Sepak Bola dan Corona

By Abdi Satria


Oleh: Sadat Red Gank

Ukurannya sangat kecil dan tak akan nampak tanpa mikroskop. Tetapi tekanannya sangat besar. Seisi kota Wuhan di China dilumpuhkan. Dari situ terus menyebar dan kini telah tiba di lebih 200 negara. 

Corona seakan telah menciptakan kiamat kecil bagi penghuni bumi. Banyak yang terinfeksi. Ada yang mati. Ada yang masih berjuang di kamar perawatan. 

Miliaran manusia lainnya dihinggapi rasa takut. Cemas dan panik. Kita semua berdiam si rumah. Mengurung diri. Atau terkurung lebih tepatnya. Kita dipaksa berjarak, social distancing. 

Banyak hal terhenti. Termasuk sepak bola. Lapangan tak terpakai. Stadion terkunci. 

Di Italia, beberapa pesepak bola terkenal juga dikabarkan terinfeksi Covid-19. Piala Eropa 2020 dan Olimpiade 2002 di Jepang ditunda sampai tahun depan. 

Indonesia juga kena dampak. Liga 1 yang baru tiga pekan berjalan, harus disetop sementara waktu. Tepat ketika kita sedang haus-hausnya hiburan dari para seniman lapangan hijau. Kita pulang kerja, lelah, penawarnya adalah atraksi mereka. 

Kabar terakhir, suporter dan pencinta bola di Indonesia akan kehilangan tontonan sampai akhir tahun. Kita akan sangat rindu dengan tribun. 

Efek lain, klub kehilangan pendapatan sementara gaji pemain dan ofisial tetap harus dibayar. Sponsor juga gigit jari. 

Kini kita hanya bisa pasrah. Berdiam dan berdoa. Mudah-mudahan musibah ini cepat berlalu. Agar suporter bisa kembali ke rumah keduanya; tribun. Tempat menunjukkan segala rasa cinta.

Makassar, 3 April 2020