Tingkatkan Produktivitas Lewat Tenaga Kerja Terampil

By Admin

nusakini.com---Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) M. Hanif Dhakiri menekankan pentingnya pelatihan kerja untuk mencetak tenaga kerja terampil sehingga bisa meningkatkan produktivitas. Dalam mencapai produktivitas yang lebih tinggi, permintaan pasar kerja untuk tenaga kerja terampil mengalami peningkatan signifikan. 

Dalam kaitan dengan peningkatan keterampilan tenaga kerja, Kementerian Ketenagakerjaan telah melakukan beberapa kebijakan, seperti untuk menghilangkan kebutuhan pendidikan formal bagi calon peserta pelatihan, merangsang pemerintah daerah untuk meningkatkan akses ke pasar kerja bagi para pencari kerja serta pelatihan keterampilan melalui Balai Latihan Kerja (BLK). 

Hal ini disampaikan Menaker Hanif dalam sidang enhance employability, lanjutan pertemuan G20: Labour Employment Ministerial Meeting di FanghuaVilla, Diaoyutai State Guesthouse, Beijing, Rabu (13/7). 

“Pada kesempatan ini, izinkan saya untuk berbagi pengalaman dengan Indonesia dan praktik yang baik dalam meningkatkan kemampuan kerja, kami telah menekankan pembangunan manusia dan keterampilan untuk kerja yang lebih baik,” kata Menaker Hanif. 

Menurut Menaker Hanif, Indonesia memiliki populasi terbesar keempat di dunia dan perekonomian kita diperkirakan bisa menjadi ekonomi terbesar ketujuh di dunia pada 2030. “Untuk mendukung perekonomian, Indonesia akan membutuhkan 113 juta pekerja terampil. Jumlah ini bisa dengan mudah dipenuhi karena jumlah penduduk usia kerja pada tahun 2015 mencapai sekitar 122 juta,” terang Hanif. 

Namun, sebagian besar pekerja belum memperoleh tingkat keterampilan yang diinginkan oleh dunia industri. “Situasi ini harus berubah, ada urgensi dan kebutuhan untuk merancang kebijakan yang komprehensif dalam meningkatkan kualitas kerja dari penduduk usia kerja melalui peningkatan pendidikan dan keterampilan,” tegas Menaker Hanif. 

Dalam upaya untuk mencapai produktivitas yang lebih besar, telah terjadi peningkatan yang stabil dalam permintaan untuk pekerja terampil dan terjadi penurunan permintaan untuk pekerja berketerampilan rendah. “Mereka dengan tingkat pendidikan yang rendah lebih mungkin untuk menjadi pengangguran sementara mereka dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi lebih mungkin untuk dipekerjakan,” jelas Hanif. 

Indonesia saat ini sedang menjalani masa transisi menuju ekonomi pengetahuan dan peningkatan daya saing, pertumbuhan dan kinerja kerja. Kesenjangan keterampilan terlihat signifikan dalam hal ini, dan pemerintah telah melakukan investasi dalam pengembangan sistem pendidikan dan pelatihan nasional untuk menutup kesenjangan ini.  

Pemerintah juga tengah berupaya mengubah sistem teknis dan orientasi Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan (Technical and Vocational Education and Training-TVET) Indonesia kepada kebutuhan dunia industri, lebih kepada demand-driven dan program praktek yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan daan kualitas kerja. (p/ab)