Belajar Ekonomi dari Setiap Era Melalui Buku "Terobosan Baru Atas Perlambatan Ekonomi"

By Abdi Satria


nusakini.com-Jakarta-Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa setiap era atau periode perjalanan Bangsa Indonesia sejak kemerdekaan hingga saat ini mempunyai tantangan ekonomi politik yang berbeda. Kebijakan fiskal atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) disebutnya merupakan esensi yang sangat penting dan hampir identik dengan jatuh bangunnya Republik Indonesia. Oleh karena itu, Menkeu melihat pentingnya merekam kebijakan pada setiap periode dan menjadikannya pembelajaran.  

“Itu peranan dari fiskal menjadi luar biasa dan inilah yang kita coba untuk rekam dan kita coba untuk mengatakan kita setiap periode selalu belajar," ujar Menkeu pada acara Peluncuran dan Bedah Buku Terobosan Baru Atas Perlambatan Ekonomi secara virtual, Sabtu, (04/07) lalu.

Menkeu pun bercerita pada saat pertama kali ditunjuk sebagai pimpinan di Kementerian Keuangan (Kemenkeu) tahun 2005, di mana berbagai undang-undang yang baru dibuat mulai diimplementasikan. Menurutnya, pada periode itu tantangannya luar biasa dan bagaimana Kemenkeu sebagai suatu institusi yang tidak punya pengalaman tiba-tiba harus melakukan berbagai hal. 

“Di sinilah apa yang disebut reformasi. Mungkin yang kami lakukan di Kementerian Keuangan adalah bagaimana membangun Kementerian Keuangan dalam spirit kebijakan fiskal baru yang fondasinya totally different dari masa-masa sebelumnya,” papar Menkeu.

Saat kembali menjadi Menteri Keuangan pada tahun 2016, ia mengatakan bahwa situasi dan tantangan yang dihadapi sudah berbeda. Ketika bekerja untuk memperbaiki kualitas SDM, lingkungan investasi, kebijakan perdagangan, dan infrastruktur, tiba-tiba tantangan berubah dengan kejutan pandemi Covid-19. 

“Ini juga merubah dan mereset semuanya. Ternyata even dengan pengalaman yang banyak pun kita tahu akan dihadapkan pada tantangan-tantangan yang kadang-kadang tidak pernah ada presedennya," beber Menkeu. 

Menurut Menkeu dalam buku yang ditulis bersama para ekonom lainnya, tantangan utama sebagai pimpinan atau sebagai seorang pembuat kebijakan adalah lingkungan yang cepat berubah dan berbagai pilihan-pilihan yang harus dibuat yang seringkali menimbulkan konflik.  

“Namun, untuk bisa menetapkan policy seperti apa, itu kita dihadapkan pada kendala dan trade off. Jadi kita tidak dalam posisi untuk semua bisa dipilih karena ada kendala,” terang Menkeu. 

Pada kesempatan tersebut, Menkeu juga membicarakan sosok Prof.Dr. Dorodjatun Kuntjoro-Jakti yang disebutnya sebagai tokoh yang banyak mengajarkan political economy. Menurut Menkeu, Dorodjatun yang genap berusia 80 tahun ini mempunyai sikap egaliter dan membuat ekonom muda menjadi percaya diri. 

“Kalau kita bicara membuat policy secara text book itu mudah, tapi the political economy itu adalah esensi bagaimana sebuah policy bisa diletakkan di dalam konteks political ekonomi yang kemudian bisa berjalan," kata Menkeu. 

Sebagai tambahan informasi, buku Terobosan Baru Atas Perlambatan Ekonomi ditulis Menkeu bersama ekonom dari Ikatan Alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (Iluni FEB UI). Ekonom tersebut yaitu Mari Elka Pangestu, Faisal H. Basri, M. Ikhsan, Lana Soelistianingsih, Maddaremmeng A. Panennugi, Jossy P. Moeis, I Dewa Gede Karma Wisana, Titik Anas, Surjadi, Fauziah Zen, dan I Kadek D Sutrisna Artha dengan kata pengantar dari Ari Kuncoro.  

Buku tersebut diluncurkan bersamaan dengan perayaan ulang tahun Prof.Dr. Dorodjatun Kuntjoro-Jakti ke-80. Buku bertanda tangan Dorodjatun dan Menkeu sempat dilelang dalam acara tersebut.  

Menurut Ketua Iluni FEB UI, Destry Damayanti, royalti buku yang disebut sebagai rujukan untuk sebuah kebijakan perekonomian tersebut sepenuhnya akan disumbangkan untuk kepentingan sosial hingga beasiswa.(p/ab)