BUMDesa Tummulo Stabilkan Harga Barang di Desa Luwoo
By Admin
nusakini.com--Bidang jasa perdagangan menjadi potensi utama masyarakat di Desa Luwoo, Kecamatan Talaga Jaya, Kabupaten Gorontalo, Sulawesi Tengah. Terbukti, ada sekitar 63 kios kecil yang dijalankan oleh masyarakat setempat. Namun, potensi itu justru menjadi tidak optimal karena biaya transportasi untuk membeli barang ke pusat kota menjadi beban tersendiri. Dua puluh diantaranya harus jatuh bangun.
"Setidaknya dalam seminggu mereka harus mengeluarkan Rp 150.000,00 untuk tiga kali perjalanan. Sehingga dalam satu bulan mereka keluarkan Rp 600.000,00. Itulah yang membuat kios-kios kecil tersebut jatuh bangun," ujar Kepala Desa Luwoo, Junus Hako, saat ditemui di Desa Luwoo, Kabupaten Gorontalo, Kamis (12/01).
Tak hanya biaya transportasi, terkadang mereka juga terbebani harga barang yang fluktuatif di pasaran. Kondisi itulah yang kemudian menginspirasi masyarakat Desa Luwoo untuk mendirikan Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) Tummulo yang telah disepakati melalui musyawarah desa.
"Modal awal yaitu sekitar Rp 462 juta. Jumlah itu kami ambil dari Dana Desa tahun 2016. Untuk ruangannya menggunakan aset pemerintah desa yang kini dilimpahkan ke BUMDesa," ungkap Direktur BUMDesa Tummulo, Dewi Abdillah.
Masyarakat Desa Luwoo merespon positif pembentukan BUMDesa Tummulo. Terlebih, bagi para pemilik kios kecil yang sempat sangat terbebani. BUMDesa yang terbentuk pada 18 Januari 2016 lalu ini membangkitkan kembali "warung jatuh bangun" di desa ini.
"Kami sediakan jasa pelayanan antar gratis sampai ke kios. Jadi kami yang membeli di pusat kota, lalu kami antar dengan bajaj hingga ke rumah. Mereka bisa menghemat biaya transportasi yang cukup besar," lanjut Dewi.
Mekanisme grosir yang diterapkan, ujarnya, membuat harga barang menjadi terjangkau dan relatif lebih murah daripada harga yang dijual di supermarket modern. Selain itu, hanya 63 warung yang terdaftar sebagai anggota BUMDesa yang dapat membeli barang secara grosir. Hal itu memberi efek positif pada kestabilan harga barang yang ada di Desa Luwoo dan sekitarnya.
"Ada 20 kios kecil di desa ini yang bangkit kembali. BUMDesa juga mempekerjakan dua pemuda setempat yang sebelumnya tidak memiliki pekerjaan tetap," lanjut Dewi.
BUMDesa Tummulo yang juga berarti berkembang bersama ini bergerak di bidang jasa perdagangan grosir. Berbagai kebutuhan pokok dijual disini. Sejak operasionalnya pada pada pertengahan tahun lalu, BUMDesa ini telah meraup keuntungan sekitar Rp 32 juta. Rata-rata setiap bulan mereka meraih lebih dari Rp 5 juta.
Rencananya, BUMDesa ini akan dikembangkan dengan membuka jasa laundry dan usaha bank sampah. Sekitar 20 pemuda desa setempat dari kalangan ekonomi rendah juga akan diberdayakan untuk menjadi pekerja di BUMDesa.
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Eko Putro Sandjojo, mengapresiasi BUMDesa Tummulo yang telah membangkitkan perekonomian masyarakat.
"Saya senang sekali BUMDesa ini sudah jalan. Kami komitmen berikan insentif untuk BUMDesa ini sebesar Rp 50 juta," ujar Mendes PDTT Eko Sandjojo saat meninjau langsung BUMDesa Tummulo.
Menteri Eko juga berpesan agar usaha BUMDesa ini dikembangkan, sehingga tidak hanya bergerak di bidang retail, melainkan juga bisa mengelola sarana produksi pertanian.
"Juga manfaatkan dana desa untuk bangun embung. Lalu BUMDesa yang mengelola itu. Tidak hanya untuk pertanian, melainkam juga dikembangkan jadi sarana perikanan dan pariwisata," tutup Menteri Eko.(p/ab)