nusakini.com---Langkah Pemerintah mendorong pembangunan proyek gas Jambaran Tiung Biru (JTB) di Gresik, Jawa Timur bukan tanpa alasan. Selain potensinya yang besar untuk meningkatkan pasokan gas di daerah Jawa Timur dan Jawa Tengah, JTB diharapkan memberikan multiplier effect kepada masyarakat sekitarnya.  

Sesuai arahan Presiden, pembangunan proyek minyak dan gas bumi (migas) harus bisa menciptakan multiplier effect di daerah masing-masing. Oleh karenanya Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan menyampaikan pentingnya melibatkan sebanyak mungkin pekerja setempat dalam pembangunan JTB ini. "Dengan kapasitas dan produksi JTB yang cukup besar, setidaknya akan ada lebih dari 6.000 orang tenaga kerja yang terserap selama masa konstruksi," ujar Jonan saat groundbreaking proyek JTB belum lama ini.

Jonan mengungkapkan, dalam 10 tahun terakhir, JTB merupakan proyek pembangunan gas onshore yang paling besar, dengan cadangan mencapai 2 TCF (Trillion Cubic Feet) dan produksi hingga 330 MMSCFD. Proyek Gas JTB ini akan dikelola oleh PT Pertamina EP Cepu dengan rencana produksi selama 16 tahun (plateu) dan total masa produksi hingga 30 tahun. Masa konstruksi diperkirakan memakan waktu selama 4 tahun, sehingga Commercial Operation Date (COD) diperkirakan sudah dapat dilakukan pada awal tahun 2021. 

Investasi yang harus di gelontorkan oleh Pertamina EP untuk pengembangan JTB adalah sebesar USD 1.547 Miliar. Pertamina sebagai pengelola proyek gas JTB akan mengalirkan 100 MMSCFD untuk memasok kebutuhan Pembangkit Listrik PLN di wilayah Gresik dan Tambak Lorok. Selain dimanfaatkan untuk pembangkit listrik, sebanyak 72 MMSCFD gas JTB akan di salurkan kepada beberapa industri di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur. 

Sedangkan di sisi hilir, Pertagas Niaga berkesempatan membangun pipa gas penyalur mulai dari Semarang, Bojonegoro, Blora dan Gresik dengan panjang pipa sejauh 267 km. Pertagas Niaga harus menyediakan investasi sebesar USD 515 untuk pembangunan infrastruktur distribusi gas JTB tersebut. 

Lapangan Gas JTB adalah gabungan/unitisasi dari bagian Wilayah Kerja Cepu atau Blok Cepu serta Wilayah Kerja Pertamina EP. Lapangan Gas JTB diproyeksikan menjadi lapangan gas onshore terbesar di Indonesia. JTB akan memiliki gross production sebesar 330 MMSCFD termasuk CO2 sebesar 34%, dengan Lean Gas sebanyak 217 MMSCFD. Dari jumlah tersebut sebesar 172 MMSCFD dijual sedangkan sisanya sebanyak 45 MMSCFD dialokasikan untuk operasional proyek gas JTB. (p/ab)