Para Menlu Peringati 5 Tahun Berdirinya MIKTA
By Admin
nusakini.com-New York- Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi memimpin 13th MIKTA Foreign Ministers' Meeting (MIKTA FMM-13) di sela-sela Sidang Majelis Umum PBB (SMU PBB) ke-73, di New York. Hadir seluruh Menteri Luar Negeri negara-negara MIKTA (Meksiko, Indonesia, Korea Selatan, Turki, dan Australia) dan merupakan Pertemuan Tingkat Menteri Luar Negeri Kedua yang diselenggarakan oleh Indonesia selaku koordinator MIKTA tahun 2018.
MIKTA FMM-13 mengadopsi “MIKTA Foreign Ministers' Statement on MIKTA's Fifth Anniversary" yang menandai 5 tahun berdirinya MIKTA dengan komitmen terhadap penguatan multilateralisme dan tata kelola global. “MIKTA bukan lagi dalam tahap percobaan", demikian ditegaskan Menlu Retno dalam sambutan pembukaannya. Lebih jauh dijelaskan bahwa MIKTA harus senantiasa solid dan meningkatkan keterlibatannya dalam menghadapi berbagai tantangan global.
Selanjutnya Menlu RI memaparkan berbagai kegiatan MIKTA di bawah kepemimpinan Indonesia seperti pertemuan tingkat menteri, pejabat tinggi, parlemen dan pertemuan para ahli di berbagai bidang. Di samping itu, dalam upaya meningkatkan visibilitas MIKTA di mata publik, telah dilakukan serangkaian kegiatan seperti peluncuran buku “MIKTA: Current Situation and the Way Forward", MIKTA Culinary Program, dan MIKTA Goes to Campus.
Sementara itu, para Menlu MIKTA mengangkat berbagai isu-isu regional dan global yang menjadi perhatian bersama, antara lain perkembangan positif di Semenanjung Korea, perkembangan dan tantangan di wilayah Amerika Latin dan Timur Tengah, serta isu perang dagang dan prospek perdagangan internasional.
Dalam kesempatan tersebut, Indonesia mengangkat isu People Smuggling, Trafficking in Persons, and Related Transnational Crime, as well as Combatting Terrorism. Dijelaskan oleh Menlu Retno hasil Pertemuan Tingkat Menteri ke-7 Bali Process tentang penanganan perdagangan orang, penyelundupan manusia dan kejahatan lintas batas terorganisir lainnya, serta upaya Indonesia memberantas terorisme. Secara khusus, ditekankan pentingnya keterlibatan sektor swasta dalam pencapaian tujuan Bali Process.
Terkait isu terorisme, Menlu RI menegaskan perlunya pemberdayaan perempuan sebagai agen perdamaian dalam upaya pemberantasan terorisme. Hal ini ditekankan berdasarkan survei yang menyatakan bahwa lebih dari 80% perempuan pada dasarnya toleran terhadap perbedaan dan menjadi aset yang berharga untuk membangun kerukunan masyarakat.
Tema yang diusung Indonesia pada keketuaannya di MIKTA 2018 “Fostering Creative Economy and Contributing to Global Peace" memberikan penekanan khusus pada peran ekonomi kreatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Selain itu, tema ini juga sejalan dengan berbagai kontribusi Indonesia dalam upaya mewujudkan perdamaian dan keamanan internasional, dimana Indonesia akan menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB periode 2019-2020.(p/ab)