"Simon Bageur" Besutan Tekmira Siap Dipasang di 2 Perusahaan Tambang Kalsel

By Abdi Satria


nusakini.com-Jakarta-Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Tekmira Kementerian ESDM akan segera memasang Sistem Monitoring Bahaya Lingkungan dan Kegeologian (Simon Bageur) di dua perusahaan tambang di Kalimantan Selatan, yakni PT Jorong Barutama Greston di empat titik, serta satu titik di PT Tanjung Alam Jaya. 

Hal ini diungkapkan Kepala Puslitbang Tekmira, Hermasyah di Jakarta, Senin (10/6) usai acara silaturahim dan halal bihalal di Kantor Balitbang Kementerian ESDM.

Ia mengungkapkan, sebelumnya para peneliti telah melakukan survei lokasi dan sejumlah parameter untuk pemasangan Simon Bageur, diantaranya pengukuran tingkat keasaman (PH), total padatan tersuspensi (TSS), level air (water level), debit air, Kadmium (Cd), Zat Besi (Fe) dan Mangan (Mn).

Simon Bageur adalah sistem peringatan dini yang bekerja secara cepat, akurat dan aktual terhadap bahaya lingkungan dan geologi di sekitar wilayah pertambangan, di antaranya bahaya limbah cair, air asam tambang, banjir, pergerakan batuan dan longsor di sekitar wilayah pertambangan dan penduduk. Teknologi ini dapat melakukan pengukuran jarak jauh dan melaporkan hasil informasinya secara real time kepada operator, sehingga dapat membantu dalam pengambilan keputusan dan tindakan secara cepat dam akurat. 

Inovasi ini merupakan adaptasi peralatan serupa yang telah dijual di pasaran, namun sistemnya dikembangkan agar lebih lengkap dan bekerja secara terpadu, baik dari sisi pemantauan kualitas dan kuantitas air, klimatologi, meteorologi dan geofisika maupun bahaya kegeologian lainnya. Simon Bageur mudah dikombinasikan dengan alat lain, sehingga menjadi alat baru yang dapat berfungsi untuk berbagai kondisi. 

Alat ini dapat membaca parameter secara otomatis dan realtime. Pengoperasiannya dapat dilengkapi dengan sistem tenaga surya, sehingga dapat digunakan di daerah yang belum terjangkau aliran listrik. Daerah terpencil yang sulit mendapat sinyal jaringan telepon masih dapat menggunakan alat ini karena media transmisi tidak hanya dari sinyal 3G/4G, tetapi dapat melalui kabel, radio, SMS (short messaging services), GPRS dan satelit. 

Dari segi sosial dan ekonomi, perusahaan tambang untuk membantu masyarakat sekitar dalam hal mitigasi bencana. Tanah longsor, banjir, pergerakan tanah, ataupun pencemaran air tanah akan mudah terdeteksi, sehingga lingkungan sekitar akan terjaga dan masyarakat akan merasa aman. Setelah mengaplikasikan SIMON BAGEUR untuk pemantauan air, PT Jorong Barutama Greston dapat menurunkan biaya tenaga kerja untuk pengawasan serta biaya operasional pemakaian kapur untuk penetralisir pH, sebesar Rp 268 juta per tahun. Pengurangan pemakaian kapur sebesar 100 juta/tahun sedangkan tenaga kerja sebesar 168 juta/tahun). 

Dari segi lingkungan, sistem monitoring air asam tambang atau sistem pemantauan limbah cair terus menerus dalam jaringan (sparing) pada teknologi Simon Bageur akan menjaga dan memastikan agar air tanah di sekitar tambang tidak tercemar. 

Sejumlah perusahaan tambang telah mengaplikasikan teknologi ini, antara lain; PT Bukit Asam Unit Penambangan Ombilin (UPO), Sumatera Selatan, sebagai sistem pemantauan kondisi ventilasi (suhu, gas, udara, kecepatan angin, pergerakan tanah/deformasi batuan) dan sistem drainase air tambang bawah tanah (2008), PT Berau Coal, Kalimantan Timur, sebagai sistem peringatan dini untuk daerah rawan longsor dan dapat melakukan mitigasi bencana sebelum longsor terjadi, berkat isyarat sensor alat ini (2011). PT Astaka Dodol, Sumatera Selatan, sebagai sistem pemantauan kualitas air di sekitar reaktor underground coal gasification (UCG) (2014). PT. Jorong Barutama Greston, Kalimantan Selatan (2018) dan PT. Tanjung Alam Jaya, Kalimantan Selatan (2019), menggunakannya sebagai sistem pemantauan limbah cair terus menerus dalam jaringan. Limbah cair perusahaan PT. Jorong Barutama Greston kini telah sesuai dengan parameter yang diijinkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 

Teknologi Simon Bageur telah menerima penghargaan 102 Inovasi Indonesia dari Business Inovation Center (BIC) pada tahun 2010. Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sistem ini sudah mencapai 80%, sedangkan sisanya (20%) merupakan kebutuhan sensor teknologi tinggi, yang saat ini baru dapat dipenuhi produk dari luar negeri. Puslitbang Tekmira akan terus mengembangkan teknologi ini dan diharapkan dapat menjadi early warning system mutakhir pada kebencanaan yang dapat diterapkan di industri pertambangan dan industri lainnya yang memerlukan sistem moniroring jarak jauh di seluruh Indonesia.(p/ab)