Serangan WBC dan Virus Kerdil di Kabupaten Subang, di Bawah Ambang Batas

By Admin


nusakini.com - Kabupaten Subang merupakan salah satu sentra produksi padi di Jawa Barat. Kabupaten ini mempunyai luas baku sawah sebesar 84.570 hektare (ha) yang tersebar di 30 kecamatan. Areal sawah terluas berada di Kecamatan Ciasem, Patokbeusi, dan Blanakan, sedangkan Compreng luas baku sawahnya 6.210 ha. Berdasarkan data dari petugas POPT per 16-31 Agustus 2017, tercatat standing crop seluas 64.003 ha, dengan luas serangan WBC 227 ha (0,35 persen), virus kerdil hampa seluas 33 ha (0,05 persen), dan virus kerdil rumput seluas 40 ha (0,06 persen).  

Pertanaman padi sawah di Kecamatan Compreng pada MT II 2017 mencapai 4.838 ha yang terdiri dari delapan desa. Salah satu desa yang tidak mengalami masalah dengan kondisi pertanaman pada musim ini adalah Desa Mekarjaya yang sebelumnya telah melakukan eradikasi pertanaman seluas kurang lebih 500 ha akibat serangan virus kerdil rumput dan kerdil hampa. Eradikasi menjadi pilihan yang tidak bisa ditawar lagi dalam pengendalian virus kerdil dan terbukti pada pertanaman padi yang saat ini berumur 21 hari di desa tersebut terkendali dengan baik.

Ketua KTNA Warsono mengatakan, "Musim tanam saat ini, serangan penyakit di Kecamatan Compreng cukup tinggi, terutama virus kerdil, tetapi berkat pengawalan dan rekomendasi dari Badan Litbang Pertanian melalui BB Padi dan BPTP Jawa Barat serta petugas lapangan POPT alhamdulilah pertanaman di Desa Mekarjaya aman dan tumbuh lebih sehat."

Rekomendasi anjuran Badan Litbang Pertanian meliputi tanam serempak, penggunaan varietas unggul tahan wereng produksi tinggi serta pemasangan lampu perangkap dimaksudkan untuk memonitor keberadaan hama sekaligus pengendalian. Badan Litbang juga melakukan penyuluhan dan pelatihan kepada petugas dan gapoktan tentang pengendalian WBC dan virus kerdil. Selain itu, ada juga demplot hasil inovasi berupa varietas unggul baru tahan WBC.

Dari laporan yang diterima, serangan wereng coklat di Kecamatan Compreng cukup tinggi. Sehingga Kepala Badan Litbang Pertanian Dr M Syakir menverifikasi dengan melakukan kunjungan dan melihat langsung kondisi pertanaman di tiga desa Kecamatan Compreng yaitu Desa Mekarjaya, Desa Jatireja, dan Desa Sukadana. Dalam kunjungannya, Kepala Badan berdiskusi dengan para petani, ketua Gapoktan dan Ketua KTNA di Kecamatan tersebut.

"Berbagai upaya telah dilakukan Pemerintah, dan jika para petani ingin berhasil dalam menanam padi, maka terapkan pertanian modern sesuai anjuran Kementerian Pertanian, lakukan tanam serempak dan lakukan pergiliran varietas dengan menanam varietas tahan wereng seperti Inpari 33, Inpari 42 dan Inpari 43, serta hasil Litbang Pertanian," kata Dr M Syakir, pada pertemuan di Desa Mekarjaya, Minggu, 10 September 2017.

Ditambahkan, kendala yang sekarang dihadapi adalah sulitnya petani di Kecamatan Compreng beralih menggunakan varietas unggul sesuai rekomendasi, dan masih banyak yang menanam varietas padi ketan varietas Grendel dan IR 42 yang rentan WBC. Masalah lain, petani di wilayah tersebut belum melakukan tanam serempak.

Sebagai bentuk aksi nyata pada kunjungan di Kecamatan Compreng ini Kepala Badan menyerahkan bantuan benih varietas unggul baru yang tahan terhadap WBC yaitu Inpari 33, Inpari 42 Agritan GSR, Inpari 43 Agritan GSR dan pestisida nabati untuk mengurangi penggunaan pestisida kimia.  

"Harus ada dorongan yang kuat dari Pemerintah Daerah kepada petani untuk melakukan tanam serempak, menerapkan hasil-hasil inovasi teknologi Badan Litbang Pertanian. Selain itu, perlu sosialisasi asuransi secara masif untuk mengurangi risiko kegagalan panen terutama bagi yang belum menerapkan inovasi teknologi," ucap Dr M Syakir. (p/ma)