Andi Amran Sulaiman, Sosok Inovatif yang Gigih dan Pantang Menyerah

By Nad

(sumber foto: Tempo)

Nama Andi Amran Sulaiman mulai ramai dibahas oleh masyarakat Indonesia, sebab ia dikabarkan akan menjadi salah satu sosok yang mencalonkan diri dalam pemilihan presiden dan wakil presiden pada tahun 2024 mendatang.

Banyak yang menilai, sosok Amran patut diberi perhatian dalam pemilihan umum nanti, mengingat sejumlah prestasi yang ia miliki serta jabatannya dahulu sebagai salah satu menteri dalam kabinet kepresidenan Jokowi pada periode pertama. Selain itu, ia memiliki kontribusi besar dalam perkembangan agrikultur Indonesia

Lantas, seperti apakah Andi Amran Sulaiman?


Awal Kehidupan Andi Amran Sulaiman

Amran lahir di Bone, Sulawesi Selatan, pada 27 April 1968. Ia diketahui sebagai putra ketiga dari 12 bersaudara, dan ayahnya adalah seorang veteran angkatan bersenjata, Andi B, Sulaiman Dahlan Petta Linta.

Dengan jumlah saudara sebanyak itu, kondisi perekonomian Amran sejak kecil terbilang kurang mencukupi. Namun, ia tidak berkecil hati dan malah menjadi termotivasi untuk mendapatkan kehidupan yang lebih laiak dan sukses. Prinsip hidupnya adalah: “boleh terlahir miskin, tapi jangan sampai kita mati miskin”.

Kegigihannya untuk mencapai kesuksesan terlihat dari usaha keras yang ia lakukan sejak usia dini, ia pernah bekerja sebagai pemecah batu gunung, penggali sumur, bertani, menjual ubi, sehingga menggembala sapi. Ia rela melakukan banyak pekerjaan demi kehidupan yang lebih baik. Motivasi besarnya inilah yang mendorong semangatnya dalam berusaha.

Selain itu, ia juga tidak pernah menyepelekan pendidikannya. Ia adalah lulusan dari SD Impres 10 Mappesangka, SMP Negeri Ponre, dan SMA Negeri Lappairiaja, Bone. Ia berhasil mendapatkan nilai-nilai yang memuaskan selama memenuhi kewajiban pendidikannya.

Ia kemudian melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi di Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin Makassar pada tahun 1988 dan lulus pada tahun 1993. Sebagai seorang yang dikenal cerdas, Amran tidak berhenti meningkatkan edukasinya, ia meneruskan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi lagi dan meraih gelar pascasarjana dan doktor dari Universitas Hasanuddin juga.


Sempat Jadi Karyawan, Tapi Naluri Pengusaha Tinggi

Amran adalah seorang pengusaha yang handal, namun sebelum mendirikan usahanya sendiri, ia pernah bekerja sebagai seorang karyawan di PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XIV yang berpusat di Makassar.

Ia menjabat sebagai Kepala Field Operation, lalu mendapatkan promosi menjadi Kepala Bagian Logistik karena kinerjanya yang dianggap sangat baik.

Meskipun demikian, pria kelahiran Bone itu memilih untuk mengundurkan diri dari perusahaan tersebut. Banyaknya kecurangan dan penyimpangan di sana sangat berseberangan dengan idealisme Amran, sehingga ia memutuskan untuk keluar dan membangun bisnis sendiri.

Persiapannya untuk berbisnis tidak dilakukan dalam waktu yang pendek. Amran mengaku telah mendapatkan pemikiran untuk merintis usahanya sejak ia duduk di bangku kuliah, bahkan selama ia menjadi karyawan, naluri pengusahanya tidak pernah terhapuskan, hingga akhirnya ia benar-benar membangun bisnisnya sendiri.

Amran pertama kali terinspirasi untuk membuat bisnis racun tikus pada tahun 1992 ketikan serangan hama tikus terjadi di Indonesia. Ia terpikirkan untuk menciptakan formula racun tikus yang berbasis fumigasi.

Sembari menjalani kewajibannya sebagai mahasiswa, Amran terus merancang formula racun tikusnya, hingga akhirnya ia selesaikan dalam waktu tiga tahun. Formula ini kemudian ia sebut sebagai Tiran, yang merupakan singkatan dari “Tikus Diracun Amran”.

Formula racun ini kemudian ia ajukan untuk mendapatkan hak paten, sebuah perjuangan yang menurutnya tidak mudah. Ia mendatangi ibukota demi mengurus hak paten ini, dan rela hidup dalam kesusahan.

Bermodal dari formulanya, Amran pun mendirikan perusahaan dengan nama yang sama, “Tiran” yang digunakan untuk menjual formula kepada petani-petani yang membutuhkan.


