaikan tugas mandiri. Kepada peserta yang belum sempat melaksanakan tugas mandirinya saya bisa memaklumi keterbatasan waktu serta situasi dan kondisi yang sulit tapi saya juga tetap memberikan semangat dan motivasi untuk terus aktif mengikuti pelatihan serta selalu berusaha untuk melakukan yang terbaik termasuk meyelesaikan tugas mandiri berikutnya. Terimakasih Bu Yanti dan Para Peserta semua yang telah memacu semangat saya pada malam itu. Sukses untuk KLHK, sukses untuk Indonesia dan sukses untuk kita semua… Bravo Sylva… !!!



Banjarbaru, 20 Mei 2020

Mugni Budi

(Kasi THA, BPSKL Kalimantan)