Sarung Batik Santri Ini Pun Dikenakan Gubernur dan Sobat Ambyar

By Abdi Satria


nusakini.com-Rembang- Tangan Salma Rosyidatunnuha (16) tampak luwes menggoreskan pensil di secarik kertas gambar. Tak butuh waktu lama, sketsa sebuah busana muslim yang indah dan modis pun tercipta. 

Kebolehannya itu ditunjukkan saat gadis ini ditemui di stand Pameran Produk Unggulan Pondok Pesantren, di Alun-alun Rembang, Selasa (22/10). Tak hanya terampil menggambar desain baju, siswi Pondok Pesantren Al Barokah Banat Kudus ini terlihat cekatan mengunting dan menjahit berbagai pola kain, menjadi busana muslim modern dan kekinian dengan sentuhan kearifan lokal.

Salma menuturkan, hidup di lingkungan pondok pesantren dari Madrasah Tsanawiyah, bukan berarti dia tak bisa mengekspresikan diri dalam berkarya. Salma justru ingin menunjukkan, santri juga bisa fashionable dan stylish, dengan membuat busana untuk muslimah yang terlihat kekinian, namun tetap menjaga teguh syariat Islam.

Menyukai dunia fesyen sejak duduk di bangku Sekolah Dasar, dia mengaku desain yang dibuat kebanyakan terinspirasi dari kearifan lokal Indonesia. Bahkan Salma selalu menyertakan kain lurik pada setiap busananya.

Karena kreativitasnya, Salma banyak menghasilkan berbagai karya dan menyabet juara pada berbagai kejuaraan fesyen tingkat nasional. Seperti, penghargaan Top 10 Modest Fashion Project (MOFP) yang diadakan Kementrian Perindustrian pada 15 Oktober 2019 lalu di Makassar. Selain itu juga Juara III Young Potential Fashion Designer Competition di Universitas Indonesia Fashion Week, Top 10 Unnes in Fashion, Juara I Kreasi Busana Pentas PAI Tingkat Kabupaten, Juara I Kreasi Busana Tingkat Provinsi Jateng, Juara VII Kreasi Busana Pentas PAI Nasional, dan pada 12-16 November ia akan mengikuti fashion show final MOFP 7 look di Fx Sudirman Jakarta.

Berbagai aktivitasnya di dunia fesyen tetap tidak membuat aktivitas mengaji Salma kendor. Menurutnya mengaji tetap nomor satu. Bahkan ia hampir menghafalkan seluruh ayat Al-Quran.

“Tetap ngaji nomor satu. Santri Milenial juga harus mengikuti zaman. Berkontribusi untuk bangsa dan negara. Ada sangu dunia dan akhiratnya,” ucapnya.

Para santri di Ponpes Al Muayyad Surakarta pun tak kalah semangat dalam berkarya, dengan memroduksi batik bernama Lar Gurda. Selain membatik, para santri belajar memasarkan produk mereka. Salah satu santri Ponpes Al Muayyad, M Subchan Abdillah, menyampaikan, dia belajar memasarkan batik yang telah diproduksi di Ponpesnya melalui media sosial. Tak tanggung-tanggung ia pun menjadi admin dari mesia sosial Lar Gurda.

Subchan mengaku saat ini batik Lar Gurda telah dipasarkan hingga Mesir dan Madinnah. Batik tersebut juga telah dipakai oleh para kiai, pejabat, seniman, hingga musisi.

Lihat saja sarung batik yang dipakai Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo ketika memimpin Upacara peringatan Hari Santri Nasional di alun-alun Rembang, Selasa (22/10/2019), yang merupakan hasil karya para santri Al Muayyad. Saat menyempatkan mengunjungi stand Pameran Produk Unggulan Produk Pesantren dan Dekranasda, Ganjar menyebut sarung batik Lar Gurda adalah Sarung Sobat Ambyar, karena the Godfather’s of Brokenheart yaitu Didi Kempot, memakai sarung merek itu.

Melihat berbagai potensi dan karya para santri, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sanggat bangga. Ia berharap Santri tak hanya jago ilmu fiqih, tapi juga dituntut paham e-budgeting, e-commerce, cinta lingkungan, seni, budaya hingga berdagang.

Ganjar pun menyampaikan, pemerintah dan negara akan selalu mendukung dan memfasilitasi bakat dan talenta para santri. Sehingga dapat berkontribusi dalam pembangunan negara.

“Dihadapkan pada perubahan zaman yang yang luar biasa, jadi sekarang santri tidak hanya ngaji, tapi sekaligus menyelesaikan permasalahan. Mereka punya keahlian dan talenta sehingga pemerintah dan negara dapat memfasilitasi bakat dan talenta sehingga dapat berkontribusi dalam pembangunan negara,” tandasnya.(p/ab)