Tak Boleh Bermental Penumpang

By Admin


nusakini.com-Semarang – Kebijakan Penomoran Ijazah Nasional (PIN) oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi akan resmi diberlakukan untuk setiap perguruan tinggi pada tahun mendatang. Namun, IKIP Veteran Semarang sudah terlebih dahulu menerapkannya. 

Sebanyak 588 ijazah yang diberikan kepada wisudawan-wisudawati Strata I IKIP Veteran Semarang ke-59 telah mencantumkan PIN yang dapat ditelusuri secara online melalui Sistem Verifikasi Ijazah secara Elektronik (Sivil). 

Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah (LLDIKTI) Wilayah VI Jawa Tengah Prof Dr Dwi Yuwono Puji Sugiharto MPd Kons, mengapresiasi langkah IKIP Veteran Semarang sebagai salah satu perguruan tinggi yang menginisiasi PIN lebih awal. 

“Ini membanggakan karena kebijakan PIN dan Sivil baru diwajibkan pada tahun 2019, tetapi IKIP Veteran Semarang telah menyelenggarakan pada tahun 2018. Oleh karena itu, kami menyampaikan apresiasi,” ujarnya saat menghadiri Sidang Terbuka Senat IKIP Veteran Semarang Wisuda Sarjana Strata I Ke-59 di Patra Jasa Hotel, Senin (22/10). 

Sugiharto menjelaskan, ijazah para lulusan IKIP Veteran Semarang akan mencantumkan dua nomor, yaitu nomor ijazah yang diterbitkan oleh universitas dan Kementerian Ristekdikti. Ijazah yang mencantumkan PIN sudah dijamin keabsahannya. 

“Legalitas dan keabsahannya telah dijamin oleh pemerintah serta dapat diverifikasi secara online melalui Sivil. Jadi, ijazah Saudara sebenarnya tidak perlu dilegalisir karena keabsahannya dapat diverifikasi secara online,” jelasnya. 

Sugiharto juga berpesan kepada segenap wisudawan-wisudawati agar tidak memiliki mental penumpang, mental penonton, dan bernyali penakut. Menurutnya, ketiga jenis mental itu merupakan penghambat kesuksesan seseorang. 

Mental penumpang, kata Sugiharto, menunjukkan seseorang tidak memiliki visi dan misi yang jelas pasca lulus dari almamaternya. Mereka cenderung menunggu hadirnya peluang dan kurang memiliki inisiatif. Sementara itu, mental penonton menunjukkan seseorang yang justru bersorak-sorai atas keberhasilan orang lain. 

“Kompetisi itu permainan, tapi banyak lulusan perguruan tinggi yang memilih peran sebagai penonton. Ciri penonton itu tepuk tangannya keras untuk meneriaki keberhasilan orang lain. Selain itu, bernyali penakut akan membuat orang ragu untuk mencoba dan khawatir gagal. Ini yang menjadi biang lemahnya kompetisi lulusan perguruan tinggi,” ujarnya. 

Senada dengan Sugiharto Wakil Gubernur Jawa Tengah H. Taj Yasin Maimoen menegaskan, lulusan IKIP Veteran Semarang harus siap berkompetisi secara global. Terlebih, dengan adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), yang membuat mereka tidak hanya bersaing dengan lulusan perguruan tinggi dalam negeri. 

“Tuntutan bersaing tidak hanya pada lingkup lokal, tapi juga internasional. Pekerja asing yang masuk ke Indonesia sudah banyak. Mereka datang ke negara kita bukan untuk menjajah, melainkan mengajak kita bersaing untuk membangun NKRI,” tegasnya. 

Putera ulama kharismatik KH Maimoen Zubair itu juga menyampaikan pesan khusus kepada para calon guru yang lulus dari IKIP Veteran Semarang. Mereka diminta untuk menjadi guru panutan, karena peran guru tidak hanya mencerdaskan siswa-siswinya, namun juga membentuk karakter anak bangsa. 

“Ciptakanlah model pendidikan yang menggembirakan. Sehingga belajar menjadi aktivitas yang dikangeni, digandrungi oleh anak-anak didik kita. Mereka datang ke sekolah bukan hanya suatu kewajiban, tapi sebagai motivasi bersama memberikan dedikasi untuk bangsa,” pesan mantan anggota DPRD Provinsi Jawa Tengah ini. 

Taj Yasin menambahkan, tidak semua lulusan perguruan tinggi dapat terserap dunia kerja. Pada Mei 2018, jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah sebanyak 18,23 juta orang dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 4,23 persen. Hal itu menunjukkan peluang bagi lulusan perguruan tinggi untuk merintis dan menggeluti usaha. Seperti halnya Jack Ma yang semula sulit memperoleh pekerjaan, namun kini justru sukses dengan perusahaan e-commerce terbesarnya di Tiongkok. 

“Jack Ma setelah lulus studi melamar di beberapa tempat tapi selalu gagal. Dengan semangatnya, dia justru membuat lapangan kerja sendiri, kemudian sekarang menjadi salah satu orang terkaya di China. Jika memang tidak diterima kerja, mari kita ciptakan lapangan kerja untuk masyarakat luas. Mari kita berinovasi dan berkreasi untuk membuat lapangan kerja itu,” ajaknya lalu disambut tepuk tangan para wisudawan. (p/ab)