Seminar tentang Kontribusi Gambut dan Sawit Lestari bagi Pencapaian Target Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia

By Abdi Satria


nusakini.com-Oslo-KBRI Oslo dan Kementerian Luar Negeri RI, didukung oleh Badan Restorasi Gambut (BRG) RI, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) dan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP-KS), serta Rud Pedersen Public Affairs, telah menyelenggarakan Seminar bertajuk “Sustainable Peatland & Palm Oil Contributions Toward the Achievement of the UN SDGs” -stakeholder forum; case study: Indonesia, bertempat di Konfederasi Bisnis Norwegia (Næringslivets Hovedorganisasjon/NHO) Oslo, pekan lalu.

Seminar yang diikuti oleh sekitar 100 peserta dari kalangan pemerintah, akademisi, bisnis, dan LSM tersebut menghadirkan pembicara kompeten terkait, antara lain, Nazir Foead, Kepala BRG RI; Dono Boestami, Direktur Utama BPDP-KS; Vemund Olsen, Rainforest Foundation Norway; Prof. Yanto Santosa, Institut Pertanian Bogor (IPB); Togar Sitanggang, Wakil Ketua Umum GAPKI; Kristine Vergli Grant-Carlsen, CEO perusahaan energi St1 Norway; Axel Heiberg-Andersen, Manager Corporate Communication Nestlé Norway; Prof. Pietro Paganini, John Cabot University, Roma; dan dimoderatori oleh Pål Davidsen dari Rud Pedersen Public Affairs. 

Seminar antara lain membahas peran penting lahan gambut dan sawit lestari dalam pencapaian target-target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (the UN Sustainable Development Goals/SDGs) di lndonesia, serta upaya kolektif pemerintah, kalangan bisnis, dan masyarakat yang dinilai berhasil dalam mempertahankan kelestarian lahan gambut dan sawit. 

Dubes RI Oslo, Todung Mulya Lubis, pada sambutannya menyatakan bahwa seminar bertujuan memberikan pemahaman termutakhir kepada publik Norwegia mengenai kontribusi gambut dan sawit lestari bagi pencapaian target-target UN SDGs di Indonesia, dimana keberhasilan Indonesia dalam melestarikan gambut dan sawit tersebut tidak lepas dari upaya kolektif pemerintah, bisnis, dan masyarakat. 

Dubes RI Oslo juga menambahkan bahwa Menteri Menteri Iklim dan Lingkungan Hidup Norwegia telah berkunjung ke Papua Barat pada Februari 2019 dan menyaksikan langsung keberhasilan RI dalam menjaga kelestarian lingkungan. Dalam hal ini, Indonesia dinilai mampu mengintensifkan produksi sawit lestari tanpa mengurangi luas hutan di Papua Barat. 

Penasehat Politik untuk Menteri Iklim dan Lingkungan Hidup Norwegia, Marit Vea menyatakan, bahwa Norwegia dan Indonesia perlu mencari solusi bersama untuk isu sawit. Dalam kaitan ini, kedua negara memiliki kepentingan bersama pada program kerja sama lingkungan hidup REDD+ dan Indonesia-European Free Trade Agreement (EFTA) Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA). 

Dono Boestami, Dirut BPDP-KS, memaparkan bahwa Indonesia tengah mengembangkan teknologi untuk mengkonversi minyak sawit menjadi bio-hydrocarbon fuel untuk memproduksi green diesel, green gasoline, dan green avtur. 

Rainforest Foundation Norway mengapresiasi keberhasilan pelestarian lingkungan hidup di Tanah Air. 

Kepala BRG RI, Nazir Foead, membuka rahasia keberhasilan Indonesia dalam mengurangi hotspot kebakaran hutan, antara lain melalui penggunaan teknologi sistem monitoring lahan gambut, disebut Peatland Resotration Information and Montoring System (PRIMS), yang terintegrasi, online, dan terhubung langsung dengan Kantor Presiden RI. 

Selain seminar, diselenggarakan pula kegiatan temu bisnis RI-Norwegia di NHO, Oslo, tanggal 28 Juni 2019, terdiri dari promosi produk makanan/minuman kemasan, kopi, kerajinan tangan, dan ragam destinasi wisata Tanah Air. 

Seminar dan temu bisnis merupakan bagian dari rangkaian ‘Festival Indonesia Oslo’ yang digelar tanggal 28—30 Juni 2019. Kegiatan juga merupakan bagian dari peringatan 70 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Norwegia, yang akan jatuh pada tanggal 25 Januari 2020.(p/ab)