nusakini.com--Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian menyelenggarakan bimbingan teknis serta memberikan mesin dan peralatan produksi di Sentra IKM Tenun Ulos, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara.

Program ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas produksi dan kompetensi para perajin tenun di dalam negeri sehingga mampu menghasilkan produk yang berdaya saing di pasar domestik dan internasional. 

“Kegiatan ini juga merupakan tindak lanjut dari kunjungan Bapak Presiden Joko Widodo pada Festival Danau Toba tahun 2016 lalu,” kata Dirjen IKM Kemenperin Gati Wibawaningsih, Rabu (19/7).

Bimbingan teknis yang dilaksanakan selama lima hari,mulai tanggal 17-21 Juli 2017 ini diikuti sebanyak 20 peserta dan sudah dibentuk dalam Kelompok Usaha Bersama (KUB) Hiou Sinio. 

Untuk bantuan mesin dan peralatan, Gati menyebutkan, pihaknya menyerahkan berupa 11 unit alat tenun bukan mesin(ATBM), satu unit alat hani tangan, dan lima unit alat kelos benang kepada Sekretaris Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Simalungun, yang akan digunakan oleh KUB Hiou Sinio. 

“Kami berharap, kegiatan ini akan ditindaklanjuti oleh Pemda Simalungun melalui pendampingan dan dapat pula difasilitasi untuk ikut serta di Festival Danau Toba,” ujarnya. Danau Toba sebagai salah satu destinasi wisata yang dikelilingi beberapa kabupaten termasuk Simalungun, ditargetkan Sentra IKM Tenun Ulos ini bisa menjadi tujuan utama bagi wisatawan lokal dan mancangera. 

Gati pun menyampaikan, tenun merupakan warisan budaya bangsa Indonesia yang perlu terusdikembangkan karena memiliki berbagai motif yang khas dan kental dengan nilai budaya nusantara yang patut dilestarikan.

”Mengingat besarnya potensi industri tenun, kami ingin menjadikan tenun sebagai world heritage seperti halnya batik yang telah diakui dunia sebagai warisan budaya takbenda asli Indonesia,” tegasnya. 

Kemenperin mencatat, jumlah sentra IKM tenun yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia mencapai 369 sentra dengan jumlah perusahaan sebanyak 16.971 unit usaha. Industri tenun nusantara hingga saat ini terus berkembang dan telah berperan penting sebagai penggerak perekonomian daerah sehingga mendorong pemerataan kesejahteraan masyarakat secara nasional. 

Kain tenun mampu menjadi salah satu penyumbang devisa negara. Ini dilihat dari nilai ekspornya pada tahun 2016 yang mencapai USD2,6 juta dengan negara tujuan utamanya adalah Belanda. “Kami terus berupaya mendongkrak kinerja industri tenun nusantara melalui peningkatan daya saing produk dan pengamanan pasar dalam negeri,” tutur Gati. 

Direktur IKM Kimia, Sandang, Aneka dan Kerajinan, E. Ratna Utarianingrum mengatakan, pihaknya tengah menggiatkan budidaya kapas dan penggunaan bahan baku alternatif yang tersedia di dalam negeri sehingga mengurangi ketergantungan bahan baku impor bagi pelaku IKM tenun. 

“Untuk mengatasi permasalahan bahan baku kapas IKM tenun, kami telah menandatangani Nota Kesepahaman dengaan Direktorat Jenderal Perkebunan dan Balitbang Kementerian Pertanian serta Pemda Kabupaten Timor Tengah Selatan pada bulan Juni 2017 lalu,” ungkapnya. Ditjen IKM juga telah bekerjasama dengan BUMN dan asosiasi industri benang untuk mendirikan material center guna memenuhi bahan baku IKM. 

“Sedangkan, untuk memperluas akses pasar, kami memiliki program e-Smart IKM. Selain itu, kami mendorong agar IKM dapat pula memanfaatkan berbagai fasilitas pembiayaan seperti KUR, LPEI dan insentif lainnya untuk memperkuat struktur modalnya,” imbuh Ratna.(p/ab)