Surplus Perdagangan Tertinggi Sejak 2015, Mendag: Makin Optimis Arungi 2017

By Admin

nusakini.com--Kinerja perdagangan luar negeri Indonesia pada Januari 2017 memberikan optimisme dengan mencatat surplus neraca perdagangan sebesar USD1,4 miliar. 

Capaian surplus tersebut meningkat dibandingkan surplus periode yang sama tahun sebelumnya yang senilai USD13,6 juta. 

Dirinci lebih dalam, surplus neraca perdagangan Januari 2017 disumbang dari suplus nonmigas sebesar USD1,9 miliar dan defisit migas sebesar USD0,5 miliar. “Kinerja ekspor dan impor di awal  tahun 2017 menghasilkan surplus USD1,4 miliar, paling tinggi dibandingkan bulan-bulan sebelumnya sejak Januari 2015. Kami makin optimis mengarungi tahun 2017 ini,” ungkap Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita. 

Mendag menjelaskan bahwa negara mitra dagang seperti India, Amerika Serikat (AS), Filipina, Belanda, dan Malaysia menjadi penyumbang surplus nonmigas terbesar selama Januari 2017 yang jumlahnya mencapai USD2,7 miliar. Sementara RRT, Thailand, Australia, Prancis, dan Korea Selatan merupakan negara mitra yang menyebabkan defisit nonmigas terbesar yang jumlahnya mencapai  USD2 miliar. 

Nilai ekspor yang berhasil dibukukan di awal tahun 2017 sebesar USD13,4 miliar, meningkat 27,7% (YoY) dibanding tahun lalu. Namun capaian ini turun 3,2% (MoM) dibandingkan Desember 2016. 

Peningkatan ekspor 27,7% (YoY) dipicu peningkatan ekspor nonmigas sebesar 29,2% (YoY), sementara ekspor migas hanya tumbuh 14,8% (YoY). 

Optimisme peningkatan ekspor ditunjukkan dengan peningkatan ekspor nonmigas ke beberapa negara yang meningkat signifikan selama Januari 2017. Ekspor nonmigas ke RRT, India, Filipina,  dan Rusia naik signifikan pada Januari 2017, masing-masing 74,8%, 98,4%, 70,6%, dan 175,3%  (YoY). 

Perbaikan harga komoditas yang dipicu kenaikan harga minyak juga menjadi faktor optimisme peningkatan ekspor di masa mendatang. Produk ekspor nonmigas yang nilainya naik tinggi di Januari 2017 antara lain besi dan baja (133,3%; YoY), tembaga (71,7%; YoY), berbagai produk kimia  (70,6%; YoY), dan minyak sawit (67,7%; YoY), serta bahan kimia organik (65,2%). (p/ab)