"Sungkup Plastik" Cara Petani Budidaya Bawang Merah Musim Hujan
By Admin
nusakini.com - Dahulu untuk menghindari gagal panen atau produksi menurun, biasanya petani bawang merah enggan untuk menanam seperti yang terjadi di Kabupaten Purbalingga. Padahal kebutuhan bawang merah konsumsi harus tersedia setiap harinya. Namun berbeda dengan sekarang ini. Saat curah hujan tinggipun tidak membuat semangat petani bawang merah untuk “tidak bisa” menanam bawang merah.
Melalui Kegiatan pendampingan dan pembinaan yang dilakukan Direktorat Sayuran dan Tanaman Obat ke lokasi-lokasi sentra pengembangan maupun sentra penumbuhan untuk komoditas bawang merah, kini saat musim hujan petani bisa terus budidaya bawang merah yaitu dengan inovasi teknologi menggunakan metode “sungkup plastik” atau yang dikenal dengan “rain shelter”.
"Manfaat sungkup ini antara lain : Mengatasi kendala penyakit fusarium supaya tidak terkena jamur; Mampu menekan biaya tenaga kerja saat perawatan tanaman di musim hujan; Biaya sanitasi lebih murah dan ekonomis; Mendukung penerapan budidaya ramah lingkungan (dalam hal ini bisa mengurangi frekuensi penggunaan pestisida di lapangan); Memastikan keberhasilan panen saat musim hujan; Kelembaban terjaga; Pupuk di lahan tidak mudah hilang akibat hujan; Budidaya akan menjadi lebih ekonomis dan efisien; Mengurangi biaya produksi; Mudah diterapkan dan sangat efisien, dan Hasil produksi dengan sungkup jauh lebih tinggi dari tanpa sungkup dimana produksi relatif stabil antar musim dan serta harga jualnya lebih bagus saat off season" jelas Anton Prihasto selaku Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Ditjen Hortikultura, Kementerian Pertanian.
Untuk menumbuhkan daerah mandiri konsumsi khususnya bawang merah, Bambang (ketua kelompok tani Bangkit Lestari) Desa Pakuncen Kecamatan Bogorsari Kabupaten Purbalingga telah mencoba inovasi teknologi menggunakan metode “sungkup plastik” tersebut.
Menurutnya biasanya saat curah hujan tinggi.dapat mengakibatkan penyakit layu yang sebabkan oleh jamur “fusarium” (penyakit inul = sebutan petani Purbalingga). Hal ini yang membuat kelompok tani Bangkit Lestari mencoba menanam bawang merah varietas bima brebes dengan menggunakan sungkup plastik. "Dengan sungkup plastik, produksi yang dihasilkan oleh kelompok tani mencapai 10 sampai 12 ton/hektar. Selain menggunakan sungkup plastik, kelompok ini juga menggunakan “lampu” (Light trip) untuk pengendalian OPT.
Bambang menambahkan bahwa sungkup plastik yang dibutuhkan untuk lahan seluas 1.400 m2 hanya membutuhkan dana Rp. 2.000.000,- dan sungkup plastik ini bisa digunakan sampai 2-3 kali musim tanam. Sungkup ini dipasang pada saat setelah tanam benih, pada umur ± 35 HST (saat pembesaran umbi) disiang hari sungkup perlu dibuka sedikit agar tanaman dapat menerima sinar matahari langsung dan maksimal. Penggunaan metode sungkup plastik ini juga dapat menghemat petani dalam pembuatan guludan, karena guludan tersebut dapat digunakan sampai 4 kali tanam.
Ini bukti bahwa Petani Indonesia mampu untuk mengadopsi teknologi dan mencoba diterapkan ke lahan budidayanya sehingga mampu meningkatkan hasil produksinya tanpa terkendala dengan curah hujan. (pr/eg)