Sekjen Ajak ASN Itjen Kemenag Meneladani Karakter Para Sufi

By Abdi Satria


nusakini.com-Bogor-Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Agama, M Nur Kholis Setiawan mengajak segenap pegawai Inspektorat Jenderal (Itjen) Kementerian Agama untuk meneladani perilaku para sufi dan wali Allah. 

Menurut Sekjen, meneladani perlaku sufi tersebut yakni dengan cara membaca buku permata para wali atau Hilyatul Auliya.  

"Ada lima karakter yang melekat pada diri para tokoh sufi yang layak untuk kita teladani dalam menjalankan tugas sebagai ASN Kementerian Agama," ujar M Nur Kholis Setiawan kepada ASN Itjen Kemenag dalam gelaran Penguatan Kompetensi Pegawai 2019 yang mengusung tema 'Mempererat Kerjasama, Memperkuat Kinerja, Rabu (11/09) malam. 

Kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas kompetensi ASN Itjen Kementerian Agama serta memperkuat silaturahim tersebut berlangsung dari 11-13 September 2019 di Cisarua, Bogor. 

Tampak hadir Plt Irjen Kemenag Thomas Pentury dan Slamet Riyanto, mantan Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah. 

Lima karakter yang melekat pada sosok tokoh sufi itu lanjut Sekjen yakni, selalu terbuka, mengedepankan nalar atau intelektualitas, menyadari akan keterbatasan diri, tawadhu atau rendah hati serta senantiasa berpikir untuk kemaslahatan. 

Sekjen M Nur Kholis Setiawan 

"Makin banyak pengalaman seorang auditor maka akan semakin terbuka ia dalam bekerja bukan malah sebaliknya makin tertutup dan menyembunyikan diri," kata Sekjen.  

"Lima karakter tadi adalah teladan dari para tokoh sufi. Mereka juga memiliki kesadaran akan keterbatasan. Jadi bicara kebersamaan di Kementerian Agama tidak boleh kita mengatakan saya lebih hebat dari si A atau si B, karena Kemenag adalah sebuah organisasi yang membutuhkan semua sesuai tugas dan fungsinya masing-masing" sambung Sekjen. 

Ia mengingatkan ASN Itjen Kemenag untuk melihat tantangan ke depan yang tertuang dalam enam sasaran strategis Kementerian Agama. 

Enam sasaran strategis tersebut yaitu, peningkatan kualitas kehidupan keagamaan, peningkatan harmoni sosial dan kerukunan antar umat beragama, peningkatan kualitas layanan terhadap umat beragama, peningkatan akses pendidikan agama dan keagamaan, peningkatan kualitas pendidikan agama dan kegamaan dan terakhir peningkatan kualitas pembangunan tata kelola bidang agama. 

"Tantangan kita saat ini adalah soal paham keagamaan. Tidak mungkin kehidupan keagamaan membaik alias mampu menjadi perekat berbangsa dan bernegara bila paham yang dianut bukan paham yang moderat," tandas Sekjen. 

Ia menambahkan saat ini Moderasi Beragama telah masuk rancangan teknokratik Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.  

Ini tentu lanjut Sekjen akan menjadi program yang akan masif pada 2020-2024 dan Kemenag akan menjadi role model dalam penguatan moderasi beragama yang akan berimbas pada membaiknya kehidupan keagamaan di Indonesia dimana agama akan mampu menjadi perekat dalam keberagaman. (p/ab)