Perjuangan Andi Yoesoef, 'Melawan' Keterbatasan Fisik untuk Menjadi CPNS

By Admin


nusakini.com-Jakarta-Langkah kaki Andi Yoesoef, pemuda asal Surabaya, sempat ragu saat ingin mengikuti seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) tahun 2017. Pasalnya, Andi lahir dengan keterbatasan pada tangan dan kaki, yang ukurannya lebih kecil dari ukuran normal. Ia merupakan salah satu penyandang disabilitas tuna daksa, yang menjadi peserta seleksi CPNS dari formasi khusus penyandang disabilitas. 

Saat mau mendaftar, pemuda ini masih dihinggapi berbagai perasaan ragu, apa bisa menjadi PNS. Meski sudah banyak informasi bahwa seleksi CPNS sekarang sudah obyektif dan transparan, namun stigma ‘titipan’ dalam rekrutmen calon abdi negara ini, pun terkadang terlintas di benaknya dan mengganggu pikirannya. 

Tapi keraguannya itu sirna setelah ia mengikuti serangkaian tes, mulai dari seleksi administrasi, Seleksi Kompetensi Dasar (SKD), Seleksi Kompetensi Bidang (SKB) termasuk tes wawancara. Kini, setelah menjadi CPNS Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Andi berhasil melampaui segala keterbatasannya. Ia merasakan bahwa seleksi calon abdi negara saat ini bersih, transparan, dan tak ada istilah titip menitip. 

SKD dan SKB kini menggunakan sistem Computer Assisted Test (CAT), yang memungkinkan peserta bisa langsung mengetahui nilai. Bahkan, di luar ruangan tes, keluarga atau pengantar bisa memantau secara real time. “Saya buktikan sendiri, saya tidak punya keluarga dan kerabat dekat yang ada link dengan kementerian. Kita bersaing secara terbuka dan jujur,” ujarnya dalam acara Leader’s Talk seri ketiga dengan tema ASN Profesional Bukan Hanya Mimpi, di Jakarta.

Pembuktiannya tentang sistem rekrutmen yang bersih tak hanya pada serangkaian tes yang cukup ketat. Pria kelahiran Surabaya tanggal 8 Maret 1995 ini bersama dengan CPNS di Kementerian PUPR dari berbagai daerah membuat group WhatsApp untuk berbagi nilai. Sejak awal SKD hingga tahap tes akhir, mereka mencocokan nilai, untuk melihat apakah nama yang lolos sesuai dengan nilai-nilai yang mereka peroleh. 

“Kita cocokkan, ternyata hasilnya sama dengan nama yang lolos, tidak ada nama yang asing. Kita berkoordinasi antar kota untuk mengawal ini,” jelas Andi yang di hadapan Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Jenderal TNI (Purn.) Moeldoko, Sekretaris Kementerian PANRB Dwi Wahyu Atmaji, dan Deputi SDM Aparatur Kementerian PANRB Setiawan Wangsaatmaja, serta peserta Leader’s Talk tersebut. 

Selama mengikuti tes, Sarjana Teknik Lingkungan UPN Veteran Jawa Timur ini mengaku mendapat pelayanan yang memadahi dari panitia seleksi. Saat mengikuti pendidikan dan pelatihan (diklat) pun, semua kebutuhan para penyandang disabilitas disediakan pemerintah. Dengan kenyataan itu, Andi percaya bahwa pemerintah memberikan hak yang sama kepada masyarakat yang kurang beruntung karena kekurangannya. 

Di Kementerian PUPR, Andi menceritakan ada delapan orang CPNS tahun 2017 yang merupakan penyandang disabilitas. Ada CPNS dengan kekurangan pendengaran hingga harus memakai alat bantu dengar, ada yang melangkah dengan kaki palsu karena kecelakaan, ada juga yang kesulitan bergerak dan harus hidup di atas kursi roda.

Mereka, dengan bermacam kekurangannya berhasil membuktikan kemampuannya sekaligus membuktikan untuk menjadi abdi negara tidak butuh calo dan titip menitip. Dengan sistem modern dan digital ini, semua lolos dengan kemampuannya sendiri. “Semangat mereka, kejujuran mereka, ada nilai plus di mata saya,” imbuh Andi. 

Kepada para penyandang disabilitas, Andi mengundang untuk bergabung dengan pemerintahan, jika ingin mengubah sistem ini menjadi lebih baik. Ia percaya, di luar sana masih banyak kaum disabilitas yang hanya kurang percaya diri. Yang perlu mereka lakukan adalah mengeksplor diri mereka lebih jauh. “Saya ajak kalian untuk ikut seleksi secara terbuka dan jujur. Saya juga apresiasi pemerintah yang memperhatikan dan peduli disabilitas,” ucap pemuda yang memiliki riwayat disabilitas Congingental Talipes Equinus Varus (CTEV) sejak lahir pada kedua kakinya ini. (p/ab)