Sentra IKM Rajut Bandung Serap 2000 Naker dan Tembus Pasar Nigeria

By Admin

nusakini.com--Kementerian Perindustrian bertekad untuk meningkatkan gairah usaha para pelaku industri kecil dan menengah (IKM) dalam negeri seperti di sentra rajut Binong Jati, Bandung, Jawa Barat. Sentra yang berdiri sejak tahun 1960-an ini memiliki potensi besar dalam penyerapan tenaga kerja dan menghasilkan produk rajutan yang berkualitas ekspor. 

“Di tengah gempuran barang impor, sentra industri rajutan Binong Jati hingga saat ini masih bertahan dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 2.000 orang dan nilai investasi mencapai Rp31 miliar,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto ketika meninjau pusat produksi rajutan di Bandung tersebut, Jumat (7/4). Pada kesempatan itu, Menperin didampingi Dirjen IKM Kemenperin Gati Wibawaningsih dan Walikota Bandung Ridwan Kamil. 

Menurut Airlangga, setiap tahun, sekitar 300 industri rumahan di Binong Jati mampu memproduksi sweater rajutan lebih dari 980 ribu lusin. “Produk rajutan Binong Jati tidak hanya dipasarkan di Kota Bandung, namun juga di beberapa kota besar lainnya seperti Jakarta, Medan dan telah diekspor ke Malaysia, Brunei, Singapura sampai Nigeria,” ungkapnya. 

Airlangga pun meminta kepada para pelaku IKM rajutan di Binong Jati agar selalu meningkatkan produktivitas, kreativitas dan inovasi. Langkah ini guna memenuhi kebutuhan dan mengikuti tren pasar saat ini supaya bisa lebih berdaya saing dalam kompetisi tingkat domestik dan global. “Apalagi harga produk yang dihasilkan seperti sweater rajutan, cardigan dan aneka model rajutan lainnya sangat terjangkau berkisar antara Rp40-100 ribu,” tuturnya. 

Sejalan dengan itu, Kemenperin juga terus mendongkrak pertumbuhan kinerja IKM nasional terutama sektor padat karya berorientasi ekspor. Upaya-upaya yang telah dilakukan, antara lain penumbuhan wirausaha baru, penguatan pendidikan vokasi industri yang tersertifikasi sesuai Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI), dan fasilitasi kemudahan pemberian kredit usaha rakyat (KUR). 

“Selanjutnya, kami melaksanakan program restrukturisasi mesin dan peralatan, fasilitasi promosi, pendampingan tenaga ahli desain, serta penguatan branding untuk meningkatkan kecintaan konsumen pada produk dalam negeri,” paparnya. 

Sedangkan, dalam upaya memperluas akses pasar, Kemenperin telah memiliki program e-Smart IKM. “Dan, untuk mendorong produk IKM agar bisa menembus pasar ekspor, pemerintah juga memberikan fasilitasi Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) IKM serta fasilitasi pembiayaan melalui Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI),” imbuh Airlangga. 

Sementara itu, Gati menyampaikan, berbagai program strategis tersebut sekaligus untuk mendukung target Kemenperin dalam menciptakan sebanyak 20 ribu wirausaha baru hingga tahun 2019. Untuk mengejar sasaran tersebut, sepanjang tahun 2016, Kemenperin telah melaksanakan program pelatihan, pemberian startup capital, dan pendampingan kepada 3.745 calon wirausaha baru, di mana 200 orang sudah mendapatkan legalitas usaha industri. 

Kemenperin juga telah melakukan pemberdayaan sentra IKM melalui penguatan kelembagaan, fasilitasi penggunaan teknologi tepat guna, fasilitasi peningkatan Unit Pelayanan Teknis (UPT), pendampingan Tenaga Penyuluh Lapangan (TPL) serta pembangunan dan revitalisasi melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) kepada 1.852 sentra IKM yang dibina pada tahun 2016, dari total 7.437 sentra IKM. 