(sumber foto: Makassar Terkini)

Tiran Group Jadi Perusahaan Raksasa

Setelah mendapatkan hak patennya, selangkah demi selangkah, formula racun tikusnya terus menyebar sehingga pada akhirnya digunakan oleh 2,5 juta petani di Indonesia. Bahkan formulanya diekspor ke Jepang, Malaysia, Vietnam, Thailand, dan beberapa negara lainnya.

Pencapaian ini membuat Amran mendapatkan penghargaan Tanda Kehormatan Satyalancana Pembangunan di Bidang Wirausaha Pertanian dari Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2007.

Pria kelahiran tahun 1968 ini kemudian lebih gencar mengembangkan bidang usahanya. Ia memproduksi pestisida, kelapa sawit, gula, tambang nikel, tambang emas, dan juga memiliki stasiun bahan bakar umum (SPBU) sendiri.

Perusahaannya, Tiran Group, menjadi perusahaan raksasa yang memiliki 38 anak perusahaan di bawah naungannya. Walaupun kini Amran sudah tidak menjabat sebagai Direktur Utama lagi, ia tetap memiliki peran penting sebagai pemegang saham terbesar untuk perusahaan itu.

Baru-baru ini, Tiran Group menandatangani kontrak jual beli listrik dengan Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan kontrak pembangunan smelter nikel.

Amran mengatakan awal mula perusahaannya berasal dari sebuah “gubuk reyot” berukuran 2x3 meter di kaki gunung Bakunge, Bone. Melihat perkembangannya yang sangat besar ini menunjukkan semangat dan sifat pantang menyerah yang dimiliki Amran Sulaiman adalah kunci kesuksesannya.

(sumber foto: Istimewa)

Menjabat Sebagai Menteri Pertanian dengan Julukan "Mr. Clean"

Kesuksesan Amran dalam bidang agrikultur ini menjadikannya sebagai seorang Menteri Pertanian di kabinet Presiden Jokowi pada tahun 2014 hingga 2019. Kinerjanya yang baik membuatnya menjadi salah satu menteri yang sama sekali tidak di-reshuffle selama periode pertama Jokowi menjabat.

Di bawah kepemimpinannya, jumlah nilai ekspor produk pertanian Indonesia berhasil mencapai angka yang fantastis. Jika ditotal secara keseluruhan selama periode 2014 hingga 2018, nilai ekspor mencapai Rp 1.975,5 triliun dengan akumulasi tambahan Rp 352,58 triliun.

Kementerian Pertanian juga berhasil meraih WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) pada tahun 2016 dan 2017, yaitu laporan keuangan yang disajikan oleh kementerian ini telah disajikan secara wajar dalam segi material, posisi keuangan (neraca), hasil usaha atau Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan Arus Kas, sesuai dengan prinsip akuntansi yg berlaku umum.

Amran juga mendapatkan julukan “Mr. Clean” atas keberaniannya dalam melawan mafia pangan dan ketegasannya untuk menyejahterakan petani-petani Indonesia. Ia menyatakan Kementerian Pertanian harus berdedikasi untuk melayani rakyat dan siap selama 24 jam penuh.

Selain itu, ia melakukan transformasi dan reformasi birokrasi dengan mengikutsertakan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Kejaksaan Agung, dan Kepolisian untuk aktif dalam pengawasan internal Kementerian Pertanian.


Didukung untuk Ikut dalam Pencalonan Presiden-Wakil Presiden 2024

Sederet pencapaian Andi Amran Sulaiman ini banyak diperhatikan oleh masyarakat Indonesia, baik dari para politikus atau warga biasa. Mereka menganggap, keberhasilan-keberhasilan Amran selama hidupnya pantas menempatkannya sebagai kandidat presiden ataupun wakil presiden untuk pemilihan tahun 2024 nanti.

Relawan Andi Amran Sulaiman, atau RAAS, melakukan deklarasi diri untuk menyatukan dan mengkoordinasikan dukungan terhadap sosok yang disebut sebagai “Mutiara Timur” tersebut.

Mereka melakukan deklarasi se-Indonesia RAAS (RAAS Indonesia 2024) melalui platform Zoom, Facebook, YouTube, serta Instagram pada hari Jumat, 24 September yang dipandu langsung dari Bandung, Jawa Barat.

Dalam deklarasi yang bertajuk “Andi Amran Sulaiman for Indonesia”, puluhan ribu relawan dari perwakilan seluruh Indonesia menghadiri acara siaran langsung tersebut. Salah satunya adalah puluhan RAAS di kota Majene, Sulawesi Barat.

Mereka berkumpul di salah satu warkop untuk menyaksikan pendeklarasian tersebut. Sekitar 15 orang pemuda relawan RAAS Majene bergabung secara daring.

Koordinator RAAS Sulawesi Barat, Ilo, mengatakan RAAS akan mulai bergerak, mensosialisasikan Andi Amran Sulaiman kepada warga-warga untuk pemilihan yang akan datang ini.


Oleh: Nadiyah