nusakini.com - Jakarta - Pernyataan Rocky Gerung 'kitab suci adalah fiksi' disalah satu program TV nasional beberapa waktu lalu, mengundang polemik dan reaksi. Bahkan atas pernyataan tersebut Rocky Gerung telah dilaporkan ke Polda Metro Jaya atas tuduhan penistaan agama. Rocky pun sudah dimintai keterangan pihak Kepolisian terkait hal tersebut.

Menanggapi hal itu, Koordinator Bidang Keumatan Golkar Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB) berpendapat ucapan Rocky tersebut tidak dapat dibenarkan. Ia merasa aneh jika kitab suci disejajarkan dengan karya fiksi.

"Saya tidak bisa bayangkan kalau di sebuah toko buku, Alquran diletakkan di rak fiksi bersama novel, dongeng, kumpulan cerpen dan karya fiksi lain. Bisa didemo toko itu," tulis TGB dalam keterangan persnya, Jumat, (8/2/2019).

TGB lalu menekankan bahwa kitab suci bukan merupakan bagian dari fiksi.

• PTUN Tolak Gugatan Terhadap Jokowi, Otto: Jangan Lagi Ada Tuduhan soal Dinasti Politik
• Survei Indikator: 63 Persen Publik Tak Setuju Pembatalan Pasangan Prabowo-Gibran
• MK Nilai Tak Ada Hubungan antara Bansos dengan Perolehan Suara di Pilpres
• Sengketa Pilpres 2024 Bakal Diputuskan MK Hari Ini
• Wasekjen PBNU Bela Gus Ipul , Cak Imin: Mereka Pengangguran

"Kitab suci bukan fiksi, karena ia bukan imajinasi, namun pemberitahuan tentang kenyataan, yang telah terjadi ataupun yang akan terjadi. Gaib bukan fiktif tapi hakiki dan benar bagi orang beriman," terangnya.

Polemik kitab suci bagian dari fiksi, kata TGB, pernah terjadi saat sastrawan terkemuka di Mesir, Thaha Husein, menulis buku berjudul Fi Asy-sy'ril Jahily (Tentang Syair Masa Jahiliyah).

"Mengambil kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail dalam kitab suci, Thaha Husein menyimpulkan bahwa kisah itu 'mutakallafah wa mashnu'ah fii 'ushuurin muta'akhirah da'at ilayha haajatun diiniyyah aw iqtishadiyyah aw siyasiyyah'. Yaitu kisah yang direkayasa dan dibuat-buat di masa belakangan untuk motif keagamaan, ekonomi atau politik," ungkap TGB.

Bagi Thaha Husein, kisah Ibrahim dan Ismail dalam Taurat, Injil dan Alquran itu fiksi, imajinatif dan tidak ada landasan sejarahnya alias tidak pernah terjadi. 

Lanjut TGB, pernyataan ini menimbulkan kontroversi luar biasa saat itu di Mesir, karena dianggap menggergaji dasar yang paling fundamen dalam agama yaitu keyakinan akan kebenaran wahyu.

"Banyak ulama menulis buku untuk menolak klaim kitab suci itu fiksi ala Thaha Husein ini, seperti Grand Syekh Al-Azhar. Yang menarik, di Indonesia justru sebagian figur yang ditokohkan umat justru berusaha mentakwil dan mencari pembenaran ungkapan kitab suci itu fiksi," ungkap TGB. (s/ma)