Menurut Gati, Dinas Koperasi, UKM dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung telah mendapatkan DAK dari Kemenperin senilai Rp4,6 miliar untuk revitalisasi sentra di Kota Bandung pada tahun 2016. “Selain itu, kami memberikan pula bantuan fasilitasi serta restrukturisasi mesin dan peralatan bagi IKM sejak tahun 2014-2016 yang total nilainya mencapai Rp6,14 miliar,” ungkapnya. 

Pada hari yang sama, Menperin juga menyempatkan mengunjungi Bandung Creative Hub di Jalan Laswi, yang menjadi tempat pusat berkumpulnya para pelaku industri kreatif asal Kota Kembang untuk menciptakan gagasan dan menghasilkan berbagai kreasi. Bangunan enam lantai dengan total luas 10 ribu m2 ini diperkirakan menghabiskan biaya hingga Rp45 miliar untuk pembangunannya dan akan diresmikan pada Mei 2017.

“Kami memberikan apresiasi kepada pemerintah Kota Bandung yang telah memfasilitasi pembangunan Bandung Creative Hub ini karena sejalan dengan program prioritas Kemenperin dalam mengembangkan industri kreatif sekaligus mengakselerasi ekonomi kreatif nasional,” papar Airlangga. 

Adapun fasilitas penunjang yang akan tersedia di gedung ini, antara lain Studio Inovasi (3D Printer, Laser Cutting, dan Textile Printer dll.), Studio Fashion, Studio ICT, Studio Foto/TV, Studio Musik, Studio Keramik, Design Museum, Design Store, Design/Art Library, Art Gallery, Design Studio, Bioskop untuk Film Eksperimental, Classroom, Cafe/Resto, Co-Working Space dan tempat hang out/Study 24 jam. 

Kemenperin mencatat, industri kreatif menyumbang sekitar Rp642 triliun atau 7,05 persen terhadap total PDB Indonesia pada tahun 2015. Kontribusi terbesar berasal dari sektor kuliner sebanyak 34,2 persen, mode atau fashion 27,9 persen dan kerajinan 14,88 persen. Kemudian, industri kreatif merupakan sektor keempat terbesar dalam penyerapan tenaga kerja nasional, dengan kontribusinya mencapai 10,7 persen atau 11,8 juta orang. 

Menperin menyampaikan, pusat industri kreatif serupa juga sudah dibangun di beberapa kota sepertiBali (Bali Creative Industry Center/BCIC), yang dimiliki oleh Kemenperin serta di Batamdan Malang yang didirikan pihak swasta. “Langkah ini sejalan juga dengan upaya Kemenperin dalam menyiapkan revolusi industrike-4, dengan basis internet of things. Termasuk yang telah diimplementasikan melalui program e-smartIKM sebagai infrastruktur perdagangan online,” paparnya. 

Airlangga optimistis industri kreatif nasional akan tumbuh pesat karena talenta-talenta generasi muda Indonesia sangat potensial. Kemenperin akan memfasilitasi pengembangan talentatersebut melalui fasilitias pendidikan yang dimiliki, salah satunya dengan program training of trainer (TOT) untuk menghasilkan mentor-mentor yang berkualitas. 

Untuk itu, Airlangga meminta pelaku industri kreatif nasional terus melakukan inovasi agar mampu berdaya saing dan meningkatkan nilai tambah produknya sehingga memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional. “Seiring iklim startup yang berkembang, nilai bisnis e-commerce di Indonesia saat ini USD18 miliar dan ditargetkan dalam lima tahun akan tumbuh 10 kali lipat,” tegasnya. 

Sementara itu, menurut Gati, industri kreatif nasional dinilai telah mampu bersaing di pasar global. Kekuatan ini terletak pada sumber bahan baku yang melimpah dan berkelanjutan, didukung dengan keragaman corak dan desain produk yang berciri khas lokal, serta ditunjang oleh para perajin yang cukup kompeten. (p/ab)