nusakini.com - Jakarta - Politikus muda dari Partai Golongan Karya (Golkar) Indra J Piliang dikabarkan ditangkap Polda Metro Jaya karena diduga mengonsumsi narkoba. Hasil tes urine menunjukkan pria kelahiran Pariaman, Sumatera Barat, pada 19 April 1972 terbukti mengonsumsi narkoba. 

Sebagaimana diketahui, Indra Piliang menyelesaikan kuliahnya di Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra Universitas Indonesia dan lulus pada 1997. Dia kemudian melanjutkan studi di Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial di universitas yang sama dan lulus pada 2008.

Selesai lulus S1 dari UI, Indra bekerja sebagai editor tabloid Jurnal Reformasi dan Momen. Dua tahun kemudian, dia bergabung dengan Partai Amanat Nasional (PAN), yang didirikan Amien Rais. Dia partai ini, dia sempat duduk menjadi menjadi Staf Departemen Budaya DPP PAN.

Pada tahun 2000, Indra dan beberapa tokoh muda PAN memutuskan keluar dari partai ini. Dia lalu menjadi peneliti di CSIS dan kerap diminta menjadi pembicara terkait isu otonomi daerah di berbagai talk show. Ia juga menulis artikel politik di beberapa media cetak nasional. 

Indra juga pernah menjadi peneliti CSIS hingga 2008. Dia kemudian bergabung dengan Partai Golkar. Pada 2013, dia pernah mencoba peruntungan dengan maju dalam pemilihan Wali Kota-Wakil Wali Kota Pariaman. Meski terdaftar sebagai kader partai beringin, Indra memilih maju dari jalur independen. Ini lantaran permohonan dia ke DPP Golkar tak dihiraukan. Begitu pun permohonan dukungan ke DPP PAN, tak digubris. 

"Alhamdulillah, dalam waktu yang singkat, sekitar 2 minggu, para relawan berhasil mengumpulkan syarat minimal (calon independen) sebanyak 6.500 dukungan tanda tangan dan fotokopi KTP," kata Indra kepada wartawan, 4 April 2013. 

Langkah Indra di Pilwalkot Pariaman gagal. Dia pun kembali aktif menjadi politikus Golkar yang vokal sejak Ketum Golkar dijabat Jusuf Kalla. 

Dalam Pilpres 2014, Indra bergabung dengan Dewan Pakar Jenggala Center dan Poros Indonesia Muda, yang mendukung duet Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK). Sukses menjadi salah satu bagian pengantar Jokowi-JK ke kursi presiden dan wakil presiden tak membuat Indra ingin merapat ke lingkaran kekuasaan. 

Bahkan pada Kamis, 9 Oktober 2014, atau sepekan menjelang pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih, dia mengirimkan surat terbuka untuk Jokowi. Surat tersebut diunggah di blog pribadinya. 

Di situ Indra menjelaskan dirinya hanya empat kali bertemu dengan Jokowi, yakni dalam acara Deklarasi Damai yang diadakan KPU, di Media Center Jokowi-JK, di atas kapal Phinisi Hati Buana Setia di Pelabuhan Sunda Kelapa, dan pembubaran Tim Jenggala Center. 

"Usai pilpres, saya juga tidak merasa harus mendekati Bapak. Bahkan saya mengkritik keras rencana pembentukan Tim Transisi," tulis Indra. 

Dia memang tak masuk lingkaran kabinet. Namun, pada 2015, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MenPAN-RB) Yuddy Chrisnandi mengangkat Indra sebagai Ketua Tim Ahli KemenPAN-RB. Keputusan itu sempat menimbulkan polemik karena ada yang menilainya sebagai nepotis.

"Kalau bukan teman, siapa lagi? Di mana-mana itu yang dekat dulu, yang kita kenal. Tapi yang memiliki kapasitas, kapabilitas, dan integritas yang teruji," Yuddy berkilah, 21 Januari 2015.

Saat Pilkada DKI 2017, Indra mendukung pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Anies Baswedan-Sandiaga Uno. Pria yang aktif di media sosial ini kerap meng-counter isu-isu dari para buzzer politik di dunia maya. Indra juga aktif mengkampanyekan Anies-Sandi di dunia nyata dengan mendatangi kampung-kampung di Jakarta. 

Pada 3 Maret 2017, Indra mendeklarasikan 'Sang Gerilyawan Batavia' sebagai relawan pendukung Anies-Sandi. Meski menjadi pendukung, dia kala itu berjanji akan tetap kritis terhadap mereka. 

Namun, sebulan menjelang pelantikan Anies dan Sandi, Indra, yang menjabat 'Panglima Besar Sang Gerilyawan Batavia', malah tersandung kasus narkoba. (b/ma)