nusakini.com - Internasional - Amazon menghadapi pertanyaan-pertanyaan mengenai kebijakan kesehatan dan keselamatan yang diterapkan di sebuah gudangnya yang terletak di negara bagian Illinois, AS, setelah enam pekerja tewas ketika bangunan itu dihancurkan angin puting beliung.

"Ini tidak akan pernah terjadi jika mereka lebih mementingkan kehidupan daripada produktivitas," ucap saudara perempuan salah satu korban di media sosial.

Perusahaan ini mengatakan timnya telah "bekerja cepat" dalam menanggapi tornado.

Atapnya runtuh saat badai menghantam gudang pada hari Jumat (10/12).

Kelly Nantel, juru bicara Amazon, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa perusahaan "sangat sedih" dengan tewasnya pekerja-pekerja mereka.

Salah satu dari mereka yang meninggal, Clayton Cope, 29 tahun, berbicara kepada keluarganya di telepon sesaat sebelum gedung tersebut, yang berlokasi di kota Edwardsville, Illinois dihantam.

Ibu Clayton, Carla, mengatakan ia telah menelepon putranya untuk memperingatkannya tentang angin puting beliung yang semakin mendekat.

"Kami memberi tahu dia bahwa sepertinya badai sedang menuju ke sana dan ia perlu berlindung," kata Carla kepada stasiun televisi yang berafiliasi dengan NBC, KSDK.

Clayton, yang sebelumnya berlatih di Angkatan Laut, memberi tahu ibunya bahwa ia akan memperingatkan rekan kerjanya terlebih dahulu.

Sekarang, muncul pertanyaan apakah tempat berlindung yang memadai tersedia, apakah pekerja disarankan untuk segera pergi ke sana, dan apakah pekerjaan mereka harus dilakukan malam itu juga, mengingat peringatan cuaca buruk.

Edwardsville menerima peringatan angin puting beliung antara pukul 20:06 dan 20:16 waktu setempat (08:06 dan 08:16 WIB), sebelum angin menghantam gedung pada 20:27, kata Amazon, dan kejadian "terjadi sangat cepat".

Perusahaan mengatakan bahwa tim bekerja "sangat cepat" untuk memastikan sebanyak mungkin karyawan dan mitra dapat mencapai situs "tempat perlindungan".

Seorang pengemudi kargo, Austin J McEwen, 26, meninggal di kamar mandi, di mana banyak pekerja mengatakan mereka telah diarahkan ke tempat perlindungan setelah menerima peringatan darurat di ponsel mereka.

"Saya baru saja masuk ke gedung dan mereka mulai berteriak, 'Berlindung di tempat!'" kata David Kosiak, 26, yang telah bekerja di fasilitas itu selama tiga bulan. "Kami berada di kamar mandi. Kami diarahkan ke sana."

"Kedengarannya seperti kereta api datang melalui gedung. Ubin langit-langit beterbangan. Itu sangat keras. Mereka membuat kami berlindung di tempat sampai kami pergi, setidaknya dua setengah jam kemudian," kata Kosiak.

Amazon mengatakan, mengikuti prosedur perusahaan mengenai peringatan tornado adalah agar semua karyawan "diberitahu dan diarahkan untuk pindah ke tempat penampungan yang ditunjuk".

Mayoritas tim telah berlindung di "lokasi yang ditentukan utama", kata perusahaan itu, tetapi sekelompok kecil telah berlindung di bagian gedung yang dilanda tornado. "Di sinilah sebagian besar korban jiwa yang tragis terjadi," kata Amazon.

Tetapi, melansir dari BBC, saudara perempuan Clayton, Rachel, mengatakan bahwa menurut percakapan antara saudara laki-lakinya dan orang tuanya, Clayton dan pekerja lainnya tidak segera disuruh berlindung setelah sirene peringatan pertama berbunyi.

Ia mengunggah komentar di Facebook yang menyerukan publisitas seputar pendekatan perusahaan terhadap kesehatan dan keselamatan.

"Semua orang tahu bahwa semua yang Amazon pedulikan adalah produktivitas," tulisnya.

Ia mengatakan tidak percaya saudara laki-lakinya akan meninggal jika perusahaan "membawa mereka [para karyawan] ke tempat yang aman setelah badai mulai memburuk dan menganggapinya dengan serius".

"Tidak ada yang akan panik sampai ke tempat perlindungan di menit terakhir dan saudara saya tidak perlu membantu orang sampai ke tempat perlindungan dan mempertaruhkan nyawanya," tulisnya.

"Saya ingin mereka menjawab ini, saya ingin ini menjadi titik awal di mana mereka menganggap nyawa karyawan dengan serius dan memperlakukan mereka (karyawan) lebih dari sekadar angka."