Tonggak Sejarah Baru Pertanian Indonesia dari Negara Importir menjadi Eksportir

By Ahmad Rajendra


Nusakini.com--Jakarta--Indonesia yang sedari dulu dikenal sebagai Negara Importir Pangan, kini membalik sejarah, dulu Impor Beras, menjadi agenda rapat utama di kabinet, rata-rata 2 juta ton beras harus di impor, bukan lelucon bila Indonesia, disebut salah satu negara penentu naik-turunnya harga beras di pasar internasional, sedang jagung, seiring bertumbuhnya sektor peternakan, indonesia harus mengimpor hingga 3,6 juta ton setiap tahunnya yang setara dengan 10 Triliun lebih, sungguh devisa yang tidak sedikit, walau belanja besar tersebut digunakan untuk hal yang produktif sebagai Pakan Ternak, namun bila melihat klimatologi dan luasan lahan yang kita miliki, belanja besar tersebut tidak pantas dinikmati "Petani" negara lain.

Impor Beras dan Jagung Indonesia, sudah berlangsung sejak akhir 1980 an, baru dapat dihentikan di Era Pemerintahan Jokowi - Jusuf Kalla, dengan menunjuk Andi Amran Sulaiman "Putera Bugis", yang tidak begitu dikenal dikalangan Elit Nasional, Pria Paruh Baya ini, ternyata punya Prestasi Gemilang di generasinya.

Andi Amran Sulaiman, mengambil Keputusan yang sangat Ekstrim, begitu dilantik Oktober 2014, dengan menetapkan program Upaya Khusus Swasembada PaJaLe "Padi, Jagung, Kedele" sebagai Target Utama Kerja, mengawali tugasnya sebagai Nakhoda di Kementerian Pertanian. 

Upsus Swasembada Padi, Jagung dan Kedelai, dianggap banyak pihak hanya sebatas "Jargon", hal ini bukan semata menyepelekan Andi Amran Sulaiman, karena memang selama 25 Tahun terakhir, sejak 1984 ketika Presiden RI ke 2, H. M. Soeharto, mendapat Medali dari FAO, swasembada seperti "Air di Daun Talas" hilang tak berbekas, pandangan minus dari banyak kalangan tak menyurutkan Mentan, yang berlatar belakang Wira Usaha ini, dengan penuh semangat dan modal amanah di Kabinet Kerja-Kerja-Kerja Jokowi JK. 

Andi Amran Sulaiman, langsung menarik "Tali Layar" Kementan, mengharungi Gelombang dan Ombak Besar, bersama jajaran pimpinan di bawah kendalinya, berbagai rintangan dilewati, mulai dari pembenahan "Birokrasi dan Budaya Kerja" di Internal Kementan, hingga berbagai "Sentilan" negatif dari eksternal kementan, tak membuat surut langkah Anak Bugis yang satu ini, dengan Filosofi "Pelaut Ulung" lahir di Ombak Besar serta setiap Detik Hidup adalah "Takdi Allah". Andi Amran Sulaiman, meletakkan Tonggak Sejarah Baru Pertanian Indonesia dengan berbagai capaian, sejak Oktober 2014 hingga 2019, diawali Upsus PaJaLe mulai dilantik hingga sekarang diakhir masa tugas, ritme kerja tidak perna kendor, kerja-kerja-kerja ala Amran Sulaiman, menorehkan berbagai prestasi, hampir 5 tahun terakhir tidak ada lagi keluhan petani soal pupuk, semua mafia pupuk disikat, untuk mendukung program Upsus, mentan menggandeng TNI, belajar dari senior pendahulunya "Otonomi Daerah" sering melahirkan distorsi komunikasi pusat dan daerah. MOU dengan TNI AD, dihadapan Presiden, melahirkan Program Luas Tambah Tanam dan Pengadaan Alat Mesin Pertanian, mulai dari Hand Traktor, Traktor Besar, Transplanter, Combine Harvester, Pompa Air Kecil hingga Besar bahkan Eskavator, dibagikan untuk Petani, pengadaan Benih yang dahulunya harus "Tender" dirubah menjadi penunjukan langsung, kebijakan ini membuat banyak orang kaget, kritisi dan sentilan berseliweran, mendiskreditkan keputusam mentan, namun semua tak menyurutkan langkah. Tahun 2015 hasil kerja keras di awal kerja, menunjukkan hasil, kuota beras impor yang disepakati tahun 2013, hingga 2015 tidak tuntas masuk karena produksi gabah naik signifikan tren kenaikan produksi gabah nasional di ikuti juga dengan kenaikan produksi jagung, yang pada masa lalu mustahil terjadi, karena kondisi lahan tanaman pangan di indonesia, memanfaatkan lahan yang sama, bila gabah naik pasti jagung dan kedelai akan turun produksinya. Capaian kerja keras petani diapresiasi berbagai lembaga, bahkan FAO, memberikan apresiasi dan bertemu dengan mentan. Capaian Program Kementerian Pertanian seperti

