Teknologi Jembatan Judesa Buka Akses Pelayanan Dasar Masyarakat

By Admin

nusakini.com-- Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mengembangkan teknologi infrastruktur pembangunan jembatan perdesaan yang disebut dengan teknologi Judesa (Jembatan Gantung Asimetris Untuk Desa). Dengan adanya jembatan yang dapat diterapkan secara fleksibel dan ekonomis oleh masyarat serta perangkat desa tersebut, maka akses untuk pemenuhan pelayanan dasar masyarakat dapat terpenuhi. 

Staf Ahli Menteri PUPR Bidang Ekonomi dan Infrastruktur, Rido M Ichwan dalam Seminar Nasional Penerapan Teknologi Judesa Untuk Mendukung Infrastruktur Perdesaan di Serang, Banteng, Rabu (14/9) mengatakan bahwa teknologi Judesa memungkinkan pembangunan infrastruktur perdesaan dilaksanakan secara partisipatif sehingga masyarakat dapat memilih prioritas pembangunan infrastruktur yang diinginkan sesuai hasil musyawarah desa. 

Menurutnya, pembangunan infrastruktur jembatan selalu menjadi prioritas untuk desa yang bertipologi tertinggal dan berkembang. Karena dengan adanya jembatan akan lebih memudahkan akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan dasar dalam meningkatkan ekonomi masyarakat setempat. 

Hadirnya teknologi Judesa dinilai tepat di saat pemerintah sedang melakukan efisiensi anggaran di segala sektor, karena beberapa penyelenggara negara di daerah hingga kepala desa cukup merasakan dampaknya. Salah satunya ketika desa memerlukan pembangunan infrastruktur jembatan untuk mempermudah masyarakat ke pasar, ke sekolah, bekerja dan lainnya. 

Banten sendiri memiliki kurang lebih 1.236 desa yang dipisahkan oleh banyak sungai sehingga kebutuhan infrastruktur jembatan sangat dibutuhkan. Kementerian PUPR memiliki teknologi jembatan Judesa hasil temuan para peneliti Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) yang relatif ekonomis. Judesa ini dapat didorong penerapannya untuk desa-desa yang memiliki kondisi geografis seperti di Banten. 

“Pondasi Judesa disebut asimetris karena hanya berada di satu sisi, dan pembangunannya sendiri menjadi lebih mudah karena pengangkutan bahan material dilakukan pada satu sisi,” ujar Rido. 

Selain itu, pengangkutan material untuk pembangunan jembatan juga lebih mudah karena pengurangan komponen sistem pengaku ikatan angin. Sistem ini memanfaatkan struktur lantai monolit yang cukup kaku terhadap gaya lateral, serta dengan tiang tunggal di satu sisi sehingga biaya material struktur jembatan dapat diminimalisir. 

Rido menambahkan, material Judesa merupakan hasil pabrikasi yang disiapkan sebelum dikirim ke lokasi, sehingga membuat waktu pengerjaan jembatan lebih cepat. Sistem jembatan modular ini juga menambah kemudahan pembangunan dengan swadaya masyarakat. 

Seminar Nasional yang diselenggarakan Balai Penerapan Teknologi Konstruksi Direktorat Jenderal Bina Konstruksi (DJBK) Kementerian PUPR tersebut menghadirkan para pembicara diantaranya, Staf Ahli Menteri PUPR bidang Ekonomi dan Invetasi, Direktur Daerah Tertinggal, Transmigrasi, dan Perdesaan Bappenas, Direktur Sarana Prasarana Desa Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, dan Kapusjatan Balitbang. 

Dalam acara tersebut juga hadir Sekretaris Daerah Provinsi Banten, Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat Desa Provinsi Banten, Kepala Dinas PU se-Provinsi Banten, Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa, termasuk 151 orang para Aparatur Desa se-Provinsi Banten. 

Beberapa kepala desa diantaranya dari Kabupaten Lebak dan Pandeglang Provinsi Banten menyatakan terima kasihnya atas penyelenggaraannya seminar ini karena dianggap sangat bermanfaat. “Sangat bermanfaat, kami secara teknis masih awam bagaimana pembangunan jembatan desa yang berkualitas dengan biaya ekonomis, lalu bagaimana pemeliharaannya, karena kami bisa mendapatkan protes langsung dari masyarakat ketika jembatan rusak,” ujar Kepala Desa Cihambali, Kecamatan Cibeber.(p/ab)