Alasan Terima Tawaran PSM Makassar, Joop Gall: Saya Bukan Miliarder

By ommed


nusakini.com - Pelatih anyar PSM Makassar Joop Gall mengungkapkan alasannya menerima pinangan dari Indonesia untuk menangani Juku Eja di putaran kedua Liga 1 2021/22 setelah pekerjaannya di Tiongkok selesai.

Gall merupakan pelatih baru PSM menggantikan Milomir Seslija. Sebelum menerima tawaran PSM, Gall menjadi asisten bagi pelatih Jean-Paul van Gastel di klub Tiongkok, Guangzhou City FC, sejak Februari 2021.

Pria berusia 58 tahun ini mengungkapkan, sebetulnya dia ingin pulang ke Belanda setelah tugasnya di Tiongkok berakhir. Setidaknya, dalam 1,5 tahun dia belum bisa pulang ke Emmen akibat pandemi COVID-19 yang tak kunjung selesai.

Selain itu, regulasi penerbangan ke Tiongkok membuat dirinya juga tidak mudah untuk pulang ke Negeri Kincir Angin, sehingga memilih tetap berada di Guangzhou. Saat datang tawaran dari PSM, Gall pun tak ingin membuang peluang tersebut, dan memilih menunda pulang kampung.

“Itu sesuatu yang tidak menyenangan. Itu kenyataan yang harus Anda hadapi ketika dunia terlihat berbeda, dan penerbangan sangat membingungkan yang membuat tidak punya kesempatan untuk pulang kampung,” ucap Gall dikutip laman RTV Noord.

“Kontrak saya tidak diperpanjang [di Guangzhou City]. Saya tidak menjadi miliarder dari sepakbola, dan tentunya saya bergantung di pekerjaan ini.”

Gall mengungkapkan kesannya ketika pertama kali menginjakkan kaki di Makassar, dan memimpin latihan tim. Menurut Gall, sesi latihan tim disaksikan ribuan suporter.

“Sebelum meninggalkan Bali, saya menghabiskan waktu satu hari di Makassar untuk memimpin latihan. Suasananya sangat padat. Klub itu sangat populer, sehingga 1.000 sampai 1.500 orang datang menyaksikan latihan sekaligus ingin melihat pelatih baru,” tutur Gall.

Gall sempat menjalani debut dengan manis saat PSM mengalahkan Madura United, namun pada laga keduanya di Indonesia menelan kekalahan 2-1 dari Persebaya Surabaya. Kendati demikian, Gall optimistis dapat memenuhi target manajemen.

Menurut Gall, ia merasa senang kompetisi digelar di Bali, karena pulau itu dinilai sangat indah. Apalagi sistem gelembung yang diterapkan tak seketat di Tiongkok.

“Saya tinggal di Bali, sebuah tempat di belahan dunia yang sangat menyenangkan. Seluruh tim juga ditempatkan di sini. Di Tiongkok juga menerapkan sistem gelembung, tapi setiap orang tidak boleh meninggalkan tempat penginapan,” jelas Gall.

“Tapi di sini, sistem gelembung lebih terbuka. 18 tim menginap di hotel masing-masing, tapi setiap orang bisa keluar dan masuk. Itu sunggu menyenangkan.” (gi/om)