nusakini.com-- Kloter 27 Embarkasi Jakarta – Pondok Gede (JKG 27) tiba di asrama haji pada Rabu, 19 September 2017, malam. Lebih dari 400 jemaah turun dari bus dan menuju ruang Serba Guna 2 Asrama Haji Pondok Gede Jakarta untuk mengikuti seremonial pelepasan.  

Dari ratusan jemaah, tampak sepasang kakek dan nenek berjalan ke dalam ruangan sambil bergandengan. Sementara tangan kanan menggenggam erat lengan nenek di sampingnya, tangan kiri kakek memegang tongkat kayu yang jadi tumpuan berjalan.  

Sesekali, bahkan tampak lelaki tua itu menoleh dan merangkul pasangannya, seakan-akan hendak memastikan perempuan itu tak kesulitan mengikuti langkahnya. “Assalamu’alaikum engkong,” sapa kami sembari mendekat ke arah mereka.  

“Wa’alaikumussalam wa rahmatullahi wa barakatuh,” jawab Kakek. Suaranya, menyiratkan kegembiraan. Sementara istrinya mengangguk sambil tersenyum.   

Namanya Engkong Madinah (78). Meski telah menempuh perjalanan panjang, tak tersirat kelelahan di wajahnya. Sebaliknya, matanya berbinar ketika bercerita pengalamannya berhaji. Ia mengaku amat bersyukur karena dapat beribadah haji dengan istri tercinta, Nek Kunyil (72).

“Alhamdulillah bisa pergi haji. Boleh nabung itu, sama jual tanah dikit bakal nambahin,” cerita Nek Kunyil dengan logat betawi yang kental. Di Jakarta, keduanya tinggal di daerah Pondok Kelapa, Jakarta Timur.   

“Alhamdulillah berkah banget, bisa pergi haji berdua,” tambah Engkong Madinah sambil merangkul penuh kasih Nek Kunyil, seakan tak ingin terpisah dengan belahan jiwanya tersebut.    

Kakek dari 20 cucu dan 5 cicit ini mengaku pengalaman pergi haji menjadi kebahagiaan terbesar yang dia rasakan selama hidupnya. Apalagi, selain berhaji, selama di Makkah dia juga mampu melaksanakan beberapa kali umrah. 

Matanya makin berbinar ketika bercerita bagaimana ia mampu mendaki Jabal Nur untuk melihat Gua Hira. Perjalanan menuju Gua Hira, menurutnya ditempuh sejak pukul 02.00 WAS. Bersama rombongannya, beliau mendaki Jabal Nur yang memiliki ketinggian sekira 300 meter dengan jarak tempuh mencapai 650 meter.   

Kata Engkong Madinah, tongkat yang dipakainya itu ia beli di wilayah Jabal Nur untuk menemani kaki renta mendaki. Dia mengaku bahagia begitu menyaksikan sendiri Gua Hira, tempat Baginda Rasul menerima wahyu pertama. Di Jabal Nur, mereka melaksanakan Salat Subuh berjamaah. 

“Alhamdulillah kemurahan Allah, kekuasaan Allah, Engkong bisa nyampe ke Gua Hira,” tuturnya tanpa melepaskan rangkulannya dari sang istri. 

“Engkong, dari tadi neneknya dipelukin mulu, mesra amat sih?” tanya kami.  

“Iya, kangen. Pulang haji perasaan kaya balik muda lagi,” tuturnya sambil terkekeh.  

Nek Kunyil pun mengangguk tanda setuju. “Alhamdulillah kita juga bisa ke Jabal Rahmah berdua. Alhamdulillah kita bisa sampai ke sana. Alhamdulillah…,” sambung Nek Kunyil.   

Nek Kunyil mengaku amat bahagia, bisa bersama dengan suami tercinta menapaktilasi tempat yang dikisahkan menjadi tempat pertemuan Adam dan Hawa tersebut. Napak tilas yang dilakukan selama perjalanan haji yang mereka tempuh, ternyata membuat pasangan yang telah bertemu sejak 58 tahun lalu ini menjadi semakin cinta satu sama lain.  

“Gak tau, rasanya makin cinta. Perasaan nih, kaya balik muda lagi. Ingat waktu kita pertama ngelancong tahun 59 dulu,” sahut Engkong Madinah menutup perbincangan. (p/ab)