Upsus PaJaLe, Upsus Siwab, Upsus Bawang Merah, Putih dan Cabai, mampu menekan Inflasi Pangan, yang terakhir Mentan Andi Amran Sulaiman meluncurkan 3 Program Penggerak Ekonomi Rakyat, 2 Program Jangka Panjang yakni SERASI "Selamatkan Rawa Sejahterahkan Petani dan BUN 500 " Mengembalikan Kejayaan Rempah Indonesia", serta program jangka pendek #BEKERJA . Seluruh Capaian Kementan sudah di Publis Badan Pusat Statistik, BKPM dan Bappenas seperti terurai di bawah ini.

1.Nilai Ekspor Pertanian 2015-2018.

2015 di tengah badai El Nino, nilai ekspor pertanian mencapai 403,8 Triliun, 2016 ada penurunan berbarengan dengan badai La Nina, 384,9 Triliun, sedang di tahun 2017 meningkat tajam, 475,9 Triliun dan tahun 2018 nilai ekspor pertanian mencapai 499,3 Triliun. Total ekspor pertanian tahun 2015 hingga 2018 Rp. 1.764 Triliun, dengan kenaikan signifikan dari 2016 : 2018 29,7 %. 2. Nilai Investasi Sektor Pertanian juga turut memberikan sumbangan besar untuk pertumbuhan, ada kenaikan luar biasa dari tahun 2013 hanya 29,3 Triliun sedan tahun 2018 total investasi senilai 270,1 Triliun, kenaikan yang mencengangkan lebih 100 persen. Tahun 2013 banding 2018 kenaikan 110,2 persen (BKPM),untuk Penerimaan Domestik Bruto Pertanian, tahun 2013 Rp. 994,8 Triliun, sedang tahun 2018, data BPS total Rp. 1.375,2 Triliun, separuh dari nilai APBN, pada saat pertumbuhan dan investasi sektor pertanian meningkat tajam, justru tidak membuat petani belanja boros, terbukti Inflasi Bahan Makanan/Pangan, terus menurun signifikan seperti data BPS ini, 2014. 10,57 persen diatas 2 digit dan terus turun 2015, 4,93 persen, 2016, terkoreksi menjadi 5,69 persen, namun turun drastis, pertama dalam sejarah republik. Inflasi Pangan tahun 2017 hanya 1,26 persen, inflasi yang rendah tersebut memberikan sumbangsih pada NTP dan NTUP dari 2014 hingga 2018 NTP naik 0,22 persen dan NTUP naik 5,39 persen yang bersumber dari penataan Rantai Pasok dan stablitas harga Saprodi ditingkat petani. Prestasi Program Pembangunan Sektor Pertanian di Era Andi Amran Sulaiman, menurut dats BPS, mampu menurunkan Penduduk Miskin di Perdesaan hingga 10,87 persen yakni 2013, jumlah penduduk miskin 17,74 juta jiwa sedang ditahun 2018 hanya 15,81 juta jiwa. Indonesia menjadi Negara yang dinilai mampu membangun Ketahanan dan Keberlanjutan Pembangunan sektor Pertanian, melampaui Amerika Serikat. 

Dirgahayu Republik Indonesia ke 74. Kerja-Kerja-Kerja, Membangun Kedaulatan Pangan, Kesejateraan Petani untuk Kehormatan Bangsa dan Negara. (Makmur, SE, Staf humas kementan)