nusakini.com - Direktur Teknologi dan Pengembangan PT Dirgantara Indonesia (PT DI), Andi Alisjahbana, Senin (20/6/2016) menyebutkan, penurunan angka kecelakaan pesawat sejak era 80-an yang diteliti oleh Airbus dan Boeing, didorong oleh pembuatan pesawat yang lebih canggih dengan perhitungan-perhitungan yang lebih akurat dalam menyempurnakan penggunaan material pesawat. 

Satu temuan yang berhasil mendorong penyempurnaan pembuatan pesawat yang lebih aman, adalah buah pemikiran pemuda Indonesia yang pada 1970-an sedang menempuh pendidikan di Aachen, Jerman. Ia adalah Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie, mahasiswa Universitas Aachen. 

Pada tahun 1971, Habibie mempresentasikan sebuah penelitiannya yang bertajuk: 

"Eine Berechnungsmethode zum Voraussagen des Fortschritts von Rissen". 

Laporan itu menjabarkan perhitungan untuk memprediksi perambatan retakan pada material pesawat. 

Andi Alisjahbana menilai, temuan Habibie saat itu tergolong hal baru yang kemudian memacu penyempurnaan pembuatan material pesawat terbang, serta meningkatkan perhatian atas faktor keselamatan. 

" Pak Habibie menemukan satu cara yang sebelumnya masih misterius untuk memprediksi umur material pesawat yang berpotensi mengalami "kegagalan" material akibat adanya retakan atau crack", kata Andi Alisjahbana. 

Andi Alisjahbana mengungkapkan, sebagai tenaga ahli pada perusahaan dirgantara Jerman, yakni Messerschmitt-Bölkow-Blohm, Habibie kala itu mencoba kritis untuk mencari jalan keluar atas kebingungan yang sempat melanda industri pesawat dunia. Atas temuan ini, tokoh kelahiran Parepare, Sulawesi Selatan, ini mendapat julukan 'Mr Crack'. 

Era 1950-an hingga 1970-an adalah periode penyempurnaan dan penciptaan pesawat terbang, setelah pemanfaatan material yang lebih ringan, yakni aluminium. 

Namun, ada kelemahan yang dimiliki jenis material ini: retakan yang kerap muncul akibat pembebanan pada saat pesawat lepas landas dan gaya angkat di udara. Itulah yang menyebabkan tingginya jumlah kecelakaan pesawat sebelum dekade 1960 dan 1970. 

Habibie dinilai memiliki kontribusi besar dalam merancang perhitungan yang cukup akurat, untuk memprediksi asal titik retakan dan ke arah mana retakan di pesawat merambat. Perhitungan ini sangat membantu dalam perawatan pesawat sehingga operator pesawat tahu kapan pesawat harus diperbaiki.(ifm/mk)