Balai Diklat LHK Makassar Gelar Pelatihan Bertajuk "Intepretasi Wisata Alam"

By Ahmad Rajendra


Nusakini.com--Makassar--Keanekaragaman Hayati Indonesia berupa sumberdaya alam sangat berlimpah, baik di daratan, udara maupun diperairan.

Semua potensi tersebut mempunyai peranan yang sangat penting bagi pengembagan kepariwisataan termasuk wisata alam. Wisata alam merupakan salah satu bentuk wisata yang mampu memberikan variasi keuntungan yang tinggi bagi kelestarian alam, masyarakat, pendidikan dan ekonomi lokal serta nasional.

Dampak yang umum pada wisata juga mampu muncul pada pengembangan wisata alam seperti menambah sumber penghasilan dan devisa negara, menyediakan kesempatan kerja dan usaha, mendorong pengembangan usaha-usaha baru. Wisata alam mampu meningkatakan segmen pasar wisata, sehingga mampu meluncurkan variasi wisata yang baru dengan nilai ekonomi yang lebih tinggi.


Pengembangan wisata alam yang dikelola dengan kaidah-kaidah alami akan medorong terciptanya lingkungan yang lestari. Selanjutnya dengan kegiatan interpretasi akan mendorong penyebaran pemahaman lingkungan dan konservasi secara baik kepada pengunjung dan masyarakat luas pada umumnya. 

Interpretasi wisata alam menjadi ujung tombak kekhasan wisata alam maka penting untuk disebarluaskan pemahamannya melalui pelaksanaan diklat interpretasi Wisata Alam.

Kegiatan diklat ini difokuskan pada peningkatan kemampuan dan keterampilan para pengelola wisata alam dan usaha penyediaan jasa wisata alam yang melakukan perencanaan interpretasi dan atau interpreter terkait materi, sarana interpretasi wisata alam, perencanaan interpretasi dan teknik interpreter wisata alam. 

Diharapkan para peserta setelah mengikuti diklat ini, mampu menyusun program interpretasi serta merencanakan implementasi dan evaluasi interpretasi wisata alam berdasarkan ketentuan yang berlaku.

Pelatihan ini bertajuk "Intepretasi Wisata Alam." Menurut Muh. Ilyas utusan dari SMKN Makassar, "Pengambilan nama Intepretasi wisata alam, suatu bentuk komunikasi untuk menyampaikan atau menjelaskan karskterisk objek wisata terhadap pengunjung." Beber dia.

Diklat ini diikuti seluruhnya 30 orang dari Taman Nasional Sulawesi Maluku dan Papua, BKSDA, Dinas Kehutanan, SMKN, Dinas LH Kabupaten dan BDLHK Makassar.

Menariknya pelatihan ini dihadiri dua orang peserta dari negara tetangga, yaitu Pedro Pinto, S.Hut dan Juliao de Araujo, S. Hut utusan Dirjen Kehutanan, kopi dan Tanaman Industri Timor Leste.

Dibeberkan Najamuddin, Widyaiswara, "Peserta Intepretasi Wisata Alam megindentifikasi wisata baik budaya maupun alam."

"Kemudian diharapkan mampu menjelaskan potensi wisata setempat disesuaikan dengan karakteristik pengunjung." Kuncinya.

Guna mengasah kemampuan peserta mengenai wisata alam, Balai Pendidikan dan Pelatihan Lingkungan. Hidup dan Kehutanan mengadakan Pelatihan selama 9 (sembilan) hari terhitung mulai tanggal 12 s/d 20 Juni 2019. Kamis (13/6/2019)

Praktek intepretasi wisata alam di Hutan Pendidikan dan Pelatihan Tabo-Tabo menutup rangkaian diklat.(R/Rajendra)