Petrokimia Gresik Luncurkan Benih Padi yang Bisa Hasilkan 12,8 Ton Per Hektar

By Admin


nusakini.com - PT Petrokimia Gresik (PG) meluncurkan benih padi yang bisa menghasilkan panen padi sebanyak 12,8 ton per hektar. Produk yang diberi nama Petro Hibrid ini adalah hasil dari riset sejak lima tahun lalu.

"Penelitian itu ada waktunya. jadi seperti HIPA 18 (Petro Hibrid) ini mulai kita riset sejak Tahun 2011. Kemudian izin-izin kita urus dan yakin sekali pasarnya sudah ada. Sekarang baru kita launching," kata Direktur Teknik dan Pengembangan PG, Arif Fauzan, di sela acara Petro Agrifood Expo (PAE) di Kebun Percobaan PG, Gresik, Jumat (29/7/2016). 

Ia menerangkan, Petro Hibrid merupakan benih padi hibrida varietas HIPA 18 yang dikembangkan oleh PG bekerjasama dengan Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Sukamandi, Jawa Barat. Benih ini mampu meningkatkan hasil produktivitas padi 10-20% dibanding dengan benih inbrida. 

Katanya, produk ini merupakan jawaban atas program peningkatan produksi padi, di mana pemerintah menargetkan pertumbuhan antara 1-1,5% per tahun. 

"Benih ini tahan terhadap penyakit hawar daun, bakteri, blast dan tahan terhadap serangan hama wereng batang coklat (WBC) biotipe 1," tuturnya sambil menambahkan, keunggulan benih padi ini adalah memiliki potensi panen 12,8 ton per hektar gabah kering panen (GKP), atau jauh di atas rata-rata nasional yang hanya sekitar 5-6 ton per hektar. 

Keberhasilan Petrokimia Gresik menelurkan produk-produk baru dari hasil riset diacungi jempol Bungaran Saragih-Komisaris Utama PT Pupuk Indonesia. "Kita catat perussahaan ini sering menjadi pioner dan lebih sering menjadi leader dalam pengembangan perpupukan di Indonesia," katanya. 

Mantan Menteri Pertanian di era Kabinet Gotong Royong ini menyampaikan, keberhasilan dari PG sebagai pemimpin dan pioner dalam indsutri perpupukan di Indonesia dapat dicontoh perusahaan pupuk lainnya. Serta Dewan komisaris meminta direksi dan komisaris anak perusahaan lainnya menyiapkan diri untuk bersaing. 

"Jangan kita dipupuk orang lain, tapi kita harus bisa memupuk orang lain. Setelah kita bisa memupuk sendiri, baru memupuk Malaysia, Vietnam, bahkan China. harus ada tekad seperti itu," jelasnya. 

Ia menambahkan, Indonesia harus bisa menjadi riset base dan bisa meningkatkan produksi padi kita seperti yang dijanjikan 12 ton lebih per hektar atau meningkat dua kali lipat. 

"Dengan hasil ini, cost pasti lebih murah dari pada membuka lahan (pertanian) baru," tandasnya. 

Dalam kesempatan itu, Bungaran mempunyai angan-angan agar ada pemisahan divisi riset dengan direktur teknik, agar industri pupuk di Indonesia lebih maju. Syaratnya, anggaran untuk khusus riset sekitar 5%. 

"Petrokimia Gresik sudah bagus di 2 persen dari budget. barang kali nanti bisa 5 persen, itu bisa dipisahkan antara riset dengan direktur teknik. Kalau sudah (anggaran 5 persen) bisa mengundang lembaga penelitian lain dari universitas-universitas dari dalam negeri dan luar negeri untuk menjawab pertanyaan kita, untuk menghasilkan industri pupuk yang maju, yang berbasis riset," jelasnya.(p/mk)