Ulang Tahun Konferensi Asia-Afrika Diwarnai Pakaian Daerah Para Menteri

By Admin

Foto/Sesneg  

nusakini.com - Satu persatu para tamu undangan memasuki Istana Negara, Selasa (18/4/2017). Warna hijau, merah, biru, dengan dibubuhi berbagai corak yang indah nampak menghiasi pakaian mereka. Kali ini para tamu memakai pakaian daerahnya masing-masing. Tidak terkecuali para Menteri Kabinet Kerja.

Terlihat Menteri Sekretaris Negara, Pratikno, memakai beskap khas Betawi dengan hiasan rantai emas di sebelah dada. Masih dengan tema daerah yang sama, Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara, juga tampak segar dalam balutan busana koko dan sarung ala Betawi.

Lain lagi dengan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti dan Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi, yang menggunakan kebaya masing-masing berwarna biru dan kuning. Keduanya terlihat kompak dengan paduan selendang dan kain khas Indonesia sebagai bawahannya.

Menteri Perhubungan, Budi Karya, mengenakan pakaian asli Sumatera Barat. Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan HAM, Wiranto, mengenakan baju daerah Jawa berwarna hitam, lengkap dengan blangkonnya.

Memakai pakaian daerah bukan hanya sekedar menampilkan budaya Indonesia kepada perwakilan negara asing yang hadir. Bisa dibilang ini merupakan cara Kabinet Kerja untuk mempromosikan Indonesia sebagai negara dengan semangat Bhinneka Tunggal Ika. Sebuah nilai yang juga dipakai oleh negara-negara Asia dan Afrika pada masa kolonial dalam membentuk Konferensi Asia Afrika.

Tanggal 18 April memang selalu dikenang sebagai hari yang bersejarah. Hari dimana Konferensi Asia Afrika resmi dibuka di Bandung. Saat itu, 62 tahun yang lalu, para delegasi dari berbagai negara berjalan meninggalkan Hotel Homann dan Hotel Preanger menuju Gedung Merdeka untuk menghadiri pembukaan Konferensi Asia Afrika. Banyak di antara mereka memakai pakaian nasional masing-masing. Perjalanan para delegasi ini kemudian dikenal dengan nama “Langkah Bersejarah” atau “The Bandung Walks”.

Mengelola Keberagaman

Dalam pidato pembukaan Peringatan 62 Tahun Konferensi Asia Afrika tersebut, Presiden Joko Widodo menjelaskan bahwa perbedaan busana yang dipakai dalam Konferensi Asia Afrika 1955 saat itu, memang memperlihatkan berbagai latar belakang pesertanya. Akan tetapi justru saat itulah semangat persatuan telah dikumandangkan. “Semua itu menunjukkan bahwa perbedaan latar belakang, perbedaan latar belakang warna kulit, perbedaan latar belakang agama, perbedaan latar belakang budaya, tidak menghalangi kita untuk bersatu, tidak menghalangi kita untuk membangun solidaritas yang kokoh,” jelasnya.

Jelas rupanya sang Presiden ingin mengembalikan citra Indonesia sebagai pionir dalam menghargai perbedaan. Dimana Indonesia dipandang mampu mengakomodasi masing-masing individu untuk hidup dengan kehidupannya sendiri namun dengan tetap membangun harmoni dan perdamaian.

Presiden Jokowi melihat, dalam kunjungannya ke beberapa negara Eropa, Asia, dan Amerika serta di Timur Tengah, menunjukkan bahwa saat ini banyak negara di dunia termasuk negara-negara maju, sedang gelisah. Masalah keamanan, intoleransi mereka, terorisme, ekstrimisme, radikalisme, sedang menghantui mereka. “Mereka sedang mencari referensi nilai-nilai dalam mengelola keberagaman,” tegas orang nomor satu di Indonesia itu.

Menurut Presiden Jokowi, Indonesia telah lahir dengan kodrat kebangsaan yang jelas, yaitu mengelola keberagaman, mengelola kemajemukan, mengelola kebhinekaan. Dengan 1340 suku, beragam ras, dan bermacam agama, Indonesia tetap harmonis dan damai. Indonesia tetap bisa membangun dengan pertumbuhan ekonomi yang baik. Bahkan diantara negara-negara anggota G20, pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2016 triwulan kedua berada pada peringkat 3 besar di bawah Tiongkok dan India. Karena itu dirinya meyakini bahwa Indonesia dapat menjadi referensi nilai-nilai ini.

Karena itu pula Presiden Jokowi mengingatkan kepada masyarakat, untuk tidak mudah tergoda oleh isu-isu sara yang banyak beredar saat ini. “Jangan takut melawan tindakan-tindakan intoleransi dan kekerasan atas nama apapun. Mari terus perkuat komitmen bersama kita, dalam menjaga dan merawat kodrat kebangsaan Indonesia, Bhineka Tunggal Ika,” tutupnya. (p/mk)